Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Badak Bercula Satu yang Jadi Maskot FIFA U-17 World Cup Indonesia 2023

2 Desember 2023   01:00 Diperbarui: 2 Desember 2023   01:11 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenal Badak Bercula Satu yang Jadi Inspirasi Maskot FIFA U17 World Cup Indonesia 2023

Hiruk pikuk dan keseruan pertandingan Piala Dunia U17 yang mempertontonkan kemahiran para talenta muda dalam bersepakbola sebentar lagi memasuki fase grand-final.

Perhelatan sepakbola akbar sejagad untuk kategori usia dibawah tujuhbelas tahun ini tak terasa akan segera berakhir. Masyarakat Indonesia terlihat begitu antusias menonton pertandingan demi pertandingan, baik langsung datang ke stadion maupun maupun melalui siaran langsung di televisi.

Dari 52 pertandingan sepakbola yang diagendakan di selama kejuaraan Piala Dunia U17, sudah 51 pertandingan digelar di empat stadion yang tersebar di kota Jakarta, Bandung, Surakarta, dan Surabaya. Sisa terakhir yakni laga pamungkas antara Jerman berjumpa Prancis, yang akan berlangsung di Stadion Manahan Solo, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, Sabtu 2 Desember 2023.

Namun, tahukah dibalik hajatan sepakbola Piala Piala Dunia U17 yang diselenggarakan sejak 10 November 2023 tersebut ada Maskot yang selalu ikut memeriahkan disetiap laga pertandingan kejuaraan sepakbola internasional di Indonesia yang diikuti 24 tim negara peserta ini!

Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U17 tentu Indonesia mempunyai Maskot yang diharapkan berperan penting untuk mengajak masyarakat pecinta bola sepak untuk datang ke stadion menyaksikan aksi para pesepak bola muda berkompetisi.

Ya! Maskot itu adalah Badak Cula Bercahaya, kepanjangan dari "Bacuya". Filosofi "Bacuya" merupakan Badak Jawa Muda yang sangat pemalu dan pendiam. "Terlepas dari karakteristik itu, rasa ingin tahunya memaksa untuk berlari dengan tabah ke lapangan seperti ingin mencari sesuatu"

"Nuansa rumput hijau yang menjadi latar memotivasinya sampai dia menemukan sepakbola. Tiba-tiba sesuatu yang luar biasa terjadi. Tanduknya menyala dengan warna-warna baru. Momen inilah yang mengubah Bacuya"

"Bacuya merupakan pembela. Ia memperjuangkan hak anak muda untuk bersenang-senang dan berekspresi. Ia adalah penjaga talenta muda dan mercusuar untuk masa depan sepakbola. Energi badak juga diharapkan membawa keceriaan dan keseruan sepak bola dunia"

Lalu, inspirasi siapakah "Bacuya" ini sebenarnya? Dari mana asal muasal dan bagaimana keberadaan Sang Inspirator itu sekarang?

Baca juga: Prancis Melaju ke Final Berjumpa Sesama Tim Eropa Jerman

Inspirasi Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon Pulau Jawa

Maskot Piala Dunia U17 (Dokumentasi indonesiabaik.id)
Maskot Piala Dunia U17 (Dokumentasi indonesiabaik.id)

Maskot Badak bercula satu ini terinspirasi oleh nama hewan langka asli Indonesia. Ia biasa disebut Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan di dunia hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di wilayah Semenanjung paling barat Pulau Jawa. Letak persis lokasi TNUK ada di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten.

"Saat ini populasi Badak Jawa di kawasan ini tinggal hampir 80 ekor" - Kompas (Rabu, 12/4/2023).

Ia merupakan salah satu jenis satwa liar yang menjadi prioritas konservasi spesies. "Badak Jawa merupakan satu dari dua jenis badak yang habitatnya hanya di Indonesia, dengan sebaran populasi saat ini hanya terbatas di semenanjung barat daya Pulau Jawa, di kawasan TNUK. Badak bercula satu ini juga merupakan satu dari hanya lima spesies Badak yang tersisa di seluruh dunia saat ini, dan merupakan salah satu jenis mamalia besar paling jarang populasinya di dunia. 

"Berdasarkan Red List Data Book IUCN, Badak Jawa berstatus Critically Endangered dan hal tersebut dikarenakan oleh sebaran populasi yang sempit, jumlah populasi yang kecil, serta tingkat risiko terhadap habitat dan populasinya" melansir artikel "Memahami Kondisi Badak Jawa Terkini" di laman ksdae.menlhk.go.id edisi 26 Agustus 2023

Perilaku Badak Jawa yang belum teridentifikasi detail, membuat habituasi dan pengelolaan konservasinya cukup sulit. "Satwa ini memiliki sifat pemalu dan sensitif, sehingga sedikit gangguan saja bisa membuat badak ini terganggu".

Bahkan, menurut Rois Mahmud, perwakilan dari Aliansi Lestari Rimba Terpadu (ALeRT), "Ada indikasi kecenderungan melukai dirinya sendiri jika mengalami stress. Kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku konservasi dalam menjaga habitat dan populasi Badak Jawa.

