Mohon tunggu...
Ade Saputra Setiadi
Ade Saputra Setiadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi UIN Walisongo Semarang

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Berdamai dengan Stress Melalui Strategi Coping Stress

21 Desember 2021   08:50 Diperbarui: 21 Desember 2021   08:56 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Pikiran, yang meliputi:

  • Stress bisa hadir dikarenakan dengan pemikiran atau persepsi individu terhadap lingkungan yang dapat memengaruhi dirinya
  • Penilaian mengenai cara menyesuaikan diri yang bisa dilakukan oleh individu.

Penyebab stress diatas tidak akan membuat individu stress secara langsung, karena setiap orang apabila menghadapi masalah akan memiliki cara yang berbeda untuk menghadapinya . Menurut Kozier & Erb, dikutip dalam Keliat B.A terdapat beberapa hal yang mempengaruhi dampak dari stressor, yaitu:

  1. Sifat Stressor yaitu berupa pengetahun tiap individu mengenai cara mengatasi stress dan darimana stress tersebut berasal serta seberapa besar pengaruh stressor bagi individu akan memiliki dampak stress yang berbeda tiap individu.
  2. Banyaknya stressor yakni jumlah stressor yag diterima individu secara bersamaan dan apabila individu tidak siap untuk menerima maka dapat berpengaruh para perilaku individu yang dapat menimbulkan perilaku yang negatif.
  3. Lamanya stressor yaitu seberapa sering individu mendapat stressor yang sama, apabila terlalu sering maka dapat menimbulkan kelelahan dalam mengatasi stressor tersebut.
  4. Pengalaman masa lalu, dimana pengalaman individu yang sebelumnya dapat memengaruhi bagaimana individu dalam menghadapi suatu masalah.
  5. Tingkat perkembangan, kondisi perkembangan individu yang berkaitan dengan kesiapan menghadapi stressor.

Kemudian bagaimana stress berdampak pada tubuh? Sistem dalam tubuh merespon stress dengan cara yang  berbeda antara satu sistem dengan sistem lain. 

Dalam sistem saraf pusat dan endokrin, sistem saraf pusat akan memberikan signal yang asalnya dari hipotalamus menuju ke kelenjar adrenal guna melepaskan hormon kortisol dan adrenalin yang mengakibatkan adanya pelebaran pembuluh darah pada kaki dan lengan, meningkatnya detak jantung, pernapasan lebih cepat, serta kadar glukosa dalam darah meningkat.

Lalu di sistem pernapasan, stres dapat menyebabkan pernapasan menjadi lebih cepat sebagai bentuk upaya untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh, yang mana hal ini bisa menjadi masalah bagi orang yang mengalami emfisema atau asma. Selain itu napas cepat (hiperventilasi) juga bisa mengakibatkan serangan panik. 

Selanjutnya pada sistem kardiovaskular, karena stress detak jantung yang meningkat serta akan melebarnya pembuluh darah yang bergerak kearah jantung dan otot besar, yang mana dapat menyebabkan meningkatnya volume darah yang dipompa ke seluruh tubuh dan juga meningkatkan tekanan darah, sehingga meningkatkan beberapa risiko, seperti terserang hipertensi, serangan jantung dan stroke. 

Kemudian dalam sistem pencernaan, stress yang membuat detak jantung dan pernapasan meningkat akan mengganggu sistem pencernaan, karena mungkin hal tersebut bisa membuat seseorang makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya. Hal itu juga bisa meningkatkan pula risiko mengalami mual, sakit perut, heartburn, serta refluks asam. 

Lalu pergerakan makanan dalam usus juga dapat dipengaruhi stress yang nantinya akan menyebabkan sembelit. Lalu pada sistem otot rangka, bila stress terjadi dapat menyebabkan otot menegang dan akan normal kembali jika sedang tidak stress, tetapi jika stressnya berkelanjutan, otot tidak akan memilki waktu rileks dan terus tegang. Hal tersebut akan berimbas pada timbulnya nyeri punggung, sakit kepala, serta nyeri yang menyerang seluruh tubuh. 

Selanjutnya pada sistem reproduksi, dapat mempengaruhi gairah seksual, lalu pada pria juga akan mengalami penurunan kadar hormon testosteron, sedangkan pada wanita akan mempengaruhi siklus menstruasinya. Yang terakhir yaitu pada sistem imun, ketika stress hormon kortisol akan lepas yang mana hal tersebut dapat membuat terhambatnya pelepasan histamin dan respon peradangan guna melawan zat asing, karenanya seseorang dengan stress kronis dapat lebih mudah terkena penyakit seperti inflenza dan berbagai  penyakit infeksi lainnya.

Ada berbagai macam strategi coping yang dapat digunakan oleh individu dan merupakan suatu proses berangkai yang mana individu akan terus mencoba beberapa strategi hingga menemukan strategi yang sesuai atau yang tepat digunakan. 

Keberhasilan coping yang dilakukan individu dapat terlihat bila individu dapat menerapkan dengan tepat secara adaptif dan efektif antara beberapa alternatif coping dengan permasalahannya sehingga dapat tercapai tujuan dari coping itu sendiri. Secara umum, menurut Lazarus & Folkman (1984) strategi coping dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun