Maryam mengangguk."-Halaman 108
Dalam novel tersebut, ketangkasan Lail ditunjukkan dalam kutipan berikut:
"Dua teman baik itu bahu-membahu melintasi jalanan berlumpur. Naik-turun. Berkelok-kelok. Sesekali petir menyambar membuat terang, memberitahu bahwa mereka berada di tengah hutan lebat."-Halaman 149
Ketangkasan yang didapat Lail karena dia sudah mengikuti beberapa pelatihan di tempat organisasi relawan. Dia dan temannya, Maryam, sudah menjadi relawan sejak usia belia. Namun, dibalik kekuatan dan ketangkasan Lail, dia memiliki hati yang lemah.
"Ini berbeda dibandingkan saat Lail naik sepeda merah, mengelilingi kota bersama Esok. Seluruh perhatian Esok menjadi miliknya. Sekarang Lail merasa orang asing di meja itu. Tidak ada yang mengajaknya bicara. Cemburu. Ternyata kata itu sangat menyakitkan."-Halaman 245
Lail adalah perempuan yang pencemburu. Dirinya merasa diabaikan dalam meja makan tersebut.
Tokoh selanjutnya yaitu Esok. Nama panjangnya Soke Bahtera. Dia adalah seorang laki-laki yang telah menyelamatkan Lail dari bencana. Dia juga adalah seorang laki-laki yang sangat cerdas.
"Nama Soke Bahtera menjadi penjelasan terbaiknya. Soke Bahtera dikenal sebagai penemu banyak teknologi canggih beberapa tahun terakhir, terutama mesin terbang."-Halaman 178
Dengan kecerdasannya, Esok telah membantu dalam menemukan teknologi-teknologi pada masa itu. Esok juga memiliki ibu yang masih selamat dari gempa bumi. Walaupun Esok masih memiliki ibu, dia memilih untuk diadopsi oleh keluarga Wali Kota. Esok juga seorang yang bijaksana.
". . . Aku sebenarnya tidak tertarik, lebih suka tinggal di panti. Aku bisa sekolah, bekerja, menjaga Ibu, bersama kamu. Tapi Ibu membutuhkan perawatan serius. Dia terus sakit-sakitan. Tinggal bersama keluarga baru mungkin akan membuat Ibu lebih sehat,"-Halaman 74
Esok lebih memilih untuk tinggal dengan keluarga barunya karena dia peduli dengan kondisi ibunya.