Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Tekan Risiko Anak Stunting Melalui 5 Pilar STBM

1 Desember 2023   00:00 Diperbarui: 5 Desember 2023   17:10 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stunting adalah gangguan tumbuh kembang pada anak. Stunting tersebab akibat kondisi gizi buruk yang diderita dalam kurun waktu lama – kronis - dan infeksi penyakit yang berulang.

Selain itu, stunting juga dapat disebabkan oleh faktor multi-dimensi yang sangat rentan terjadi disaat yang paling menentukan pada 1.000 (seribu) hari pertama kehidupan (HPK) atau saat bayi berusia kurang dari tiga tahun (Batita) diantaranya akibat, pola asuh orang tua yang buruk, kurangnya akses terhadap makanan bergizi, kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi, serta pelayanan kesehatan yang terbatas.

Secara fisik, stunting pada anak ditandai dengan panjang atau tinggi badan dan berat badan di bawah standar yang ditetapkan.

Lain dari itu, stunting bisa – mulai - terjadi ketika seorang remaja menjadi seorang ibu yang kurang gizi dan menderita anemia.  Kemudian saat hamil tidak mendapatkan asupan gizi yang memadai. Serta keluarga -ibu - tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang tidak layak.

Hal itu berdasarkan fakta, bahwa telah terjadi kasus sebanyak 36,3 persen para – gadis - remaja dengan usia 15-19 tahun mengalami kekurangan energi kronis (kurang asupan makanan bergizi dalam jangka Panjang), dan 33,5 persen “Wanita Usia Subur” usia 15-49 tahun yang hamil  berisiko kekurangan energi kronis, serta sebanyak 37,1 persen mengalami kekurangan sel darah merah – animea – atau biasa disebut kurang darah.

Jadi, kasus stunting bisa saja terjadi disemua siklus kehidupan manusia, mulai sejak kelahiran, saat bayi, pada anak, menginjak remaja hingga ketika bayi dalam kandungan.

Masalah stunting jika tidak segera ditanggulangi, cepat atau lambat, bakalan menimbulkan peningkatan angka kesakitan dan kematian. Secara dampak yang ditimbulkan beragam, dapat berupa “Dampak Pendek”, lambatnya pertumbuhan perkembangan mental - “kognitif” - anak, kegagalan pertumbuhan secara fisik, serta gangguan metabolisme.

Sedangkan dalam jangka panjang – “Dampak Panjang” - yang disebabkan akibat stunting dapat berupa penurunan kesehatan reproduksi, menimbulkan risiko “obesitas”, dan penyakit tidak menular lainnya. Oleh karena itu, sebagai upaya menurunkan angka “prevalensi” kasus stunting di Indonesia, maka Pemerintah menargetkan untuk penurunan angka stunting pada tahun 2024 sebesar 14 persen dengan beberapa strategi nasional percepatan penurunan stunting.

Terkait hal tersebut, penanggulangan kasus stunting tak melulu soal penyembuhan penyakit dan memberikan asupan gizi setelah kasus terjadi. 

Hal yang lebih penting justru strategi untuk mencegah stunting adalah dengan mempertajam intervensi di hulu. Caranya, dengan melakukan prioritas pencegahan kelahiran anak stunting dan mempertajam intervensi yakni dimulai intervensi yang pertama saat pra-nikah dan pada masa kehamilan dan masa jeda, kedua, peningkatan kualitas, kuantitas dan kecepatan pendataan, ketiga, pendampingan keluarga, keempat, koordinasi pelaksanaan percepatan penurunan angka kematian ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun