"Den yakin mau makan di sini dan ajak saya ?" Ia balik Tanya seraya meyakinkan
"Boleh kan Pak saya makan di sini? Atau hanya boleh warga lokal yang makan di sini?
"Ya boleh to. Saya cuma heran aja kok Den Mas ini mau makan di tempat yang ndak mewah. Pak becak sudah turun dari tempat kemudi dan menarik becaknya ke sisi belakang untuk parkir.
"Saya ingin makan di sini Pak, kok bagus ya tempatnya sama jam segini masih rame."Kasa menjelaskan sambil menaikkan retsleting jaketnya.
Pak becak tersenyum seolah tau yang dimaksud Kasa.
"Gang ini namanya gang lampu Den Mas, memang para penjual makanan di sini mulai buka warungnya dari jam sembilan malam sampai pagi jam tujuh, jam delapan sudah sepi, mereka pulang dan istirahat. Siapa saja boleh makan di sini, kalau ada yang ndak bisa bayar dikasih gratis dan dibantu sedang kesulitan apa saat itu." Pak becak mulai menceritakan gang lampu ini.
"Ayo Pak, kita masuk dulu sambil cari makanan hangat."Ajak Kasa
"Kalau orang yang belum tahu, dikiranya gang ini tempat ndak benar karena bukanya malam banget. Tapi penjual di sini selalu kompak berbuat baik. Penjual di sini rata-rata penduduk yang tinggal di kampung pertokoan dan gedung besar ini Den Mas. Dulunya kampung belakang itu kumuh banget, penjual yang di sini pun kalau juaalan banyak yang pakai penyedap rasa yang enggak baik sama bahan makanan dan minuman seadanya. Kurang memperhatikan kebersihan, akibatnya penjual dan pembeli sama sama terkena penyakit. Gang ini pun dulunya termasuk gang terkumuh." Pak becak menghentikan ceritanya karena Kasa menawari masuk di sebuah warung yang menjual bakmie, nasi goreng dan sejenisnya.
Dua gelas teh hangat untuk Kasa dan Pak becak, tak butuh lama tiba di meja mereka berdua. Satu orang bertugas membuat makanan dan satu lagi membuatkan minuman terlebih dahulu. Kasa menyeruput teh hangatnya,aroma khas teh dan manis yang pas. Tidak ada rasa kemasan di segelas teh itu. Kasa tau betul perbedaan yang mana dibuat dari bahan alami langsung dan mana yang sudah diproses untuk dikemas instan. Tak ada rasa kantuk sama sekali pada Kasa padahal sudah dini hari. Biasanya jam segini ia harus beberapa kali membolak-balikkan badannya mencari posisi nyaman untuk tidur. Â Dan bisa terlelap dengan beberapa kali terbangun dengan perasaan gelisah, emosi dan perasaan tidak enak lainnya. Namun malam ini, seolah lupa dengan rasa sakit pada tangannya.
"Karena banyak yang sakit dan makin kumuh kampung dan gang ini. Berita ini sampe ke pimpinan daerah. Lalu pimpinan tertinggi daerah ini menugaskan petugas kebersihan dan ngajak para warga bersih-bersih kampung dan gang ini. Setelah itu dokter dan para tenaga kesehatan pada ke sini buat kasih materi kebersihan dan kesehatan. Sering juga kasih vitamin buat para warga sama penjual di sini." Pak becak menghentikan ceritanya karena pesanan makanannya datang.
Kasa terkesima dengan cerita tentang gang lampu ini. Dari sekian banyak tempat yang telah ia singgahi. Tempat ini dengan segala ceritanya yang baru sedikit ia dengar mampu menarik hatinya untuk kembali di sini. Bakmie Jawa kuah yang Ia makan sangat enak, rasanya unik karena semuanya dari bahan alami dan dibuat oleh tangan. Dari mienya, sayur, bumbu-bumbunya pun terasa di lidah Kasa yang telah mencoba berbagai macam makanan. Penjual di gang lampu ini sungguh memikirkan lanjutan dari yang mereka buat dan hidangkan. Pak becak menyantap capcay kuah, terlihat juga sayurannya segar, dan aromanya sangat harum. Di tengah menyantap makanannya, Kasa melihat seorang laki-laki berpakaian petugas hansip sekitar menghampiri warung tempatnya makan. Terlihat sangat akrab dengan penjualnya, kemudian memberikan kotak vitamin dan cairan pembersih tangan. Kasa teringat kardus yang ada di klinik tadi, juga seperti itu. Tak lama setelah itu, beberapa orang yang ternyata dokter dan apoteker di klinik tadi lewat menuju keluar gang. Tapi kemana perawatnya ? Apakah sudah pulang ?