Mohon tunggu...
Adellia Syafitri
Adellia Syafitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis ulasan novel, film, dan drama.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Ulasan Novel di Tanah Lada: Petualangan Ava dan Pepper Mencari Kebahagian

3 November 2022   15:11 Diperbarui: 9 Agustus 2024   20:00 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         

Di Tanah Lada merupakan sebuah novel yang menjadi Pemenang II Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014 yang ditulis oleh Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Novel yang menggunakan sudut pandang orang pertama ini menceritakan tentang anak perempuan berusia enam tahun bernama Salva (dipanggil Ava) yang pindah ke Rusun Nero setelah Kakek Kia meninggal. 

Ava hampir diberi nama Saliva oleh Papanya, namun mamanya diam-diam menggantinya saat mendaftarkan namanya. Sejak kepindahannya ke Rusun Nero, Ava bertemu dengan P di warung ayam goreng, saat itu P menyuapi Ava yang belum bisa makan ayam goreng. Petualangan Ava dan P dimulai.  

Setelah Kakek Kia meninggal, Ava sekeluarga pindah ke Rusun Nero. Papa Ava yang memilih Rusun Nero karena dekat kasino dan rumah mereka dijual oleh papanya Ava juga uang warisan yang didapat atas meninggalnya Kakek Kia dipakai untuk berjudi. Rusun nero tampak menakutkan, gelap, dan suram.

Ava digambarkan sebagai anak perempuan berusia enam tahun yang gemar membaca Kamus. Ketika ia mendengar atau membaca kata yang tidak diketahuinya ia langsung mencari arti kata itu di kamus. Ava menganggap papa nya mirip hantu karena ia takut hantu dan ia takut papa. Selain mirip hantu, Ava juga menganggap papa nya mirip monster karena tampangnya seram, wajahnya selalu tampak marah, dan kuat

 

Wajahnya selalu tampak marah. Seolah-olah, setiap hari ada kecoa yang hinggap di atas makanannya. …. Sikap Papa juga seperti monster. Dia menggeram-geram, berteriak-teriak ke orang-orang hanya karena mereka membawa paha ayam alih-alih dada ayam, menggebrak-gebrakan banyak barang, membanting piring favoritku, dan tidur seberesnya dia marah-marah.

Dalam novel, Ava selalu menganggap papa nya sesuatu yang buruk. Sementara mama nya digambarkan selalu sedih, takut dengan papa, dan menyayangi Ava. Pepper–nama yang diberikan Ava untuk P–memiliki Papa yang seperti Papanya Ava, suka berjudi salah satunya. 

Ava yang kerap kali mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari Papa nya, seperti dibilang pemalas dan hanya mengabiskan uang, dibilang jalang, membiarkan Ava tidur di kamar mandi, menganggap Ava tidak berguna seperti ludah–Ava hampir diberi nama Saliva oleh Papanya. 

Tidak hanya itu, Ava juga kerap menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar, misalnya saat Papa menjual rumah tanpa sepengetahuan Mama, saat Papa memaksa mama untuk mencari makan bersamanya padahal mamanya ingin membereskan barang-barang yang baru saja dibeli di pasar lalu mereka berdua pergi meninggalkan Ava dengan belanjaan yang berserakan. Memarahi Ava karena tidur di atas pakaian dengan mengatakan ‘badan kotor anak harammu’ dan berusaha menutup koper padahal Ava ada di dalamnya. Masih banyak lagi tentunya. Papa sangat membenci Ava. 

Pepper tinggal di kamar yang ada di depan kamar 301–kamar Ava–memiliki papa yang suka berjudi, selalu memanggil Pepper dengan ‘hei’, ‘hoi’, ‘brengsek sini’. Mamanya pergi meninggalkan Pepper dan tidak kembali lagi, ia hanya memberikan sebuah buku pada Pepper.  

Pepper biasa tidur di dalam kardus karena papanya tidak tahu dia ada di dalam sana, jika papanya tahu Pepper akan diusir. Papa Pepper tidak suka Pepper berada di rumah. Seperti saat Pepper dan Ava berada di dalam kardus sambil mengobrol, Papa Pepper datang menendang-nendang kardus menarik paksa Pepper untuk keluar kemudian menyetrika lengan Pepper. 

Tokoh Papa Ava sebagaimana yang sudah digambarkan sebelumnya, ternyata bukan tanpa sebab. Kakek Kia–Papa nya Papa Ava–jahat terhadap Papa Ava dan suka memukulnya, akibatnya Papa jadi membenci Kakek Kia dan Papa jahat pada Ava. Hal tersebut dilakukan karena Kakek Kia tidak tahu cara menunjukkan rasa sayangnya ke Papa. 

Ava dan Pepper sama-sama beranggapan bahwa Papa itu pasti jahat. Mereka tidak percaya kalau ada Papa yang baik. 

“...,kamu berhenti percaya kalau di dunia ini ada hal yang baik. Ada Papa yang baik, ada orang yang baik, ada nasib yang baik. Kamu berhenti percaya kalau kamu nggak perlu mati dan bereinkarnasi untuk bisa hidup bahagia.”

Setelah baca, aku menyayangkan orang-orang dewasa yang tidak bisa melindungi Ava maupun Pepper. 

Mulai dari Kakek Kia yang baik terhadap Ava tapi jahat ke Papa Ava. Papa Ava yang suka berjudi dan jahat terhadap Mama dan Ava. Mama Ava yang tidak bisa melindungi anaknya. Kakek Kia yang jahat dan suka memukul Papa Ava. Papa Pepper yang kerap kali melakukan kekerasan pada Pepper. Mas Alri dan Kak Suri yang juga tidak kalah buruk. Namun yang paling tidak bisa dimengerti adalah Mas Alri dan Kak Suri. Tidak mengerti sama pikiran Kak Suri padahal tinggal di rusun yang sama dengan Pepper. Juga Mas Alri yang bisa-bisanya membiarkan Pepper hidup dengan Papa yang suka melakukan kekerasan pada Pepper.  

Novel ini meninggalkan perasaan kosong setelah dibaca. Petualangan Pepper dan Ava yang melewati banyak hal tidak menyenangkan. Mereka menerima kekerasan dari orang tua yang seharusnya memberikan kasih sayang dan rasa aman. Pepper dan Ava berhak memiliki hidup yang bahagia. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun