Bingung liburan mau kemana? Pelesiran ke Pulau Tunda bisa jadi pilihan menarik untuk mengisi libur panjang diakhir tahun.
Pulau ekowisata bahari ini mungkin belum setenar pulau-pulau tetangga segugusan Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) yang lebih dulu populer.
Untuk mencapai ke Pulau Tunda yang terletak di Desa Wargasara Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Kocek yang harus dirogoh kantong pun terbilang murah meriah.
Dan yang lebih penting adalah pesona indah pulau dan laut lepas yang ditawarkan berupa wisata pantai, snorkeling, diving, dan spot mancing di perairan Pulau Tunda sehingga sangat layak untuk dikunjungi. Disana kita dapat menyaksikan bagaimana warga lokal dan ekosistem laut dimana Pulau Tunda berada berinteraksi saling menghidupi.
Di Pulau Tunda para wisatawan akan disuguhi perairan laut yang bening dengan hamparan pasir putih di sepanjang pantai utara. Dan kawasan hutan mangrove hijau yang lebat dan masih terjaga secara alami di pesisir timur. Serta hamparan terumbu karang nan indah dan eksotis dihiasi ikan-ikan warna warni di pesisir barat.
Lalu, disisi selatan, terdapat pula suasana keramaian khas perkampungan nelayan, dimana disitu terdapat dermaga pelabuhan -- gerbang masuk -- Pulau Tunda, berikut kapal-kapal tongkang dan deretan perahu para nelayan yang bersandar berbaris berjajaran.
Lain itu, di Pulau Tunda kita dapat menyaksikan fenomena alam matahari terbit (sunrise) dan matahari tenggelam (sunset) secara kasat mata - telanjang - setiap pagi dan sore.
Baca : Piknik Liburan Akhir Tahun di Ekowisata Bahari Pulau Tunda
Akhir pekan kemarin saya melakukan kegiatan perjalanan wisata - backpacker - bersama keluarga ke Pulau Tunda.Â
Pilihan Pulau Tunda sebagai tujuan pelesiran bukan tanpa alasan. Pulau mungil nan cantik ini tidak jauh dari tempat tinggal kami di Banten Selatan atau sekira jarak 50 km jalan darat dengan waktu tempuh antara 1/2 - 1 jam ke Kota Serang. Boleh dibilang pulau terdekat yang paling terjangkau dan bisa dikunjungi, walau tanpa persiapan.
Alasan lain, sebelumnya (2017) kami pernah backpacker ke pulau yang terletak di Pantau Utara Pulau Jawa ini. Jadi, tak ada kesulitan untuk menjalin komunikasi dengan pelaku wisata disana, meski harus berkunjung secara dadakan.
Kami berlima menjelajahi ke Pulau Tunda selama 3 hari, sejak 23-25 Desember 2023. Saya, Sang Istri, dan tiga anak-anak kami yang kebetulan libur sekolah ikut serta backpekeran menikmati liburan diakhir tahun ini.
Meninggalkan rumah pada pukul 12.45 siang, kami menempuh sekira 60 menit perjalanan darat menuju Pelabuhan Karangantu di Kota Serang. Dari sana, kami menggunakan Kapal Tunda Expres menuju Pulau Tunda selama sekira 120 menit.
Dari rangkaian backpacker kali ini, saya mengexplor dan mendokumentasikan pelesiran kami di Pulau Tunda dalam bentuk foto-foto, video, dan tulisan.Â
Artikel pertama dengan judul "Piknik Liburan Akhir Tahun di Ekowisata Bahari Pulau Tunda" telah tayang di Kompasiana edisi Minggu 24 Desember 2023.
Baca : Potensi Tanaman Serealia Sorgum di Pandeglang sebagai Pangan Alternatif
Oh ya, jika wisatawan mau kesana, dari Kota Serang - Ibukota Provinsi Banten - hanya perlu waktu sekira 15 menit berkendara melalui jalan darat untuk menuju Pelabuhan Karangantu Kecamatan Kasemen. Selanjutnya dengan melalui jalan laut menumpang kapal atau perahu nelayan membutuhkan waktu sekira 2 jam berlayar ke Pulau Tunda.
Sesampai di Pulau Tunda dijamin kita akan disambut hangat dengan tangan terbuka warga lokal. Hal itu lantaran mereka sudah mendapatkan edukasi kepariwisataan dari para pelaku wisata melalui kelompok sadar wisata (Pokdarwis) setempat.
