Terkait hal itu, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan telah mengingatkan masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes) menyusul peningkatan kembali kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir. Tentu saja tidak cukup dengan peringatan pemerintah pusat, namun perlu langkah konkret dari pemerintah daerah untuk mengeksekusi kebijakan tersebut.
Baca juga :Â Tekan Risiko Anak Stunting Melalui 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Mycoplasma Pneumoniae yang Mencemaskan
Baru saja reda Pandemi Covid-19, belum lama ini Kementerian Kesehatan mengkonfirmasi kehadiran suatu penyakit yang konon katanya 'misterius' yakni Mycoplasma Pneumoniae, yang telah melanda Tiongkok, negara yang dulu juga menjadi cikal bakal virus corona berasal dan kemudian akhirnya mendunia menjadi Pandemi Covid-19
Informasinya, Mycoplasma Pneumoniae, yang melanda Tiongkok Utara dan mayoritas menyerang anak-anak, telah terdeteksi di Indonesia. Tulis rilis Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemkes.go.id edisi 6 Desember 2023.
Sontak saja saya, kita, dan masyarakat cemas, kekhawatiran akan situasi pandemi Covid-19 tiba-tiba muncul. Kecemasan yang melanda kita semua itu wajar mengingat sebelumnya penyakit Mycoplasma Pneumoniae tidak ada di Indonesia, namun tiba-tiba muncul.
Padahal sepekan sebelumnya beredar informasi bahwa, "Di Indonesia memang belum ditemukan adanya pneumonia pada anak akibat Mycoplasma. Namun, itu bukan berarti ini penyakit baru. Pelaporan dari segi surveilans untuk bakteri ini memang berbeda. Diagnosisnya juga sulit. Selain itu, kita (Indonesia) juga belum banyak punya fasilitas untuk mendeteksi Mycoplasma," tulis kompas.id edisi 1 Desember 2023.
Baca juga :Â Jalan Panjang dan Berliku untuk Bebas dari Rabies
Penyakit Pneumonia di Indonesia
Secara umum, Pneumonia (bukan mycoplasma pneumoniae) adalah infeksi pada paru-paru, banyak menyerang anak-anak balita (bawah lima tahun). Di kampung saya mereka menyebut penyakit ini dengan istilah "paru paru basah", karena biasanya paru-paru penderita pneumonia dipenuhi oleh air atau cairan lendir.
Penyakit ini dapat dialami oleh siapa saja, tapi bila pneumonia dialami anak-anak bisa sangat berbahaya. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa pneumonia adalah penyebab 16 persen kematian balita di dunia pada tahun 2015.
Menurut Unicef, organisasi (PBB) yang bertujuan untuk meningkatan kualitas hidup anak, tidak ada penyebab tunggal terjadinya infeksi pneumonia. Penyakit ini bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur yang ada di udara. Â Penderita - kebanyakan - anak-anak yang terkena pneumonia akan sulit dan terasa sakit untuk bernapas karena paru-parunya berisi nanah dan cairan. Gejala -- umum - lain dari pneumonia termasuk demam, batuk, dan wheezing (mengi).
Baca : Waspadai Ancaman Laten PMK
Berikut beberapa fakta yang dikutip dari unicef.org  tentang pneumonia pada anak yang perlu kita ketahui.