Mohon tunggu...
Ade Saputra Setiadi
Ade Saputra Setiadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi UIN Walisongo Semarang

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Berdamai dengan Stress Melalui Strategi Coping Stress

21 Desember 2021   08:50 Diperbarui: 21 Desember 2021   08:56 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perlu kita ketahui saat ini dunia sedang mengalami problematika yang sangat mengkhawatirkan,  terutama di negara kita yaitu Indonesia yang sedang digemparkan dengan adanya pandemi Covid-19 yang berbahaya bahkan mematikan. Kasus pertama virus ini di Indonesia ditemukan pada tahun 2020 dan pandemi masih berlanjut hingga sekarang. 

Adapun dampak dari virus Covid-19 ini yaitu seperti kesehatan terancam, ekonomi melemah, pendidikan teralihkan, dan interaksi sosial pun juga terhalang. 

Dari kasus-kasus yang sudah ada, masyarakat mengalami dampak yang dapat mengancam atau berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental mereka. Masyarakat harus beradaptasi dengan perubahan keadaan saat ini yang notabennya tidak mudah juga. Apa lagi penyebaran virus Covid-19 begitu cepat, sehingga membuat masyarakat resah dan stress.

Stress muncul karena banyaknya tuntutan pada diri dari lingkungan sekitar yang menyebabkan munculnya tekanan fisik dan psikis. Ditambah kondisi penyesuaian lingkungan yang sangat berbeda sekali saat pandemi Covid-19 datang dan sebelum pandemi datang maka dari itu masyarakat sangat tertekan dan stress dengan perubahan tersebut. 

Menurut Robert S. Feldman, stress adalah suatu peristiwa yang dapat mengancam serta membahayakan individu dalam merespon suatu kejadian pada level tertentu. Untuk bertahan dalam situasi yang buruk seperti saat ini masyarakat memilih untuk mengatasi dan meminimalisasi suatu permasalahan yang ada, masyarakat memiliki mekanisme pertahanan diri atau biasa disebut dengan Coping Stress.  

Lazarus & Folkman (1984), mengatakan bahwa usaha melakukan coping stres yaitu dengan mengoreksi atau menguasai suatu masalah yang sedang dihadapi serta mengubah persepsinya mengenai penerimaan ancaman atau hal-hal yang dapat membuatnya menghindari situasi yang sedang terjadi.

Konsep stress dikembangkan oleh peneliti Cannon dengan istilah "fight-or-flight response" pada tahun 1914, yang diartikan sebagai bentuk dari repons tubuh terhadap sesuatu. Stress merupakan bagian dari penyebab berubahnya keseimbangan fiiologis yang diperoleh dari rangsangan fisik maupun psikologis pada individu.

Istilah stress ditujukan pada tekanan yang berada pada tubuh. Dalam psikologi, penggunaan istilah stress mengacu pada tekanan pada organisme untuk menyesuaikan diri. Sumber stress biasa disebut stressor.

Faktor penyebab stress

1. Lingkungan, yang termasuk stressor lingkungan antara lain:

  • Sikap Lingkungan, dalam lingkungan akan ada penilaian positif dan negatif, setiap individu memiliki tuntunan untuk selalu positif sesuai dengan norma yang diterapkan pada lingkungan tersebut,
  • Sikap dan tuntutan keluarga, stress dapat terjadi karena banyaknya tuntunan dalam keluarga yang mengatur harus bagaimana individu tersebut melangkah kedepannya.
  • Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), perkembangan zaman yang membuat seseorang secara tidak langsung dituntut untuk update tentang hal-hal baru dapat membuat stress, dimana ia harus mengetahui perkembangan agar tidak dinilai gaptek oleh lingkungan sekitarnya.

2. Diri sendiri, yang meliputi:

  • Berupa kebutuhan psikologis mengenai suatu keinginan yang ingin dicapai
  • Proses internalisasi, dimana setiap individu harus selalu mengikuti dan menyerap hal-hal baru sesuai dengan perkembangan yang diinginkan.

3. Pikiran, yang meliputi:

  • Stress bisa hadir dikarenakan dengan pemikiran atau persepsi individu terhadap lingkungan yang dapat memengaruhi dirinya
  • Penilaian mengenai cara menyesuaikan diri yang bisa dilakukan oleh individu.

Penyebab stress diatas tidak akan membuat individu stress secara langsung, karena setiap orang apabila menghadapi masalah akan memiliki cara yang berbeda untuk menghadapinya . Menurut Kozier & Erb, dikutip dalam Keliat B.A terdapat beberapa hal yang mempengaruhi dampak dari stressor, yaitu:

  1. Sifat Stressor yaitu berupa pengetahun tiap individu mengenai cara mengatasi stress dan darimana stress tersebut berasal serta seberapa besar pengaruh stressor bagi individu akan memiliki dampak stress yang berbeda tiap individu.
  2. Banyaknya stressor yakni jumlah stressor yag diterima individu secara bersamaan dan apabila individu tidak siap untuk menerima maka dapat berpengaruh para perilaku individu yang dapat menimbulkan perilaku yang negatif.
  3. Lamanya stressor yaitu seberapa sering individu mendapat stressor yang sama, apabila terlalu sering maka dapat menimbulkan kelelahan dalam mengatasi stressor tersebut.
  4. Pengalaman masa lalu, dimana pengalaman individu yang sebelumnya dapat memengaruhi bagaimana individu dalam menghadapi suatu masalah.
  5. Tingkat perkembangan, kondisi perkembangan individu yang berkaitan dengan kesiapan menghadapi stressor.

Kemudian bagaimana stress berdampak pada tubuh? Sistem dalam tubuh merespon stress dengan cara yang  berbeda antara satu sistem dengan sistem lain. 

Dalam sistem saraf pusat dan endokrin, sistem saraf pusat akan memberikan signal yang asalnya dari hipotalamus menuju ke kelenjar adrenal guna melepaskan hormon kortisol dan adrenalin yang mengakibatkan adanya pelebaran pembuluh darah pada kaki dan lengan, meningkatnya detak jantung, pernapasan lebih cepat, serta kadar glukosa dalam darah meningkat.

Lalu di sistem pernapasan, stres dapat menyebabkan pernapasan menjadi lebih cepat sebagai bentuk upaya untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh, yang mana hal ini bisa menjadi masalah bagi orang yang mengalami emfisema atau asma. Selain itu napas cepat (hiperventilasi) juga bisa mengakibatkan serangan panik. 

Selanjutnya pada sistem kardiovaskular, karena stress detak jantung yang meningkat serta akan melebarnya pembuluh darah yang bergerak kearah jantung dan otot besar, yang mana dapat menyebabkan meningkatnya volume darah yang dipompa ke seluruh tubuh dan juga meningkatkan tekanan darah, sehingga meningkatkan beberapa risiko, seperti terserang hipertensi, serangan jantung dan stroke. 

Kemudian dalam sistem pencernaan, stress yang membuat detak jantung dan pernapasan meningkat akan mengganggu sistem pencernaan, karena mungkin hal tersebut bisa membuat seseorang makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya. Hal itu juga bisa meningkatkan pula risiko mengalami mual, sakit perut, heartburn, serta refluks asam. 

Lalu pergerakan makanan dalam usus juga dapat dipengaruhi stress yang nantinya akan menyebabkan sembelit. Lalu pada sistem otot rangka, bila stress terjadi dapat menyebabkan otot menegang dan akan normal kembali jika sedang tidak stress, tetapi jika stressnya berkelanjutan, otot tidak akan memilki waktu rileks dan terus tegang. Hal tersebut akan berimbas pada timbulnya nyeri punggung, sakit kepala, serta nyeri yang menyerang seluruh tubuh. 

Selanjutnya pada sistem reproduksi, dapat mempengaruhi gairah seksual, lalu pada pria juga akan mengalami penurunan kadar hormon testosteron, sedangkan pada wanita akan mempengaruhi siklus menstruasinya. Yang terakhir yaitu pada sistem imun, ketika stress hormon kortisol akan lepas yang mana hal tersebut dapat membuat terhambatnya pelepasan histamin dan respon peradangan guna melawan zat asing, karenanya seseorang dengan stress kronis dapat lebih mudah terkena penyakit seperti inflenza dan berbagai  penyakit infeksi lainnya.

Ada berbagai macam strategi coping yang dapat digunakan oleh individu dan merupakan suatu proses berangkai yang mana individu akan terus mencoba beberapa strategi hingga menemukan strategi yang sesuai atau yang tepat digunakan. 

Keberhasilan coping yang dilakukan individu dapat terlihat bila individu dapat menerapkan dengan tepat secara adaptif dan efektif antara beberapa alternatif coping dengan permasalahannya sehingga dapat tercapai tujuan dari coping itu sendiri. Secara umum, menurut Lazarus & Folkman (1984) strategi coping dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Fokus pada masalah

Strategi ini merupakan suatu tindakan yang mengarah pada pemecahan masalah. Adapun macam bentuknya antara lain:

  • Planful problem solving yaitu memberikan reaksi dengan melakukan usaha-usaha tertentu dengan tujuan untuk membuat keadaan berubah, dan untuk penyelesaian masalah dilanjutkan dengan pendekatan analitis.
  • Confrontative coping yaitu memberikan reaksi untuk merubah keadaan yang bisa memberi gambaran tingkatan risiko yang harus diambil.
  • Seeking social support yaitu memberikan reaksi dengan mencari dukungan dari pihak luar, baik berupa dukungan emosional, infirmasi-informasi, maupun bantuan yang nyata berupa tindakan.

2. Fokus pada emosi

Strategi ini merupakan suatu bentuk usaha-usaha yang dilakukan untuk memodifikasi fungsi emosi tanpa usaha mengubah stressor secara langsung. Adapun macam bentuk strategi jenis ini, antara lain:

  • The positive reappraisal (memberi penilaian positif) yaitu memberikan reaksi dengan menciptakan arti positif dengan tujuan untuk pengembangan diri, misalnya dengan  mengikuti hal yang bersifat religious.
  • Accepting responsibility (penekanan pada tanggung jawab) adalah memberikan reaksi dengan menumbuhkan kesadaran terhadap peran diri didalam masalah yang sedang dihadapi, dan sebisa mungkin untuk mendudukkan segala hal sebagaimana mestinya.
  • Self controlling (pengendalian diri) yaitu memberikan reaksi dengan melakukan regulasi diri baik dalam bentuk tindakan maupun perasaan.
  • Distancing (menjaga jarak) agar tidak terbelenggu oleh masalah yang sedang dihadapi.
  • Escape avoidance (menghindarkan diri) yaitu menghindari permasalahan yang sedang dihadapi.

Jenis stres atau permasalahan yang dihadapi sangat berpengaruh untuk menentukan jenis coping yang akan digunakan dan seperti apa dampak yang ditimbulkan (Evans & Kim, 2013). Misalnya strategi problem focused dapat digunakan pada situasi yang bisa saja berubah secara konstruktif (seperti mengalami kelaparan akibat bencana). 

Lalu pada situasi sulit seperti kematian orang terdekat atau pasangan, strategi coping yang digunakan yaitu emotion focused, karena individu diharapkan dapat lebih banyak berdoa dan bertawakkal. Reaksi terhadap stres yang menurun dan terpenuhinya tuntutan-tuntutan yang diharapkan merupakan hal yang menetukan berhasil atau tidaknya individu dalam melakukan coping (Rutter, 2013; Compas, et al., 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, J. (2019). Strategi Coping Stres Dalam Mengatasi Problema Psikologis. At-Taujih: Bimbingan dan Konseling Islam, 2(2), 37-55.

Jonathan, A. C., Herdiana, I. K. E., Psikologi, D., Psikologi, F., & Airlangga, U. (2020). Coping Stress Pascacerai: Kajian Kualitatif pada Ibu Tunggal. Insan: Jurnal Psikologi Dan Kesehatan Mental, 5(1), 71-87.

Aufar, A. F., & Raharjo, S. T. (2020). Kegiatan relaksasi sebagai coping stress di masa pandemi COVID-19. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 2(2), 157-163.

Nevid J.S, Rathus S.A, Green B. Psikologi Abnormal. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2003

Nasib Tua Lumban Gaol. 2016. Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Buletin Psikologi, Vol.24, No.1,1--11.DOI:10.22146/bpsi.11224. https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi

Ira Darmawanti. 2012. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN DALAM MENGATASI STRES (COPING STRESS). JURNAL PSIKOLOGI: TEORI & TERAPAN. Vol. 2, No. 2

Siti Maryam.2017. Strategi Coping: Teori Dan Sumberdayanya. JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa. Vol. 1 No.2

Musradinur. 2016. Stress Dan Cara Mengatasinya Dalam Perspektif Psikologi. Jurnal Edukasi. Vol 2 No.2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun