Mohon tunggu...
ADELIA MELATI PUTRI
ADELIA MELATI PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Arlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga Jurusan Bahasa dan Satra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Benarkah Tuntutan Orangtua Berdampak pada Kesehatan Mental Siswa?

22 Juni 2022   17:13 Diperbarui: 22 Juni 2022   17:16 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belakangan ini, kesehatan mental kerap disuarakan di media sosial. Kesehatan mental menjadi hal yang penting, sebab di masa sekarang, banyak orang yang mengalami gangguan mental disebabkan karena kesehatan mental mereka yang terganggu. 

Kesehatan mental tidak dapat dilihat dari tampilan luar saja, sebab apa yang terlihat di luar kerap kali tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi di dalam diri individu. 

Di zaman yang kian modern dan seiring pesatnya perkembangan teknologi, tentunya beberapa hal menjadi tidak sama seperti dahulu lagi. Salah satunya yaitu mengenai cara seseorang dalam menyikapi keadaan tertentu, misalnya menghadapi keadaan dimana mereka para siswa dituntut oleh orang tuanya untuk mendapatkan nilai yang baik hingga diberikan ancaman apabila mereka mendapat nilai yang buruk.

Mereka dituntut oleh lingkungan, sehingga mereka menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan nilai yang bagus. Selain itu, kurang nya kepercayaan diri dapat menyebabkan kecenderungan stress dan tekanan batin semakin tinggi dan selanjutnya menimbulkan gangguan mental pada siswa tersebut menjadi semakin buruk. 

Siswa akan senang menggantungkan pencapaian hasil belajarnya pada orang lain atau sarana tertentu dan bukan pada kemampuan dirinya sendiri karena ujian yang dihadapinya terlalu sulit bagi mereka, ditambah guru yang mengajar tidak dapat menyampaikan materi dengan baik namun disisi lain mereka dituntut untuk mendapatkan nilai yang baik supaya dapat membanggakan orang tuanya.

Terjadi persaingan untuk mendapat nilai bagus dan hanya yang terbaik dalam angka ulangan yang mendapat penghargaan dari kawan-kawannya juga membuat tekanan mental pada masing-masing siswa karena mereka tidak akan dihargai oleh teman-temannya apabila memiliki nilai yang tidak cukup baik. 

Jika nilai mereka buruk maka akan direndahkan dan mendapat cacian dari anak kelas dan hal tersebut akan menambah beban pikiran yang kemudian akan membuat kondisi mental semakin memburuk.

Adanya perasaan ingin menjadi lebih baik dari orang lain juga salah satu benih munculnya gangguan mental, sehingga ingin mendapatkan hasil tanpa memikirkan cara yang mereka gunakan baik atau tidak. Banyak orang tua yang masih belum memahami arti pendidikan yang sesungguhnya. 

Mereka menganggap bahwa nilai adalah segalanya padahal nilai dari suatu pendidikan tidak hanya angka, banyak faktor yang harus diperhatikan dan dikembangkan. 

Implementasi terhadap pendidikan adalah bagaimana menyesuaikan proses pendidikan itu dengan pola dan tempo, serta irama dan perkembangan siswa itu sendiri bukan hanya sekedar karena tuntutan dan tekanan dari para orang tua agar anaknya mendapat nilai yang bagus karena memiliki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan itu semaksimal mungkin.

Anggapan bahwa nilai harus stabil dan baik, apabila niainya turun maka perlu belajar lebih keras lagi. Padahal kemampuan seseorang tidak dapat dijabarkan hanya dengan angka-angka dari beberapa mata pelajaran saja.

Ada keinginan untuk membanggakan orangtua dengan mendapatkan nilai yang baik namun takut gagal dan masuk dalam kelompok siswa yang tidak pintar adalah sumber tekanan siswa pada umumnya yang biasanya merusak mental mereka sebagai siswa, tuntutan orang tua untuk menjadi murid terbaik, yang diikuti oleh rasa tidak mau menjadi beban bagi orang tua membuat anak merasa semakin tidak dihargai.

Siswa juga memiliki rasa ingin dipuji dan diberikan penghargaan atau hadiah dari orangtua yang telah dijanjikan apabila nilai mencapai target yang diinginkan. 

Tak banyak dari mereka yang merasa rendah diri apabila mendapat nilai yang buruk kemudian dijadikan sebagai pegangan untuk menilai ‘cerdas’ atau tidaknya seorang murid. Beberapa anak dituntut, bahkan diancam oleh orangtuanya agar mendapatkan nilai yang bagus. 

Hal tersebut memberikan beban secara mental terhadap sang anak sehingga ia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai bagus. 

Berdasarkan argumen diatas, dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor yang menjadi alasan siswa banyak yang mendapatkan tekanan mental baik itu faktor individual, keluarga, serta lingkungan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun