Jika kau sangsi saat berjalan, maka diamlah. Jika kau sangsi saat berdiam, makan duduklah.
Jika kau sangsi saat duduk, maka berbaringlah. Dan jika masih kau sangsi saat berbaring, maka tidurlah.
Tidur..? Apa bisa bahagia dengan tidur? Apa bisa bahagia tanpa mata terbuka? Apa bisa bahagia tanpa sebuah gerakan?
Bisa kok, bisa saja. Pola tidur berkorelasi dengan kesehatan mental. Ketika psikologis seseorang terganggu dan merasa tidak bahagia. Tindakan sementara yang dapat dilakukan untuk “membahagiakannya” adalah tidur.
Pada umumnya sebagian orang yang mengalami depresi, akan memerlukan waktu lebih lama untuk tidur. Gangguan ini disebut hipersomnia. Penderita depresi akan merasa lebih mudah lelah dan mengantuk.
Bahkan sebagian di antaranya rela mengonsumsi obat-obatan tertentu. Demi mendapatkan waktu tidur yang lebih lama. Sarana penyembuhan sementara yang sekiranya dapat menjadi alternatif dari sekian pilihan.
Tidur adalah Meditasi Terbaik (Dalai Lama)
Meskipun tidur tidak dapat mengembalikan keadaan seperti semula. Setidaknya tidur mampu membantu untuk merehatkan sementara kerja tubuh dan pikiran. Sama halnya dengan meditasi, kegiatan ini dipandang memberikan efek ketenangan bagi penderita. Sampai disini, bisa dilihat bahwa membahagiakan seseorang tidak melulu sebagai hal yang rumit.
Sesuatu yang abstrak dan dalam implementasinya tidak memiliki tolak ukur. Namun hingga hari ini, sebagian khalayak masih mengabulkan bahwa kebahagiaan adalah penilaian orang lain. Materi dan pencapaian menjadi dasar pijakan. Alhasil hidup berada dalam “bayang impian” hanya menyudutkan takdir Sang Pencipta. Binar kebahagiaan yang sebenarnya nampak pun tertutupi kadar gengsi yang mendominasi.
Langkah awal dari KEBAHAGIAAN berasal dari JIWA dan PIKIRAN diri sendiri.
Upaya mengendalikan jiwa dan pikiran menjadi esensial. Pasalnya kekuatan ini dapat menciptakan energi-energi positif. Hal tersebut bisa dilakukan dengan membangun sugesti diri bahwa saya bahagia dan mampu melakukan hal-hal positif setiap hari.
Pada implementasinya diharapkan pikiran baik mampu mendominasi. Dampak dari segala ikhtiar sudah barang tentu akan menarik hal positif pula bagi lingkungan sekitar.
Bak peribahasa — Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Perilaku membahagiakan diri sendiri melalui pengendalian pola pikir, dapat memberikan motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat. Sehingga mendorong anda untuk terus berbagi, menyantuni, dan memberi kebahagiaan.
Rekan-rekan, masih ingatkan FILOSOFI JARI MENUNJUK.
Filosofi yang menyatakan bahwa sebelum jari telunjuk menunjuk pihak lain, akan ada tiga jari lainnya menunjuk diri sendiri. Ini berarti bahwa seseorang diharapkan meluruskan makna kebahagiaan terlebih dahulu. Upaya untuk senantiasa introspeksi dan koreksi pola pikir atas tolak ukur dari kebahagiaan. Sebab pola pikir pada akhirnya yang akan membantu anda dalam menemukan kebahagiaan. Bahkan dengan cara yang lebih sederhana dan tanpa disadari.
Sebagai contoh berikut pengalaman hidup dari rekan saya. Ini kisah nyata dan semoga bisa dimaknai.
Suatu hari ada seorang wanita dengan tekunnya beribadah. Salat wajib dan salat sunah pun dijalankan. Tak lupa menyantuni meski hanya satu bulir beras. Ketekunan ibadahnya ini tercermin juga dalam puasa sunah yang dijalaninnya.
Hari itu adalah hari dimana dia sedang menjalankan puasa sunah. Cukup berat cobaan kala itu, cuaca yang cukup terik; pekerjaan rumah yang menumpuk; belum lagi kondisi keuangan yang sesak. Pintu-pintu yang sekiranya tak begitu penting, tengah ditanggalkannya untuk sementara. Hal ini dilakukannya demi terpenuhinya kebutuhan primer.
Ba'da maghrib, putrinya biasa bermain dengan anak tetangga. Sudah menjadi agenda harian, kala senja tiba. Namun hari ini, kunjungan anak tetangga tidak seperti biasanya. Teman putrinya itu dikawal oleh ayah dan ibunya. Teman putrinya lebih dahulu sampai ketimbang ayah dan ibunya.
Tidak lama kemudian menyusullah kedua orang tuanya sembari berkata "Bu, ini buat anggrek nanti ya. Buat camilan." seraya memberikan bungkusan berisi roti serta lainnya. Wanita tadi spontan terdiam melihat apa yang terjadi. Pasalnya tiga jam lalu tepat shalat Ashar. Dirinya sempat bercakap pada Tuhannya. Karena sedari siang, anggrek minta dibelikan jajan.
"Ya Allah terima kasih atas anugerahMu. Namun jika engkau berkenan, berikan rezeki lebih untuk kami." Ujarnya dalam doa.
Hampir setiap kali wanita itu berpuasa, tak kurang hantaran yang datang. Entah pada hari yang sama atau sehari sebelumnya.
Kejadian tersebut memberikan makna bahwa setiap hal di dunia ini terjadi atas kehendak—Nya. Tiada skenario yang dipaparkan secara gamblang kebetulan terjadi. Pikiran wanita tersebut tanpa disadari telah membawa keinginannya untuk berbagi dengan orang lain. Sehingga Sang Pencipta mengikuti ritme prasangka wanita tersebut.
Lalu bagaimana cara membahagiakan diri hingga mampu membahagiakan orang lain?
Tidak ada aturan baku dan syarat mutlak untuk melakukannya. Situasi apapun akan bermakna membahagiakan bila seseorang memandangnya sebagai hal yang tidak rumit. Sumber implementasi kebahagiaan itu sendiri adalah 4S (Syukur, Sabar, Sandingkan, Senyum). Segala ikhtiar umumnya akan bermuara pada keyakinan terhadap Sang Pencipta.
Syukur
Manusia adalah makhluk sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Setiap pribadi dianugerahi akal dan pikiran agar, dapat mengilhami perkara yang menimpa dalam kehidupan. Cara terdekat untuk menghadirkan rasa syukur dalam diri ialah muhasabah atau introspeksi diri. Everything happens for a reason.
Tengoklah sesekali kebawah dan bandingkan dengan keadaan yang dimiliki untuk memotivasi rasa syukur. Berbagi, menyantuni, dan memberi dengan ikhlas dalam kondisi apapun. Ketika diri sudah mampu memahami dan menerapkannya dengan baik. Nikmat Sang Pencipta akan datang dengan sendirinya. Seperti janji pasti yang tertuang dalam ayatNya.
Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan,“Sesungguhnya jika kami bersyukur niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat–Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim:7)
Beragam cara dapat dilakukan untuk mengapresiasi rasa syukur. Salah satunya menjadi generasi sandwich. Nampaknya memang tidak mudah, karena terhimpit beberapa generasi. Beban yang ditanggung tidak hanya satu atau dua kepala. Namun percayalah bahwa setiap manusia membawa rezekinya masing-masing. Percaya bahwa Sang Pencipta akan menolong manusia yang gemar mengulurkan tangan mereka.
Patut sekiranya bersyukur bila Tuhan menitipkan rezeki berlebih melalui kedua tangan kita. Bersyukur masih ada orang-orang yang terus mendukung dalam suka dan duka. Bersyukur bahwa doa-doa masih mengiring perjalanan dan kesuksesan hidup kita. Jika masih dirasa sulit, pandanglah bahwa ini akan menjadi bekal dalam kehidupan ukhrawi. Kehidupan dimana hanya kebaikan dan pahala yang menyertai.
Saya pernah mendengar bahwa Memiliki orang tua dalam rumah sama dengan memiliki dan menyimpan emas—Seputih Cahaya Rembulan (DAAI TV). Kalau asumsinya seperti ini, siapa yang tidak mau?
Kompetisi blog JNE 3 dekade bahagia bersama menjadi cara dan upaya syukur yang diwujudkan oleh JNE. Langkah untuk mengapresiasi para pelanggan. Rekam jejak JNE yang berliku, membuatnya mensyukuri bahwa identitasnya hingga hari ini masih terakui. Tak terelakkan pula, dapat dilihat pada identitas merah biru dalam logo yang kini menjadi pionir bagi jasa pengiriman lainnya. Patut pula sekiranya untuk menduplikasi cara-cara terbaiknya dalam menempuh kesuksesan.
Sabar
Sikap menerima dengan lapang dada tanpa berkeluh kesah. Tidak mudah memang karena, saya pun masih merangkak untuk mencapai “sabar”. Namun, Sang Pencipta telah menjanjikan balasan yang setimpal.
Kalimat ini setidaknya dapat menjadi motivasi diri. Balasan yang abstrak dan tiada dapat ditukar dengan materi. Amanah menggenggam peran sebagai generasi sandwich juga memerlukan kesabaran. Pasalnya seseorang diharapkan banyak-banyak berjiwa besar. Jadikan sebagai sarana untuk membahagiakan orang lain.
Filosofi jari menunjuk akan mengarahkan untuk selalu introspeksi dan memperbaiki. Sabar merupakan jalan berdamai dengan emosi negatif. Kabar baiknya jika saya mampu menahan emosi, maka takdir baik akan kembali menyertai saya. Hakikatnya manusia akan senantiasa hidup berdampingan dengan ujian. Salah satu upaya yang utama dan pertama adalah sabar. Ajaran kebaikan apapun sudah barang tentu menyarankan selalu bersabar dalam menghadapinya.
Sandingkan
Sandingkan Sang Pencipta dalam segala aktivitas. Ikhtiarkan kehidupan anda semata hanya sebagai bentuk pengabdian/ibadah kepada-Nya. Kehidupan ini ada tidak lain karena, intervensi Sang Pencipta. Lakukan muhasabah setiap harinya, atas apa yang terjadi dan apa yang anda miliki hari ini (Filosofi Jari Menunjuk). Salah satu jalan yang paling memungkinkan adalah ketika dianugerahi tugas sebagai generasi sandwich. Jalankan dengan itikad untuk ibadah kepada-Nya. Sudah pasti ini akan menjadi ladang amal dan bekal dalam menempuh fase hidup selanjutnya.
Kabar gembira teruntuk para Generasi Sandwich — Doa melimpah berasal dari orang-orang sebagai “Sumber” akan selalu datang. Bahkan saat kalian tidak merasa berkecukupan. Pikiran dan doa mereka akan menjadi jalan rezeki dalam kehidupan anda.
Berbagi, memberi, dan menyantuni menjadi salah satu ikhtiar untuk bersanding dengan Sang Pencipta dalam kehidupan. Jarak, waktu, pun tenaga bukan lagi menjadi kendala dalam mewujudkan tekad ini. Pasalnya perkembangan kemajuan jasa pengiriman semakin canggih. Jangkauannya pun telah menyentuh hingga pelosok.
Akses kemudahan dalam wujud beragam produk layanan menjadi prioritas pilihan bagi pelanggan. Salah satu jasa pengiriman yang menawarkan adalah JNE. Cukup tertarik dengan aplikasi MyJNE yang dimiliki korporasi ini. Aplikasi tersebut bukan hanya hadir sebelum pelanggan memutuskan pengiriman barang.
Dok.Pribadi
Namun juga hadir dalam menjawab kebutuhan layanan purna jual. Mulai dari cek tarif, cek resi, serta mengetahui lokasi JNE terdekat bila anda sedang berada di wilayah asing. Kemudahan tersebut sangat membantu para pemilik usaha rumahan.
Pasalnya pelaku usaha dapat memrediksi biaya pengiriman yang dikeluarkan serta memberi kepastian estimasi ongkos kirim bagi penerima. Layanan-layanan yang ada telah menjembatani JNE dalam menghiasi senyuman pelanggannya. Hal ini menjadi upaya JNE dalam mewujudkan connecting happiness.
Senyum
Terakhir—lengkapi perjalananmu dengan senyuman. Senyum adalah cara menyantuni tanpa memerlukan rupiah. Senyuman mampu menghasilkan emosi positif. Senyum merupakan bentuk komunikasi non-verbal.
Saat berinteraksi dengan lawan komunikasi, bahasa tubuh ini dapat menjadi presensi atas apa yang ingin anda komunikasikan. Sehingga hal apalagi yang dapat membuat bahagia orang lain—selain dari diri sendiri.
Sumber kebahagiaan bergantung pada jiwa dan fikiran. Dimana filosofi jari menunjuk akan senantiasa mengarahkan bahwa bahagia bersumber dari diri. Jika sudah menemukan—tanpa disengaja—bahagia akan berbagi dengan yang lain.
Salam Bahagia.
@adelyanovi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H