Di tempat kami tinggal, sebagian besar warga masyarakat masih menggunakan alat memasak tradisional bernama 'hawu' di samping mereka juga sudah punya kompor gas sebagai pilihan alat untuk memasak.
Kebiasaan ini sudah dilakukan turun temurun sejak nenek moyang hingga kini masih eksis -- ada - dan terus dilakukan.
Umumnya ngaliwet dilakukan saat ingin makan bersama secara praktis, saat kedatangan teman mendadak, kumpul kebersamaan bersama warga, hingga saat ronda malam.
Jadi, ngaliwet dapat dikatakan sebagai kearifan lokal -- tradisi - ajang menjalin kebersamaan dan keakraban diantara warga setempat.
Bahkan, biasanya ketika akan ngaliwet, maka diantara warga -- terutama para pemuda - akan saling urunan untuk membeli bahan makanan yang dibutuhkan.
Sungguh suasana kebersamaan dan jalinan keakraban yang tiada tara
Baca juga ;Â Jelang Hari Puskeswan Nasional, Puskeswan Pandeglang Bebenah
Ajang Kebersamaan di Hari Santri Nasional
Di Kabupaten Lebak momentum Hari Santri Nasional merupakan ajang untuk menjalin kebersamaan dan keakraban antara pemerintah dan masyarakat termasuk para Santri dan para Ulama setempat.
Setiap Hari Santri 22 Oktober Pemerintah Daerah menggelar festival yang diikuti puluhan ribu Santri dan para Ulama dari penjuru Kabupaten Lebak.
Kegiatan ini, merupakan agenda tahunan dalam merayakan Hari Santri Nasional yang merupakan penghormatan besar akan perjuangan santri dalam mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan resolusi jihadnya.
Dalam rangkaian Festival Santri, Pemerintah Kabupaten Lebak mengadakan Murak Liwet Seribu Kastrol 10 Ribu Santri, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional yang digelar di Alun-Alun Kota Rangkasbitung, Lebak, Ahad (22/10/2023).