Mohon tunggu...
ADELLYA RAMADHAINA
ADELLYA RAMADHAINA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswi di UNIKOM dengan jurusan Ilmu Komunikasi

Mahasiswi UNIKOM dengan jurusan Ilmu Komunuikasi angkatan 2022.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Mengabadikan Tahun Baru di Kota Bandung

7 Januari 2025   13:45 Diperbarui: 7 Januari 2025   14:23 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun baru telah tiba, dan bagi sebagian besar warganya, ini adalah momen spesial untuk merayakan pergantian tahun dengan cara yang unik dan berkesan. Namun, pengalaman saya dalam menjamu tahun baruan kali ini cukup berbeda dari apa yang biasanya digambarkan sebagai "malam-malam" yang ceria dan dipenuhi dengan hiasan kembang api. Saya akan merekam secara detail tentang bagaimana saya menghabiskan malam tahun baru di Kota Bandung, meskipun tanpa melakukan hal-hal ekstrem atau tradisional yang umum dilakukan oleh banyak orang. Pengalaman tahun baru ini cukup membuat saya senang karena banyak hal yang terjadi di tahun sebelumnya, saya pun melakukan kegiatan tahun baru ini untuk menambah memori bagi hidup saya dan meng-apresiasi diri saya di acara tahun baru ini.

Saat malam hari pada tanggal 31 Desember 2024, saya, ibu, dan ayah saya bertiga memiliki rencana sederhana yet serasi---membakar sate ayam di rumah kami sendiri. Ini merupakan aktivitas santai yang tak perlu biaya mahal atau tempat strategis, hanya butuh sedikit bahan-bahan dasar dan semangat untuk membuat suasana hangat. Kami mulai mempersiapkan semua bumbu dan sayur-sayuran segar untuk dibuat menjadi hidangan lezat tersebut. Setelah proses pembakaran dimulai, aroma harum sate ayam mulai mengisi udara di sekitar rumah kami, membuat lidahku berkeliaran dengan rasa penasaran.

Kita makan bersama-sama di ruang tamu yang agak gelap karena belum sempat nyalain lampu-lampu dekoratif. Suasananya hangat dan intim, seperti ketika kita sedang berada di tengah-tengah suatu petualangan kuliner yang tak bisa dinilai dengan uang. Ibu dan Ayah memberikan cerita-cerita masa lalu mereka, sementara aku mendengarkannya dengan antusias, merasakan nostalgia yang kuat.

Setelah selesai makan, tante dan nenekpun menyusul untuk ikut serta membakar sate ayam mereka juga. Seperti biasa, sepupu-sepupuku juga turut hadir dan membuat suasana makin riuh. Kita saling tertawa dan berbicara tentang berbagai topik, membuat malam itu semakin berwarna-warni.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan saya merasa bahwa haruslah ada sesuatu yang istimewa untuk dilihat di luar sana. Maka, saya meminta izin kepada kedua orang tua agar boleh pergi ke luar untuk menonton kembang api. Meski awalnya mereka ragu-ragu karena khawatir tentang kondisi jalan yang mungkin macet, namun setelah kusampaikan tekadku yang keras, mereka akhirnya setuju.

Pukul 10 malam, saya beserta temanku langsung meninggalkan rumah untuk mencari lokasi ideal menonton kembang api. Pertama kali kita arahkan diri ke Daerah Atas (Punclut), salah satu titik favorit para wisatawan untuk menikmati festival tahun baru. Betapa kagetnya ketika sampailah di situ; Punclut benar-benar padat dan macet!

Banyak sekali orang-orang yang sama-sama ingin melihat kembang apinya, sehingga mobil-mobil parkir berderet-deret di pinggir jalan. Akhirnya, setelah berputar-putar mencari tempat kosong, kita pun tidak jadi menonton kembang api di Punclut karena alasan-alasan logistik yang sulit dihindari.

Dengan hati yang sedikit kecewa, kita pun memilih alternatif lain yaitu Datatan Tinggi Lainnya, tepatnya di Cikutra. Lokasi ini relatif lebih tenang daripada Punclut, dan setelah beberapa lama mencari spot yang pas, akhirnya kita berhasil menemukan lapangan yang luas dan terletak strategis untuk melihat City Light yang indah.

Lapangan ini tampaknya merupakan tujuan utama bagi banyak penduduk lokal maupun wisatawan lainnya. Saat matahari mulai redup dan langit berubah warna menjadi biru keemasan, kota Bandung mulai terbenam dengan pesona alami yang tiada duanya. Banyak sekali kembang api yang dinyalakan di berbagai sudut kota, menciptakan panorama yang spektakuler.

Waktu berganti ke jam 12 malam, dan suasana pun semakin meriah. Nyala kembang apinya berlangsung kurang lebih selama dua puluh menit, membuat setiap detiknya berharga. Aku merasa sangat beruntung dapat menikmati moment ini bersama teman baikku.

Namun, setelah puas menonton kembang api, kita harus siap menghadapi realitas dunia nyata. Jalanan masih macet parah bahkan setelah jam pertengahan malam. Mobil-mobil parkir berderetan panjang di sepanjang jalan, dan beberapa jalan utama juga ditutup untuk memfasilitasi acara tahun baru.

Akhirnya, setelah berjalan-jalan selama beberapa kilometer, kita memutuskan untuk belok ke arah PUSDAI untuk membeli Cuanki. Lalu menikmati semangkuk cuanki ditambah dengan mie instan dan memakannya dimalah hari setelah beraktivitas sepanjang malam, membuat tubuh menjadi lebih hangat karna ditemani dengan kuah cuanki yang hangat dan rasanya yang pedas itu sambil berbincang bincang ditengah makan cuankinya.

Setelah menikmati semangkuk cuanki yang hangat dan lezat, aku dan teman-temanku merasa lebih segar dan siap untuk melanjutkan malam. Meskipun jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi, semangat kami untuk merayakan tahun baru belum padam. Kami memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kawasan PUSDAI, tempat di mana banyak orang berkumpul untuk merayakan malam pergantian tahun.

Suasana di luar masih ramai, dengan suara tawa dan obrolan yang mengisi udara malam. Lampu-lampu berkelap-kelip dari berbagai arah menciptakan suasana yang magis. Kami melihat sekelompok orang yang sedang menari di tengah jalan, diiringi musik yang diputar dari speaker portabel. Tanpa ragu, kami bergabung dengan mereka, merasakan kebersamaan dan keceriaan yang menyelimuti malam itu. Kami menari, tertawa, dan berinteraksi dengan orang-orang baru, merasakan semangat persahabatan yang mengalir di antara kami.

Setelah beberapa saat, kami memutuskan untuk mencari tempat yang lebih tenang untuk duduk dan berbincang. Kami menemukan sebuah taman kecil yang dikelilingi oleh pepohonan rindang. Di sana, kami duduk di bangku taman, menikmati angin malam yang sejuk. Kami mulai berbagi cerita tentang harapan dan resolusi untuk tahun yang baru. Temanku, Delvira, mengungkapkan keinginannya untuk lebih fokus pada studinya dan mendapatkan nilai yang lebih baik di sekolah. Sementara itu, aku berbagi impianku untuk menjelajahi lebih banyak tempat di Indonesia dan belajar tentang budaya yang berbeda.

Saat kami berbincang, kami melihat sekelompok anak-anak yang sedang bermain kembang api. Mereka tampak sangat gembira, tertawa dan berlari-lari sambil mengawasi kembang api yang berkilauan di langit. Melihat mereka, kami teringat akan masa kecil kami, saat kami juga merayakan tahun baru dengan cara yang sama. Kami pun memutuskan untuk membeli beberapa kembang api kecil dan ikut merayakannya. Dengan hati-hati, kami menyalakan kembang api dan melepaskannya ke udara, menyaksikan cahaya yang berkilauan dan suara letusan yang menggembirakan.

Malam semakin larut, dan kami mulai merasakan lelah. Namun, sebelum pulang, kami ingin mengabadikan momen ini. Kami mengeluarkan ponsel dan mulai mengambil foto-foto. Kami berpose dengan latar belakang kembang api yang masih menyala di langit, tertawa dan berusaha menangkap kebahagiaan yang kami rasakan. Setiap jepretan kamera seolah merekam kenangan yang akan kami bawa sepanjang tahun.