Jadi, jangan khawatir backpacker dadakan! jika ingin menginap di Pulau Tunda, mereka sudah siap melayani wisatawan yang datang. Mau menginap di villa? ada! Mau sewa penginapan yang murah juga ada Homestay! Bahkan jika kita hanya datang sendiri atau berdua saja boleh menginap di rumah warga yang mana saja, dengan ongkos inap ala kadar yang tentunya jauh lebih murah.
Nah, untuk urusan makan. Mereka sudah biasa menyiapkan menu makanan dadakan atau sesuai pesanan dan selera pengunjung. Seperti bakar ikan laut. Panggang jagung atau bakar-bakaran lainnya, sepanjang bahan makanan tersebut tersedia di Pulau Tunda, akan disiapkan untuk melayani para wisatawan.
Lain itu, disediakan pula perlengkapan renang, snorkeling, diving hingga peralatan mancing berikut kapal dan pemandu wisata bahari yang telah berpengalaman dan bersertifikasi yang akan menuntun wisatawan lokal dan manca negara menuju spot-spot pilihan terbaik dan menakjudkan di sekitar kawasan perairan Pulau Tunda.
Baca : Strategi Digitalisasi Sistem Informasi Data Pangan di Kabupaten Pandeglang
Di Pulau Tunda semuanya berjalan sangat asyik dan menyenangkan. Kami sekeluarga begitu menikmati keseruan suasana pelesiran disana.
Yang paling seru dari itu semua, Hari Minggu pagi (24/12/2023) kami sekeluarga berenang di Pantai Utara Pulau Tunda bersama-sama dengan rombongan warga setempat. Anak-anak, pemuda dan pemudi, bahkan orang tua ikut berenang menikmati akhir pekan beramai-ramai di Pantai yang indah itu.
Di antara keriangan anak-anak bermain air laut disana, saya mengakui bahwa Pulau Tunda merupakan pulau yang indah dan eksotis. Mulai dari kondisi alamnya yang berada di atas pulau, begitu pula di bawah lautnya yang masih cukup terjaga.
Selain itu saya banyak bincang-bincang dengan sejumlah warga setempat untuk mendapat cerita bagaimana warga lokal bertahan hidup di Pulau Tunda dan berdampingan dengan laut.
Baca :Â Tekan Risiko Anak Stunting Melalui 5 Pilar STBM
Warga Pulau Tunda dikenal sebagai nelayan tradisional turun temurun. Sebagian besar hidup dari sektor kelautan dan perikanan dengan menjadi Nelayan Pancing.
Ada pula sebagian nelayan yang masih melakukan praktik 'Babang' yakni aktivitas nelayan untuk mencari dan menangkap ikan yang akan pulang setelah beberapa lama pergi melaut dan kembali ke keluarganya dengan membawa hasil tangkapan ikan yang melimpah ruah.
Sebagian lagi adalah mereka warga lokal para pekerja pembuat kapal dan perahu nelayan tradisional yang sudah berlangsung sejak lama. Semuanya sudah berjalan secara turun temurun pula.
Dan sejauh ini menurut penuturan mereka, pemerintah hadir ditengah-tengah keberadaan warga Pulau Tunda, baik mengupayakan pengentasan kemiskinan melalui berbagai program usaha menengah, kecil dan mikro (UMKM) maupun upaya mendukung kapasitas SDM lokal dan sarana prasarana (Sarpras) nelayan lokal sebagaimana kebanyakan yang dilakukan warga Pulau Tunda.
Baca : Mengenal Badak Bercula Satu yang Jadi Maskot FIFA U-17 World Cup Indonesia 2023
Belakangan, perlahan tapi pasti sudah banyak warga -- terutama pemuda -- setempat mulai merambah ke sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dengan menjadi pelaku usaha wisata bahari, baik sebagai pemandu wisatawan, operator selam diving, operator snorkeling, penyedia homestay, maupun pemandu wisata memancing.
Saya juga berdiskusi dengan sejumlah pelaku usaha pariwisata setempat bagaimana ekowisata dijalankan dengan kearifan lokal yang ada melalui upaya warga setempat untuk tetap menjaga kelestarian terumbu karang, menumbuhkan jiwa konservasi terhadap keberadaan hutan mangrove, serta bahu membahu membersihkan sampah, sehingga tidak sampai mencemari pulau dan perairan sekitar Pulau Tunda.
Mereka pun menyadari bahwa kedatangan kunjungan wisata ke Pulau Tunda bisa mengganggu ekosistem dan budaya warga lokal. Namun, terlepas dari itu semua disadari kedatangan wisatawan tak bisa dipungkiri berdampak positif, lantaran sungguh sangat berperan secara signifikan dalam pengembangan potensi ekonomi lainnya - selain nelayan - yang bisa mengangkat kesejahteraan warga lokal.
Seperti semakin tumbuh dan berkembangnya pengrajin kreatif kerajinan cangkang kerang dan kreativitas lain bersumber daya alam lokal seperti souvenir, makanan khas sebagai buah tangan, serta kemajuan UMKM lain, baik jasa usaha maupun perdagangan usaha warung lokal.
Baca :Â Menghalau Kemiskinan Ekstrem dengan Menjadi Petani Produktif
Pulau ini dikelilingi oleh pantai berpasir putih. Sumber mata air tawar dalam kondisi baik dan sekitar separuh lebih pulau ini ditumbuhi hijaunya pepohonan dan mangrove pada bagian pesisirnya.
Air laut di sekitarnya tampak jernih. Padang lamun masih subur, ekosistem terumbu karang pun masih hidup. Bahkan, warga setempat mengaku jika sedang beruntung kerap kali berjumpa dengan ikan lumba-lumba yang melintas sambil meloncat-loncat diatas lautan terlihat jelas dari tepi pantai Pulau Tunda.
Disini nilai lokal leluhur dipegang teguh oleh mereka. Praktik nilai-nilai keagamaan sangat kental terasa lantaran seluruh penduduknya Muslim. Pun begitu mereka faham betul dan secara arif menerima kedatangan wisatawan yang berkunjung dengan catatan bisa menjaga keseimbangan pentingnya pariwisata berkelanjutan melalui penerapan nilai lokal yang harus tetap dipatuhi pendatang.
Mengutamakan pariwisata yang ramah tanpa merusak lingkungan ekosistem pulau maupun kawasan perairan laut Pulau Tunda.
Berbagai upaya dan kerja keras telah dilakukan para pelaku wisata setempat untuk terus membangkitkan ekowisata bahari di Pulau Tunda. Komukasi, informasi dan edukasi tentang pentingnya pariwisata yang berkelanjutan juga terus digalakan para pemangku kebijakan berkolaborasi dengan pelaku wisata yang tergabung dalam kelompok sadar wisata (Pokdarwis).
Tak sedikit dari kalangan akademisi dan berbagai lembaga swadaya masyarakat berkontribusi dengan melakukan penelitian sekaligus melakukan aksi nyata untuk mendukung keberlanjutan pariwisata yang ramah lingkungan di Pulau Tunda.
Baca : Jejak Tsunami Gunung Krakatau di Kawasan Geopark Ujung Kulon
Terlepas dari berbagai upaya pemajuan pariwisata berkelanjutan yang telah dilakukan pemangku kepentingan, sejumlah pelaku wisata menyatakan masih perlunya peningkatan SDM warga lokal agar dapat optimal menjalankan perannya, terutama dalam membangkitkan potensi ekonomi lokal melalui pariwisata berkelanjutan.
Oleh karena itu, warga lokal Pulau Tunda perlu diberi dukungan yang sesuai dengan potensi yang ada dan menjadi kebutuhan warga setempat.Â
Sementara itu di Pulau Tunda sendiri saat ini sudah cukup layak mendapat gelar sebagai salah satu desa wisata dengan ekowisata bahari yang disandangnya.
Disini warga lokal menjadi pelaku wisata dan sepenuhnya didukung oleh warga lokal lantaran dirasakan mendapatkan manfaat langsung maupun tidak langsung dari keberadaan kedatangan kunjungan wisatawan ke Pulau Tunda.
Saya terkesan dengan perlakuan warga lokal disini yang sudah menerapkan sapta pesona pariwisata Indonesia. Sampai disini saya harus mengatakan kontribusi Pokdarwis yang diketuai Sudirman dkk berperan besar dalam menumbuhkembangkan pariwisata berkelanjutan di Pulau Tunda.
Terlepas dari berbagai kekurangan yang masih ada, Desa Wisata Bahari Pulau Tunda dinilai sudah setara dengan desa wisata lain di gugusan Kepulauan Seribu DKI Jakarta yang sudah sangat populer.Â
Salam Literasi Pariwisata Berkelanjutan
Ade Setiawan, 26.12.2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H