Mohon tunggu...
Saepul Rohman
Saepul Rohman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Personifikasi manusia yang selalu ingin tahu dan terus belajar, karena dengan belajar akan terbangun kerangka pikir (mind frame) yang baik dan benar. Dengannya, kita akan mengetahui benar dan salah, masalah dan peluang, kelemahan dan kekuatan, kegagalan dan kesuksesan. Dan daripadanya pula, kita akan diarahkan kemana dan menjadi apa. Karena itu, saya sangat suka kalimat,"Jangan pernah berpikir gagal, karena sejatinya diri kita sudah gagal. Berpikirlah sukses karena kesejatian sukses akan pasti kita dapatkan. Gunakan otak kanan untuk berinspirasi dan motivasi, fungsikan otak kiri untuk berkalkulasi".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengagas Pemberdayaan Masyarakat Pekerja Migran

12 Juni 2012   21:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:03 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Menu Makanan Turki Didominasi Daging"][/caption]

Pemberdayaan masyarakat atau Empowerment society adalah kata kunci kreatif yang akan mengarahkan masyarakat kepada situasi dan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.

Dari berbagai literatur yang membahas tentang Pemberdayaan, saya lebih cenderung, Pemberdayaan dimaknai sebagai upaya "PEMBEBASAN".  Artinya berbagai ikhtiar yang dilakukan bertujuan untuk membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan dan kebodohan sehingga melahirkan masyarakat yang sejahtera dan memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Dalam makna Pemberdayaan seperti itu, kemiskinan dan kebodohan menjadi musuh bersama yang harus dijadikan sasarannya.

Selain itu, PERUBAHAN merupakan kata kunci dinamis selanjutnya dalam proses Pemberdayaan. Perubahan nasib dari keadaan yang buruk menjadi baik, hidup miskin menjadi sejahtera dan kebodohan menjadi berpengetahuan dan berketerampilan. Karena itu, Pemberdayaan masyarakat harus menjiwai mentalitas Agent of change (baca: agen perubahan) yang kemudian menjadi spirit dasar yang ditransferkan kepada masyarakat sehingga melahirkan semangat dan kekuatan psikologis untuk merubah dirinya sendiri.

Dalam konteks Tenaga Kerja Migran, Pemberdayaan sebagaimana diuraikan diatas, penting untuk dijadikan bingkai pemikiran dalam Pemberdayaan Masyarakat Pekerja Migran, khususnya tenaga kerja Migran Informal dan Formal di Arab Saudi yang kerap kali faktor kemiskinan dan kebodohan menjadi dua permasalahan yang melekat pada diri mereka.

Salah satu buktinya, berbagai kasus yang dialami oleh TKW diberbagai negeri khususnya di Arab Saudi, disebabkan oleh TKW yang buta huruf, tidak memiliki keterampilan kerja dan kurang menguasai bahasa setempat, serta buta hukum.

Dalam tulisan ini, saya tidak akan mengarahkan pandangan kepada tahapan proses pra keberangkatan Tenaga Kerja Migran di PJTKI yang sudah banyak diberitakan oleh berbagai pihak yang mengupas habis berbagai kekurangan dan penyimpangannya. Namun saya lebih fokus kepada pasca keberangkatan mereka; artinya Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Migran yang sudah berada dilingkungan kerjanya masing-masing di negara tujuannya.

Mengapa demikian ? Saya sering mendengar bahkan menyaksikan sendiri waktu masih di Indonesia, beberapa tenaga kerja Migran baik TKW maupun TKL sejak kepulangannya dari pekerjaannya di luar negeri hanya mampu bertahan hidup (baca: memenuhi kebutuhan hidup) antara dua atau tiga bulan saja dan selanjutnya, mereka kembali mendaftarkan diri ke PJTKI untuk kembali bekerja ke luar negeri.

Apakah kasus semacam ini terjadi karena tidak ada peluang penghasilan di Indonesia ? Jawabannya bukan... !  Karena sesungguhnya, bila ekstrimnya tidak ada lapangan pekerjaan maka melanjutkan hidup berpenghasilan sebagai seorang WIRAUSAHA bisa dilakukan dengan berbekal modal awal dari hasil bekerja sebagai tenaga Migran.
Tetapi, kenapa itu tidak dilakukan ? Saya berpendapat karena para TKW/TKL belum memiliki Visi, Rencana dan Mental seorang Wirausaha. Karenanya dalam merubah kenyataan itu, ketiga hal tersebut, penting dimiliki oleh setiap TKW/TKL yang sedang bekerja di luar negeri, karena dengan itu, mereka bisa memanage waktu dan keuangan selama bekerja.

Sebagai illustrasi, bila seorang TKW/TKL memiliki Visi bahwa setelah pulang ke Indonesia akan membangun usaha sesuai dgn keahliannya, maka dia akan merencanakan usaha x dengan upaya memenuhi variabel pendukungnya, diantaranya modal usaha. Dengan rencana itu, dia bisa memperhitungkan berapa modal yang harus disiapkan dan sampai kapan bisa memenuhinya, 2, 3 atau 4 tahun. Nah, karena jumlah modal yang harus dipenuhi sudah jelas, maka penghasilan yang didapat akan dimanage dengan baik. Berapa untuk kebutuhan hidup dirinya, keluarganya di indonesia dan berapa untuk saving buat modal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun