Pandanganku semakin kabur, sementara ketukan jantungku semakin keras. Bayangan itu kini berdiri tepat di ambang pintu, tubuhnya hanya tampak sebagai sosok gelap yang tak berbentuk. Makin dekat, semakin jelas bahwa itu bukan sekadar bayangan---tapi seseorang.
Aku ingin berteriak, tapi suaraku tertahan di tenggorokan, dan tubuhku terasa seperti beku. Bayangan itu berhenti tepat di depan pintu, tak bergerak, hanya berdiri diam seakan menunggu sesuatu. Aku menelan ludah dengan susah payah, dan pikiranku berputar cepat.
Siapa itu? Apa yang diinginkannya?
Dengan tangan yang gemetar, aku mencari kunci yang tersembunyi di bawah pot bunga di meja dekat pintu. Aku harus keluar dari sini, segera. Namun, saat aku berhasil menggenggam kunci dan mulai memutar gagang pintu, suara itu datang---suara berat yang menusuk telinga.
"Kamu tidak bisa keluar, Alia."
Aku berhenti sejenak, terkejut mendengar nama aku disebutkan. Suara itu---rasanya seperti tidak asing, namun tidak sepenuhnya aku kenal. Ada getaran dalam suaranya, seperti sebuah peringatan.
Dengan hati-hati, aku menoleh, dan kini bayangan itu bergerak. Perlahan, ia melangkah maju, mendekat dengan gerakan yang aneh, seperti terhuyung-huyung. Meskipun tubuhnya tampak seperti manusia, ada sesuatu yang sangat janggal---matanya tidak terlihat jelas, hanya dua lubang hitam pekat yang seolah menyerap cahaya di sekitarnya.
Aku mundur selangkah. "Apa yang kamu inginkan?" tanyaku, suaraku hampir tidak terdengar.
Bayangan itu berhenti dan mengangkat tangan, lalu menunjuk ke arah pintu belakang rumahku. "Mereka menunggu di sana," jawabnya pelan, suaranya bergetar, seperti ada sesuatu yang terkekang di dalamnya.
Aku terdiam sejenak, bingung. "Mereka siapa?" tanyaku, kini rasa takut mulai merayapi setiap inci tubuhku.