"Bro, ini vitamin sama buat bersihin tangan ya dari para putrid cantik klinik."Ucap Pak Hansip sambil menyapa pada Pak becak.
"Siap! Makasih bro." Penjual sambil menjawab sambil tangannya tetap lincah membuatkan pesanan lain.
Ternyata vitamin dan lainnya tadi untuk penjual di sini. Kasa menghabiskan makanannya tanpa tersisa. Ia juga memasak makanan daerah, namun tampilannya di buat berbeda seperti makanan Internasional. Namun, makanan yang dibuat dengan ketulusan dan senang saat membuatnya memang meninggalkan rasa yang lebih dari lezat. Di antara para penjual ada ruko kecil bukan warung melainkan laundry yang bisa ditunggu. Tempat laundry itu kecil tapi didesain seperti caf kecil, ada tempat duduknya. Di papan laundry terdapat tulisan "Laundry Lavender Bisa Ditunggu". Ada seorang perempuan yang sedang menyetrika. Rasanya ia pernah melihatnya. Sambil menghabiskan minumannya ia mencoba mengingat kembali di mana Ia pernah bertemu perempuan itu?
"Oh Iya! Itu kan perawat di klinik tadi."Ucapnya dalam hati
Namun Kasa penasaran dengan perawat itu, dan tak tega rasanya melihatnya sampai pagi begini masih bekerja.
"Pak, Bapak tau laundry itu?" Kasa tampak sangat penasaran.
"Tau, dong Den Mas. Den Mas mau cuci baju?"
"Enggak Pak, penasaran saja, kok si Mbaknya bekerja sampai pagi."
"Oh iya Den Mas. Karena banyak orang yang nginep di penginapan sekitar sini, dan yang lainnya laundry di situ jadi Mbak Kara harus lembur. Cuman kalau Mbak Kara kerja di klinik ya laundrynya tutup. Mbak Kara pekerja keras tapi baik hati Den Mas, dia harus membiayayai hidupnya sendiri di sini. Tidak mau merepotkan Bapak Ibunya yang tinggal jauh di luar pulau." Penjelasan Pak becak membuat Kasa tak berkedip.
Ada perasaan kagum dan sangat ingin mengenalnya lebih jauh dan melindunginya. Kasa membayar makanan dan minuman semuanya. Kasa ingat kalau besok ia tak harus masuk karena sudah minta surat dokter untuk tiga hari istirahat. Kasa dan Pak becak berjalan keluar gang. Kasa mengucapkan terimakasih karena sudah ditemani makan dan ngobrol, serta Kasa membayar biaya becaknya dengan selembar uang ratusan ribu. Awalnya Pak becak sangat kaget dan tak mau menerimanya, sudah lebih dari cukup Kasa mengajak makan dan mantraktirnya, namun Kasa meyakinkannya bahwa beliau pantas menerimanya. Kasa memilih berjalan menuju rumahnya.
Perasaan bahagia muncul di hatinya, serta bayangan wajah perawat tadi masih membayanginya. Malam itu merupakan kali pertama semenjak Kasa berada di kota kecil tersebut tidur dengan sangat nyenyak Pelajaran hidup hari ini bisa dibilang sebagai obat insomnianya.