Setelah puas berfoto, kami memutuskan untuk kembali ke rumah. Dalam perjalanan pulang, kami melewati jalan-jalan yang masih ramai. Suara terompet dan sorakan dari orang-orang yang merayakan tahun baru masih terdengar. Kami melihat beberapa orang yang sedang membagikan makanan dan minuman kepada mereka yang lewat, sebuah tindakan kebaikan yang membuat kami tersentuh. Kami pun ikut berkontribusi dengan membagikan beberapa snack yang kami bawa, merasakan kebahagiaan saat melihat senyum di wajah orang-orang yang menerimanya.

Sesampainya di rumah, aku merasa sangat bersyukur atas pengalaman malam itu. Meskipun tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang penuh dengan kegiatan ekstrim, malam tahun baru kali ini terasa lebih berarti. Aku menyadari bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari perayaan yang megah, tetapi juga dari momen-momen sederhana yang dihabiskan bersama orang-orang terkasih.

Keesokan harinya, saat matahari terbit, aku terbangun dengan perasaan segar. Tahun baru adalah waktu yang tepat untuk merenung dan merencanakan masa depan. Aku duduk di teras rumah, menikmati secangkir kopi hangat sambil memikirkan resolusi yang ingin kutetapkan untuk tahun ini. Aku ingin lebih aktif dalam kegiatan sosial, membantu mereka yang membutuhkan, dan lebih menghargai waktu bersama keluarga dan teman-teman.

Hari itu, aku menghabiskan waktu bersama keluargaku. Kami memasak bersama, berbagi cerita, dan merencanakan liburan kecil ke tempat-tempat yang belum pernah kami kunjungi. Kami juga merencanakan untuk mengunjungi panti asuhan dan memberikan sumbangan, sebagai bentuk rasa syukur atas segala yang kami miliki.

Malam harinya, aku kembali berkumpul dengan teman-temanku. Kami merencanakan untuk mengadakan acara kecil di rumahku, di mana setiap orang bisa membawa makanan atau minuman favorit mereka. Kami ingin merayakan tahun baru dengan cara yang lebih intim, berbagi cerita dan tawa, serta merencanakan petualangan-petualangan baru di tahun yang akan datang.

Saat malam tiba, rumahku dipenuhi dengan suara tawa dan obrolan. Kami menikmati hidangan yang dibawa oleh masing-masing teman, dari makanan ringan hingga hidangan utama. Suasana hangat dan akrab membuat kami merasa seperti keluarga. Kami berbagi harapan dan impian, saling mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan masing-masing.

Ketika jam menunjukkan pukul 12 malam, kami mengangkat gelas dan bersulang untuk tahun baru. Kami berdoa agar tahun ini membawa kebahagiaan, kesehatan, dan kesuksesan bagi kami semua. Momen itu terasa sangat spesial, dan aku tahu bahwa kenangan ini akan selalu terukir dalam ingatanku.

Dengan semangat baru dan harapan yang tinggi, aku siap menghadapi tahun yang baru. Tahun ini akan menjadi tahun yang penuh dengan petualangan, pembelajaran, dan momen-momen berharga bersama orang-orang terkasih. Aku berjanji untuk tidak hanya merayakan tahun baru dengan cara yang meriah, tetapi juga dengan cara yang lebih bermakna, menghargai setiap detik yang diberikan, dan menjadikan setiap momen sebagai kenangan yang tak terlupakan.Jadi itulah pengalaman singkatku menjamu tahun baru di Kota Bandung -- sebuah cerita tentang adaptasi, persahabatan, dan nikmatnya menikmati momen-momen sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Semoga tahun baru ini membawa banyak kebahagiaan dan kesempurnaan bagi kita semua

Jadi itulah pengalaman singkatku menjamu tahun baru di Kota Bandung -- sebuah cerita tentang adaptasi, persahabatan, dan nikmatnya menikmati momen-momen sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Semoga tahun baru ini membawa banyak kebahagiaan dan kesempurnaan bagi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun