Mohon tunggu...
Ade PutriSarwendah
Ade PutriSarwendah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Feel Good By Doing Good

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengulik Perkembangan Pendidikan Khusus dan Implementasinya di Korea Selatan

30 April 2019   14:31 Diperbarui: 30 April 2019   14:50 1541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Kegiatan Lecturer bersama para Professor di Seoul National University of Education

Dan untuk jumlah siswa berkebutuhan khusus yang ditangani ada 67 siswa yang terdiri dari 8 siswa TK, 41 orang siswa SD dan 18 orang siswa SMP. Dalam satu kelas maksimal terdiri dari 29 siswa dengan komposisi 26 siswa reguler dan hanya terdapat 1-2 siswa berkebutuhan khusus dalam satu kelas regular. Teknis penggabungan kelas di sekolah inklusi ini yakni di dalam satu kelas  terdapat 1 guru umum dan juga terdapat 1 guru pendamping (shadow teacher) bagi siswa berkebutuhan khusus.  Jenis anak berkebutuhan khusus yang saat ini ditangani disekolah ini yakni autisme , cognitif developmental delay dan tunadaksa.

Beberapa point penting dalam kunjungan ke salah satu sekolah inklusi di Korea Selatan ini adalah: 1. Konsep sekolah inklusi yang dibangun oleh CCA adalah walaupun memiliki siswa beraneka ragam namun tetap satu dan harmonis. Guru menolong siswa, dan harapannya siswa mampu menolong siswa yang lain (kooperatif).;2. Lingkungan Inklusif yang Ramah Pembelajaran  sangat nampak di sekolah inklusif ini. Hal ini tercermin saat proses pembelajaran di kelas anak-anak reguler sangat peduli terhadap teman mereka yang berkebutuhan khusus. 

Kesadaran ini bertumbuh karena empati mereka sudah dipupuk sejak di taman kanak-kanak mereka dibiasakan berbaur dengan teman-teman berkebutuhan khusus mereka sehingga tidak ada lagi rasa canggung dan aneh ketika bersama teman mereka yang berkebutuhan khusus; 3. Sekolah inklusi ini benar-benar mempersiapkan segala sarana dan prasarana yang menunjang bagi proses pembelajaran bagi seluruh siswa-siswanya di kelas seperti : aksesibilitas lingkungan fisik penunjang pembelajaran, memiliki ruang sumber untuk pendidikan khusus, memiliki 3 perpustakaan yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang ada di sekolah tersebut, ruangan olahraga, tempat ibadah dan beberapa fasilitas lainnya.

Selanjutnya saya berkesempatan menengok pelaksanaan salah satu sekolah khusus (SLB) yang ada di Korea Selatan. Sekolah yang saya kunjungi kali ini adalah ke salah satu Sekolah Khusus/ Sekolah Luar Biasa di Korea Selatan.  Sebagai gambaran penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Korea Selatan 70 persen inklusi dan 30 persen di sekolah khusus \ SLB.  

Di Korea Selatan terdapat kurang lebih 175 SLB dan khususnya di Seoul terdapat kurang lebih 30 SLB. Adapun untuk SLB di Korea Selatan terbagi atas 4 sekolah yang dikhususkan untuk siswa dengan hambatan penglihatan , pendengaran, fisik dan hambatan intelegensi. Sekolah khusus St. Peters School ini sudah berdiri sejak 45 tahun yang lalu. Sekolah ini dikhususkan untuk siswa siswa dengan hambatan intelegensi, walaupun dalam pelaksanaannya terdapat pula siswa dengan hambatan emosi, autism bahkan siswa dengan multiple disability.

Banyak hal yang menjadi point penting selama kunjungan ke salah satu sekolah khusus (SLB) yang ada di Korea Selatan ini. Adanya program Job Training  yang diberikan selama 1-2 tahun bagi siswa yang telah menamatkan jenjang SMALB. Program job training merupakan program yang di desain untuk mempersiapkan siswa berkebutuhan khusus di korea untuk memasuki dunia kerja dengan memberikan secara fokus latihan2 keterampilan vokasional sesuai dengan kemampuan mereka. 

Selama siswa mengikuti Job Training , mereka pergi ke working centre untuk magang dan diberi upah yang sesuai, kegiatan ini dilaksanakan dua kali setiap bulannya. Untuk penerimaan siswa baru dilakukan dengan cara melihat tingkat berat ringannya siswa dan di prioritaskan bagi siswa dengan tingkat hambatan yang lebih berat. Kuota penerimaan telah ditentukan oleh pemerintah pusat dan regional. 

Apabila terdapat siswa yang tidak dapat masuk ke SLB akan diarahkan ke sekolah inklusi. Adanya program yang dirancang untuk mengedukasi keluarga anak dengan kebutuhan khusus (Pendidikan Keluarga) yang diakomodir melalui kegiatan parenting hal ini dimaksudkan karena untuk mencapai pendidikan yang maksimal butuh kerjasama yang baik tidak hanya dari siswa , guru dan sekolah namun juga butuh peranan dari orangtua.

Berbicara tentang keramahan lingkungan fisik bagi anak maupun individu dengan kebutuhan khusus, Korea Selatan menjawab pertanyaan mengenai aksesibilitas yang mengakomodir kebutuhan anak maupun individu berkebutuhan khusus. Sekolah, tempat umum, layanan publik, transportasi umum serta area-area publik sudah dilengkapi dengan sarana aksesibilitas yang universal design. Sedikit cerita yang bisa saya bagi selama 21 hari berada di Korea Selatan mengenai universal design yang mengakomodasi aksesibilitas bagi difabel. 

Universal design itu layaknya design bangunan , design produk, sampai dengan design lingkunga yang dapat diakses oleh semua orang tanpa memandang usia, kebutuhan khususnya apa dan lain-lain dari dalam diri individu. Selain bisa digunakan untuk semua orang, konsep universal design lainnya yakni fleksibel dimana dapat mengakomodasi semua pengguna dengan berbagai jenis kemampuan individu dengan design yang sederhana dan mudah untuk digunakan dan tak lupa disertai dengan informasi yang memadai

Gambar 3. Aksesibilitas di Korea Selatan | dokpri
Gambar 3. Aksesibilitas di Korea Selatan | dokpri
Beberapa gambar diatas merupakan fasilitas umum yang saya jumpai selama di Korea Selatan. Di stasiun terdapat jalur Subway yang memberikan prioritas untuk individu seperti (difabel, stroller bayi, atau dengan keperluan tertentu), bahkan sayapun pernah mencobanya karena kartu T-Money saya mendadak tidak berfungsi sehingga diperkenankan memasuki jalur tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun