Sebelum "tandur" ada proses sebelumnya yakni persemaian dan pengolahan lahan. Begitulah Sebagian besar warga kampung kami bertani secara tradisional sepanjang tahun. Bertahun-tahun. Hingga kini. Entah sampai kapan !
Mereka hidup tenang. Mereka tentram. Mereka bekerja sebagai petani, dilakukannya dengan senang hati. Tanpa mengeluh. Riang gembira dan hidup bersahaja.
Mereka tidak terlalu khawatir memandang hidup. Pikiran mereka sederhana dan tidak rumit. Â Begitulah kehidupan sehari-hari warga kampung kami.
Diterpa terik matahari para petani bersabar. Disiram hujan para petani bersyukur. Mereka tidak takut dengan kemarau. Mereka tidak gentar dengan el nino.
Mereka tetap bertani secara maksimal. Bahkan ditengah ketidakpastian pasokan air, mereka meminta hujan dengan sholat istisqo. Mereka bahkan tidak pernah takut gagal.
Mereka memiliki keyakinan kuat siapa menabur benih dia akan menuai hasil. Bahasa gaulnya, "proses tidak akan menghianati hasil".
Lebih dari itu, mereka memiliki keyakinan agama yang tangguh. Bersyukur dengan nikmat yang telah diberikan sebagai petani, sekecil apapun.
Dan kuat dalam sabar ketika diberi cobaan dan kesusahan hidup, sebesar apapun.
Karenanya, mereka terus bekerja dengan maksimal sepanjang hari -- sepanjang minggu -- sepanjang bulan -- sepanjang tahun dan mengupayakan semua yang terbaik untuk usaha pertaniannya.
Lalu sisanya, biarlah Allah saja yang akan menentukan!
Kami banyak belajar tentang arti kehidupan dari mereka.