Filosofi yang menyatakan bahwa sebelum jari telunjuk menunjuk pihak lain, akan ada tiga jari lainnya menunjuk diri sendiri. Ini berarti bahwa seseorang diharapkan meluruskan makna kebahagiaan terlebih dahulu. Upaya untuk senantiasa introspeksi dan koreksi pola pikir atas tolak ukur dari kebahagiaan. Sebab pola pikir pada akhirnya yang akan membantu anda dalam menemukan kebahagiaan. Bahkan dengan cara yang lebih sederhana dan tanpa disadari.
Sebagai contoh berikut pengalaman hidup dari rekan saya. Ini kisah nyata dan semoga bisa dimaknai.
Suatu hari ada seorang wanita dengan tekunnya beribadah. Salat wajib dan salat sunah pun dijalankan. Tak lupa menyantuni meski hanya satu bulir beras. Ketekunan ibadahnya ini tercermin juga dalam puasa sunah yang dijalaninnya.
Hari itu adalah hari dimana dia sedang menjalankan puasa sunah. Cukup berat cobaan kala itu, cuaca yang cukup terik; pekerjaan rumah yang menumpuk; belum lagi kondisi keuangan yang sesak. Pintu-pintu yang sekiranya tak begitu penting, tengah ditanggalkannya untuk sementara. Hal ini dilakukannya demi terpenuhinya kebutuhan primer.
Ba'da maghrib, putrinya biasa bermain dengan anak tetangga. Sudah menjadi agenda harian, kala senja tiba. Namun hari ini, kunjungan anak tetangga tidak seperti biasanya. Teman putrinya itu dikawal oleh ayah dan ibunya. Teman putrinya lebih dahulu sampai ketimbang ayah dan ibunya.
Tidak lama kemudian menyusullah kedua orang tuanya sembari berkata "Bu, ini buat anggrek nanti ya. Buat camilan." seraya memberikan bungkusan berisi roti serta lainnya. Wanita tadi spontan terdiam melihat apa yang terjadi. Pasalnya tiga jam lalu tepat shalat Ashar. Dirinya sempat bercakap pada Tuhannya. Karena sedari siang, anggrek minta dibelikan jajan.
"Ya Allah terima kasih atas anugerahMu. Namun jika engkau berkenan, berikan rezeki lebih untuk kami." Ujarnya dalam doa.
Hampir setiap kali wanita itu berpuasa, tak kurang hantaran yang datang. Entah pada hari yang sama atau sehari sebelumnya.
Kejadian tersebut memberikan makna bahwa setiap hal di dunia ini terjadi atas kehendak—Nya. Tiada skenario yang dipaparkan secara gamblang kebetulan terjadi. Pikiran wanita tersebut tanpa disadari telah membawa keinginannya untuk berbagi dengan orang lain. Sehingga Sang Pencipta mengikuti ritme prasangka wanita tersebut.
Lalu bagaimana cara membahagiakan diri hingga mampu membahagiakan orang lain?
Tidak ada aturan baku dan syarat mutlak untuk melakukannya. Situasi apapun akan bermakna membahagiakan bila seseorang memandangnya sebagai hal yang tidak rumit. Sumber implementasi kebahagiaan itu sendiri adalah 4S (Syukur, Sabar, Sandingkan, Senyum). Segala ikhtiar umumnya akan bermuara pada keyakinan terhadap Sang Pencipta.
Syukur
Manusia adalah makhluk sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Setiap pribadi dianugerahi akal dan pikiran agar, dapat mengilhami perkara yang menimpa dalam kehidupan. Cara terdekat untuk menghadirkan rasa syukur dalam diri ialah muhasabah atau introspeksi diri. Everything happens for a reason.
Tengoklah sesekali kebawah dan bandingkan dengan keadaan yang dimiliki untuk memotivasi rasa syukur. Berbagi, menyantuni, dan memberi dengan ikhlas dalam kondisi apapun. Ketika diri sudah mampu memahami dan menerapkannya dengan baik. Nikmat Sang Pencipta akan datang dengan sendirinya. Seperti janji pasti yang tertuang dalam ayatNya.
Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan,“Sesungguhnya jika kami bersyukur niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat–Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim:7)
Beragam cara dapat dilakukan untuk mengapresiasi rasa syukur. Salah satunya menjadi generasi sandwich. Nampaknya memang tidak mudah, karena terhimpit beberapa generasi. Beban yang ditanggung tidak hanya satu atau dua kepala. Namun percayalah bahwa setiap manusia membawa rezekinya masing-masing. Percaya bahwa Sang Pencipta akan menolong manusia yang gemar mengulurkan tangan mereka.
Patut sekiranya bersyukur bila Tuhan menitipkan rezeki berlebih melalui kedua tangan kita. Bersyukur masih ada orang-orang yang terus mendukung dalam suka dan duka. Bersyukur bahwa doa-doa masih mengiring perjalanan dan kesuksesan hidup kita. Jika masih dirasa sulit, pandanglah bahwa ini akan menjadi bekal dalam kehidupan ukhrawi. Kehidupan dimana hanya kebaikan dan pahala yang menyertai.
Saya pernah mendengar bahwa Memiliki orang tua dalam rumah sama dengan memiliki dan menyimpan emas—Seputih Cahaya Rembulan (DAAI TV). Kalau asumsinya seperti ini, siapa yang tidak mau?
Kompetisi blog JNE 3 dekade bahagia bersama menjadi cara dan upaya syukur yang diwujudkan oleh JNE. Langkah untuk mengapresiasi para pelanggan. Rekam jejak JNE yang berliku, membuatnya mensyukuri bahwa identitasnya hingga hari ini masih terakui. Tak terelakkan pula, dapat dilihat pada identitas merah biru dalam logo yang kini menjadi pionir bagi jasa pengiriman lainnya. Patut pula sekiranya untuk menduplikasi cara-cara terbaiknya dalam menempuh kesuksesan.
Sabar
Sikap menerima dengan lapang dada tanpa berkeluh kesah. Tidak mudah memang karena, saya pun masih merangkak untuk mencapai “sabar”. Namun, Sang Pencipta telah menjanjikan balasan yang setimpal.