Mohon tunggu...
Adeltus Lolok
Adeltus Lolok Mohon Tunggu... PNS -

Pendiri http://howmoneyindonesia.com. Berkarya sebagai aparat dan pelayan masyarakat; pecinta alam, seni, dan keunikan manusia. Senang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Calls, Backstreet Boys

23 Agustus 2015   22:31 Diperbarui: 23 Agustus 2015   22:31 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meidy menyela, “Acara pelepasan ekspor gaplek perdana ke USA pak. Acaranya besok jam 09.00. Kami pastikan jemputan akan tiba di kantor Bapak jam 09.00.”

“Baiklah, terima lasih.” Huh, ekspor gaplek, gak mutu banget. Saya tidak mungkin menghadirinya. Paling banter yang hadir buruh PT Gurih Gaplek ...dan ...astaga mungkin petani-petani singkong itupun bakal ada di sana. No no, saya akan mengutus salah seorang staf saja untuk mewakili saya. Terlalu kecil nilai beritanya dibandingkan dengan ekspor mobil balap Ferraro ke Italy yang diadakan besok siang.

Jam 08.45, Pardi masuk ruanganku mengantarkan koran dan secangkir kopi Toraja kesukaanku. Wanginya…eh benarkan di halaman koran Kompas depan nongol lagi si teman komisiku. Malas rasanya membaca komentarnya yang basi, dan standar banget. Everybody knows your words... Tanganku membalik halaman demi halaman. Berita banjir, kebakaran, tanah longsor, perang Irak hmm…

Yang sedikit menarik dan menyentuh adalah berita tentang banyaknya bangunan sekolah yang roboh. “Robohnya Bangunan SD Kami,” judul sebuah artikel memplesetkan “Robohnya Surau Kami.” Saya tidak habis pikir dengan kelakuan para developer yang seenaknya mengambil untung besar tanpa memperdulikan kualitas bangunan sekolah yang mereka bangun. Untungnya anakku bersekolah di sekolah internasional, berlantai 3. Roboh? Sepertinya tidak mungkin.

Kriii…iing! Telepon ketiga. Telingaku makin menikmati deringan telepon, senikmat deringan The Calls. “Halo, selamat pagi pak Suryo Sudio,” lagi-lagi suara lembut seorang wanita. Apakah para wanita memang lebih suka menelpon di pagi hari? Agak terburu-buru, dia melanjutkan, “Saya Ingrid Susilo dari staf kepresidenan. Bapak Presiden beserta beberapa menteri akan berkunjung ke sekolah-sekolah yang bangunannya roboh. Apakah Bapak bersedia mendampingi presiden?“

"Oh tentu saja, Bu. Saya akan ikut rombongan presiden,“ sahutku mantap. Segera terbayang kilatan blitz kamera, sorot lampu kamera tv, kerumunan wartawan. Publisitas gratis kelas satu! Dan tentu saja, berita koran dan tayangan di tv akan sangat menyentuh hati. Lumayan untuk modal simpati pemilu berikutnya. Dalam sekejap, Alphard hitamku sudah berada di antara iringan rombongan presiden. Ada beberapa menteri, dirjen, beberapa anggota DPR MPR, dan pejabat terkait. Mataku menangkap lima mobil operasional tv swasta.

Kriii…iing! Ternyata HP-ku berdering. Pasti dari Rina, soalnya saya tidak ikut (lagi) rapat komisi. Jam sudah menunjukkan 09.34. Ntar habis makan siang, kan masih bisa bergabung. Ternyata yang menelpon isteriku.

“Ada apa, Ma?”

"Gawat, Pa. Celaka kita, Pa...!“ Isteriku berteriak ditengah napasnya yang memburu. Saya rasanya dapat mendengar suara gelang-gelang emasnya bergemerincing.

"Tenang dulu, Sayang. Bicara yang jelas dong.“ Saya sudah paham dengan sifat Ny. Linda Sudio. Gampang panik. Makanya saya tenang saja.

“Gimana mau tenang, Pa. Presiden akan meninjau beberapa bangunan SD yang roboh,” napasnya belum tenang juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun