Di Pulau Tunda semuanya berjalan sangat asyik dan menyenangkan. Kami sekeluarga begitu menikmati keseruan suasana pelesiran disana.
Yang paling seru dari itu semua, Hari Minggu pagi (24/12/2023) kami sekeluarga berenang di Pantai Utara Pulau Tunda bersama-sama dengan rombongan warga setempat. Anak-anak, pemuda dan pemudi, bahkan orang tua ikut berenang menikmati akhir pekan beramai-ramai di Pantai yang indah itu.
Di antara keriangan anak-anak bermain air laut disana, saya mengakui bahwa Pulau Tunda merupakan pulau yang indah dan eksotis. Mulai dari kondisi alamnya yang berada di atas pulau, begitu pula di bawah lautnya yang masih cukup terjaga.
Selain itu saya banyak bincang-bincang dengan sejumlah warga setempat untuk mendapat cerita bagaimana warga lokal bertahan hidup di Pulau Tunda dan berdampingan dengan laut.
Baca :Â Tekan Risiko Anak Stunting Melalui 5 Pilar STBM
Warga Pulau Tunda dikenal sebagai nelayan tradisional turun temurun. Sebagian besar hidup dari sektor kelautan dan perikanan dengan menjadi Nelayan Pancing.
Ada pula sebagian nelayan yang masih melakukan praktik 'Babang' yakni aktivitas nelayan untuk mencari dan menangkap ikan yang akan pulang setelah beberapa lama pergi melaut dan kembali ke keluarganya dengan membawa hasil tangkapan ikan yang melimpah ruah.
Sebagian lagi adalah mereka warga lokal para pekerja pembuat kapal dan perahu nelayan tradisional yang sudah berlangsung sejak lama. Semuanya sudah berjalan secara turun temurun pula.
Dan sejauh ini menurut penuturan mereka, pemerintah hadir ditengah-tengah keberadaan warga Pulau Tunda, baik mengupayakan pengentasan kemiskinan melalui berbagai program usaha menengah, kecil dan mikro (UMKM) maupun upaya mendukung kapasitas SDM lokal dan sarana prasarana (Sarpras) nelayan lokal sebagaimana kebanyakan yang dilakukan warga Pulau Tunda.
Baca : Mengenal Badak Bercula Satu yang Jadi Maskot FIFA U-17 World Cup Indonesia 2023