Selain itu di TNUK terdapat puluhan satwa lainnya yang dilindungi diantaranya Banteng, Rusa timor, Kijang, Macan tutul, Reftil Buaya Muara hingga Elang Jawa. Jumlahnya sekira 46 jenis hewan yang dilindungi.

Lain itu banyak flora langka di Kawasan Ujung Kulon dan beragam jenis sumber daya alam hayati baik ekosistem tumbuhan darat, ekosistem pantai, maupun ekosistem perairan laut.

Baca juga: Langkah Argentina Kandas Dihentikan Jerman Melalui Drama Adu Finalti dengan Skor 5-7

Sejarah Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang

Peta TNUK (Dokumentasi tnujungkulon.menlhk.go.id)
Peta TNUK (Dokumentasi tnujungkulon.menlhk.go.id)

Mengutip laman tnujungkulon.menlhk.go.id, "Kawasan Ujung Kulon pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli Botani Jerman, F. Junghun pada Tahun 1846, ketika sedang mengumpulkan tumbuhan tropis. Pada masa itu kekayaan flora dan fauna Ujung Kulon sudah mulai dikenal oleh para peneliti. Bahkan perjalanan ke Ujung Kulon ini sempat masuk di dalam jurnal ilimiah beberapa tahun kemudian"

"Tidak banyak catatan mengenai Ujung Kulon sampai meletusnya gunung krakatau pada tahun 1883. Namun kemudian kedahsyatan letusan Krakatau yang menghasilkan gelombang tsunami setinggi kurang lebih 15 meter, telah memporak-porandakan tidak hanya pemukiman penduduk di Ujung Kulon, tetapi satwaliar dan vegetasi yang ada. Meskipun letusan Krakatau telah menyapu bersih kawasan Ujung Kulon, akan tetapi beberapa tahun kemudian diketahui bahwa ekosistem-vegetasi dan satwaliar di Ujung Kulon tumbuh baik dengan cepat"

Tahun 1991, "Komisi Warisan Dunia UNESCO menetapkan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Natural World Heritage Site. Dalam perkembangannya kemudian tahun 2014, beberapa areal berhutan ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi, dan ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Taman Nasional Ujung Kulon dengan luas 105.694,46 Ha." "Selanjutnya pada 2019, Kawasan TNUK dan sekitarnya diusulkan sebagai Geopark Ujung Kulon dan hingga saat ini masih dalam proses untuk ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Geopark Nasional di Indonesia" Demikian dikutip dari tnujungkulon.menlhk.go.id

Baca juga: Drama Gol Piala Dunia U17: 1.469 Gol Diselamatkan, 159 Gol Tercipta, dan 14 Gol Penalti

Lokasi Penelitian, Foto Jurnalistik, dan Destinasi Wisata

Lokasi Ekowisata (Dokumentasi tnujungkulon.menlhk.go.id)
Lokasi Ekowisata (Dokumentasi tnujungkulon.menlhk.go.id)

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan kawasan konservasi alam yang  memiliki daya tarik keindahan alam yang eksotis. Oleh karena itu, kawasan ini tak jarang dikunjungi untuk keperluan penelitian flora dan fauna. Serta adakalanya untuk pembuatan film dan pemotretan foto jurnalistik. Begitupun sering dikunjungi wisatawan lokal dan dari mancanegara.

Namun, semua kunjungan dari luar sangat terbatas sekali. Dan memerlukan ijin khusus dari pengelola Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Hal ini dikarenakan agar tidak mengganggu habitat Badak Jawa. Lain itu untuk menjaga kelestarian alam di kawasan yang masih terbilang jarang dijamah tangan manusia ini.

Adapun untuk kepentingan penelitian flora dan fauna disyaratkan mengajukan permohonan Ijin Penelitian terlebih dahulu. (tnujungkulon.menlhk.go.id)

Begitu pula untuk untuk pembuatan film dan pemotretan foto jurnalistik diperlukan pengajuan proposal, melampirkan identitas tanda pengenal hingga Surat pernyataan tentang kesanggupan untuk mematuhi ketentuan perundang-undangan dan lain-lain sesuai ketentuan yang berlaku. (tnujungkulon.menlhk.go.id)

Sedangkan, kegiatan wisata alam yang dapat di lakukan di lokasi ini antara lain trekking, berkemah, hingga mengamati hewan liar. Untuk memasuki kawasan ini pengunjung dikenakan tiket masuk. Tarif masuk TNUK tidak mahal. Karcis pengunjung umum antara Rp5.000, - Rp7.500 saja. (tnujungkulon.menlhk.go.id)

Di Semenanjung Ujung Kulon terdapat jalur tetap yang dapat digunakan untuk Trekking. Fasilitas lainnya adalah Pos Jaga yang terdapat dibeberapa titik seperti Karang Ranjang, Cibunar, dan Cidaon. Selain trekking, kegiatan wisata lainnya yang dapat dilakukan adalah mengamati kawanan hewan di padang penggembalaan Cidaon dan Cigenter, berkemah di Tanjung Layar, dan wisata budaya di Goa Sang Hyang Sirah.

Lain dari itu terdapat ragam kegiatan ekowisata yang jangan dilewatkan jika berkunjung di Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yakni ke Pulau Handeuleum, Pulau Peucang, dan Pulau Panaitan.

Baca juga : Menanti Juara Baru di Piala Dunia U17 Indonesia 2023

3 Pulau Situs Warisan Dunia UNESCO

Pulau Handeuleum Warisan Dunia UNESCO

Pulau Handeuleum (Dokumentasi tnujungkulon.menlhk.go.id)
Pulau Handeuleum (Dokumentasi tnujungkulon.menlhk.go.id)

Pulau Handeuleum terletak diantara beberapa pulau kecil yang berada di ujung timur laut pantai semenanjung Ujung Kulon. Pulau Handeuleum merupakan pulau yang kaya akan keanekaragaman jenis mangrove. Di pulau Handeuleum terdapat lokasi yang tenang dengan menawarkan perjalanan melalui sungai untuk menikmati aneka tipe hutan, ragam jenis satwa liar serta daerah berawa-rawa.

"Kegiatan wisata disini dinikmati dengan wisata "canoing" menyusuri sungai Cigenter ditengah hutan mangrove dengan kicauan burung, menambah keindahan dan kealamian. Di hulu sungai terdapat pemandangan air terjun Cigenter"

Pulau Peucang Warisan Dunia UNESCO

Pulau Peucang (Dokumentasi tnujungkulon.menlhk.go.id)
Pulau Peucang (Dokumentasi tnujungkulon.menlhk.go.id)

Pulau Peucang, lokasinya di Selat Panaitan sebelah barat Taman Nasional Ujung Kulon. "Pantai di Pulau Peucang memiliki karakteristik yang khas pasir putih dan hamparan yang luas. Obyek Wisata Alam yang dinikmati di pulau ini antara trekking ke karang copong, berenang, snorkeling, dan menyelam. "Wild life Viewing" dapat dinikmati dengan menyeberang ke Padang Pengembalaan Cidaon yang memakan waktu sekira 15 menit dengan menggunakan boat kecil yang berkapasitas enam orang. 

"Di Cidaon pengunjung dapat mengamati atraksi satwa seperti banteng, merak, rusa, dan babi hutan. Selain itu juga dapat melihat situs sejarah peninggalan Kolonial Belanda berupa menara mercusuar dan bekas pembangunan dermaga di Tanjung Layar dan Cibom"

Pulau Panaitan Warisan Dunia UNESCO

Pulau Panaitan (Dokumentasi tnujungkulon.menlhk.go.id)
Pulau Panaitan (Dokumentasi tnujungkulon.menlhk.go.id)

Pulau ini terbentuk oleh hutan yang masih asli dengan berbagai jenis satwa. "Kawasan pantai pulau ini berbatu dan berpasir putih yang lebar, yang melindungi terumbu karang yang indah diselimuti oleh hutan dan berbagai macam hewan liar seperti rusa, babi hutan, monyet, ular phyton dan burung-burung. Beberapa jenis buaya air tawar dan kadal raksasa juga bisa ditemui disini. Salah satu bukit tinggi dikenal sebagai Gunung Raksa tempat ditemui patung-patung Hindu Purba di puncaknya.

"Pulau Panaitan dan teluk yang besar dibagian selatan pulau menawarkan gelombang kelas dunia yang dapat digunakan untuk berselancar salah satunya "One Palm Point", yang terkenal dengan gulungan ombak yang pecah sempurna di atas karang yang dangkal".

Teluk ini menawarkan tantangan berupa gelombang dari arah kiri dan dapat bermain selancar dengan sepuasnya. Ketika musim barat tiba dan saat cuaca sedang baik, teluk di sebelah barat pulau Panaitan ini merupakan pilihan terbaik untuk berselancar. 

Selain berselancar pulau Panaitan juga mempunyai beberapa lokasi yang sangat baik bagi kegiatan menyelam terdapat di ujung pantai utara dan timur pulau Panaitan yaitu di sekitar hamparan karang batu pitak dekat Legon Butun. Namun demikian, kegiatan menyelam di tempat ini tidak disarankan dan tidak direkomendasikan bagi para pemula.

Di ujung pulau jawa terdapat kawasan Wisata budaya di gunung Raksa dan wisata religius Sanghyang Sirah, sejarah Arca Ganesha yang terdapat di puncak Gunung Raksa patung ini merupakan daya tarik utama karena bentuknya yang berbeda dengan patung lainnya di Indonesia, selain itu ada wisata religius terdapat di daerah Shanghyang Sirah yang ramai dikunjungi oleh pengunjung.

Selamat Akhir Pekan dan Berkunjung di Taman Nasional Ujung Kulon!

Salam Literasi

Salam Kompasianer Ade Setiawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun