Mohon tunggu...
Ade Ratno
Ade Ratno Mohon Tunggu... Administrasi - Percaya bahwa kemajuan lebih penting daripada kesempurnaan. Selalu belajar, selalu berkembang. Mengubah tantangan menjadi peluang, satu langkah pada satu waktu

Kemandirian bukan berarti berjalan sendirian, tetapi kemampuan untuk menghadapai dunia dengan kekuatan dan keyakinan diri, meski tanpa bergantung pada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jejak di balik cermin : (part 1).

1 Januari 2025   11:40 Diperbarui: 1 Januari 2025   10:41 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/id-id/foto/tangan-menyeramkan-5407935/

Pada suatu malam yang dingin, aku menerima panggilan telepon yang mengubah segalanya. Nama di layar ponselku adalah "Nomor Tidak Dikenal", dan rasanya tidak pernah ada alasan baik untuk mengangkat telepon dengan nomor seperti itu. Namun entah kenapa, malam itu aku merasa ada yang aneh, sesuatu yang membuatku ingin tahu lebih banyak. Aku mengangkat telepon itu, dan suara di ujung sana terdengar datar, namun tegas.

"Apa kamu masih ingat rumah lama di ujung jalan?"

Aku terkejut. Rumah itu, rumah tua yang sudah lama tidak ada penghuninya, tempat aku tumbuh dan meninggalkan kenangan yang terkubur dalam debu waktu. Rumah itu adalah kenangan yang sulit aku lupakan, dan bahkan lebih sulit untuk kembali ke sana.

"Apa maksudmu?" tanyaku, mencoba menyembunyikan rasa takut yang mulai merayapi tubuhku.

"Tunggu di depan rumahmu. Kami akan menjemputmu." Suara itu kembali terdengar, kini sedikit bergetar. "Kamu tidak bisa lari dari ini. Apa yang sudah dimulai, harus berakhir."

Telepon itu tiba-tiba terputus. Aku berdiri kaku, tidak tahu harus berbuat apa. Seluruh tubuhku mulai diliputi rasa takut yang mendalam. Siapa yang menelepon? Kenapa rumah itu disebut-sebut lagi?

Aku menatap keluar jendela, dan hanya melihat kegelapan malam yang mencekam. Tidak ada yang tampak tidak biasa. Tapi aku merasa, sesuatu sedang mengawasi.

Aku berjalan ke ruang tamu, duduk sejenak untuk mencoba menenangkan diri. Namun, di balik pikiranku yang kacau, ada satu pertanyaan yang terus berputar: Apa yang harus kulakukan?

Tiba-tiba, ada ketukan keras di pintu. Aku tercekat, hampir jatuh dari kursi. Pasti ada seseorang di luar. Tapi siapa? Aku memaksa diri untuk bangkit, berjalan menuju pintu, dan mengintip melalui lubang kecil di pintu.

Namun, tidak ada siapa-siapa.

Aku merasa bingung, namun ada sesuatu yang mendorongku untuk membuka pintu. Ketika pintu terbuka, aku hanya melihat jalan yang gelap, seperti tidak ada kehidupan sama sekali. Lalu, mataku tertuju pada sesuatu yang aneh---di depan pintu, ada sebuah cermin kecil yang tergeletak begitu saja di atas tanah.

Aku memungutnya dengan hati-hati. Kenapa ada cermin di sini? Aku berpikir. Saat aku memandangnya, sejenak aku melihat bayanganku yang tampak berbeda. Aku... terlihat lebih muda, lebih pucat, dan mataku kosong.

Aku terkejut, dan cermin itu tiba-tiba pecah, meledak begitu saja, membuat serpihan kaca berhamburan ke lantai.

Tiba-tiba, di belakangku, suara halus terdengar. "Sudah waktunya."

Aku membalikkan badan, namun hanya ada kegelapan di belakangku. Siapa itu?...

Lanjut ke part berikutnya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun