Mohon tunggu...
adeliamaharani
adeliamaharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menyanyi, berolahraga, dan mencoba hal hal baru

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Makanan Legendaris Jogja, Favorite Sultan

25 Desember 2024   13:42 Diperbarui: 25 Desember 2024   13:41 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Anda berkunjung ke Yogyakarta dan ingin merasakan cita rasa makanan yang sudah menjadi favorit keluarga kerajaan, salah satu tempat yang wajib dikunjungi adalah warung Mangut Lele Mbah Marto. Makanan ini bukan hanya sekedar hidangan lezat, tetapi juga sebuah kisah sejarah yang penuh makna, terutama bagi mereka yang ingin merasakan hidangan yang pernah dinikmati oleh Sultan Hamengkubuwono VII.

Sejak pertama kali berjualan keliling pada awal 1960-an, Mbah Marto atau yang lebih akrab disapa dengan nama asli Marto Ijoyo, telah menyuguhkan mangut lele yang khas dengan bumbu rempah yang menggugah selera. Mangut lele adalah hidangan ikan lele yang dimasak dengan kuah santan bercita rasa pedas, memberikan rasa gurih dan pedas yang begitu menyegarkan.

Mbah Marto yang memulai bisnisnya dengan berjualan keliling, akhirnya memutuskan untuk menetap dan membuka warung di rumahnya sendiri pada tahun 1989. Dari situ, warung yang berada di Jalan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ini menjadi salah satu tempat makan legendaris yang terus bertahan dan berkembang hingga sekarang.

"Awalnya kami jualan keliling, mulai dari pasar-pasar, rumah-rumah orang, sampai akhirnya kami memutuskan untuk buka di rumah sendiri. Alhamdulillah, banyak pelanggan setia yang datang ke sini," kata Bapak Wiwit, pelayan di warung Mangut Lele Mbah Marto, mengenang perjalanan panjang warung yang telah menjadi bagian dari sejarah kuliner Yogyakarta.

Mangut lele yang disajikan di warung ini memiliki rasa yang begitu khas dan berbeda dibandingkan dengan mangut lele di tempat lain. Proses pembuatan yang melibatkan berbagai rempah bahan alami, dan dimasak dengan arang kayu membuat rasa ikan lele menjadi lebih gurih dan penuh cita rasa. Paduan bumbu santan yang kental, daun jeruk purut, dan cabai memberikan sensasi pedas yang pas di lidah.

"Yang bikin beda di sini itu bumbunya, masakannya pakai bahan alami, bumbu rempah yang sudah turun temurun. Ikan lelenya juga fresh, jadi rasanya tetap enak meski sudah dimasak dengan santan," tambah Wiwit.

Namun, yang lebih menarik lagi adalah kenyataan bahwa hidangan ini ternyata menjadi favorit Sultan Hamengkubuwono VII. Sultan, yang dikenal dengan kecintaannya pada kuliner tradisional Yogyakarta, sering kali menikmati mangut lele di warung ini. Ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga soal tradisi dan kesetiaan pada cita rasa yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu.

Mbah Marto selalu mengatakan bahwa rahasia kelezatan mangut lele ini terletak pada proses memasak yang sabar dan penuh perhatian. Dalam setiap masakan, ia selalu memastikan bahwa ikan lele dimasak hingga benar-benar empuk, dengan bumbu yang meresap sempurna. “Kami tidak terburu-buru dalam memasaknya, karena yang penting adalah rasa,” ujarnya.

Kisah perjalanan Mbah Marto dalam menghidangkan mangut lele menjadi cerminan dari dedikasi dan kecintaan terhadap kuliner tradisional. Mbah Marto bukan hanya dikenal karena kemampuannya dalam memasak, tetapi juga sebagai sosok yang ramah dan penuh kasih sayang kepada pelanggan. Ia selalu menyapa pelanggan dengan senyuman dan memastikan setiap hidangan yang keluar dari dapurnya memiliki kualitas terbaik.

Namun, seiring berjalannya waktu, Mbah Marto menghembuskan nafas terakhirnya Kepergian Mbah Marto menyisakan kenangan bagi banyak orang yang pernah merasakan kehangatan hidangan mangut lele yang disajikan oleh tangan terampilnya. Walaupun Mbah Marto sudah tiada, warung Mangut Lele Mbah Marto tetap buka dan dikelola oleh anak dan cucunya, dengan mempertahankan resep dan tradisi yang sudah ada sejak dulu.

"Sampai sekarang, warung ini tetap buka, meneruskan usaha yang sudah dibangun oleh Mbah Marto. Kami semua ingin tetap mempertahankan warisan kuliner ini agar tetap ada dan dikenang," kata Wiwit, yang kini juga merupakan bagian dari keluarga besar Mbah Marto.

Warung Mangut Lele Mbah Marto tidak hanya menawarkan makanan lezat, tetapi juga pengalaman menikmati hidangan legendaris yang penuh dengan sejarah dan nilai-nilai tradisi. Di setiap sudut warung, ada kenangan akan perjuangan Mbah Marto yang menghidupi usaha ini dengan penuh kerja keras. Bahkan bagi pelanggan yang datang dari luar kota, menikmati mangut lele Mbah Marto seakan menjadi sebuah ritual yang membawa mereka lebih dekat dengan budaya dan sejarah Yogyakarta.

"Setiap kali saya datang ke sini, rasanya seperti kembali ke rumah. Mangut lele ini bukan hanya soal makan, tapi tentang merasakan tradisi yang sudah diwariskan turun temurun," kata Rini, salah seorang pelanggan setia warung ini yang datang dari Jakarta.

Pelanggan yang datang ke warung ini bukan hanya orang-orang lokal, tetapi juga wisatawan yang ingin merasakan kelezatan kuliner khas Yogyakarta. Beberapa di antaranya bahkan merasa bangga bisa mencicipi hidangan yang pernah menjadi favorit Sultan HB VII, yang dikenal memiliki selera makan yang sangat tinggi.

Walaupun Mbah Marto sudah tidak ada, namun warung ini terus berkembang, dengan tetap menjaga keaslian cita rasa mangut lele yang telah membangun reputasinya selama lebih dari 60 tahun. Kini, warung Mangut Lele Mbah Marto menjadi salah satu destinasi kuliner yang wajib dikunjungi di Yogyakarta.

Dari sekian banyak tempat makan yang ada di Yogyakarta, Mangut Lele Mbah Marto adalah salah satu yang paling menyentuh hati. Tidak hanya karena rasanya yang istimewa, tetapi juga karena kisah perjuangan dan dedikasi seorang pedagang makanan yang dengan sabar dan penuh cinta menjaga tradisi kuliner khas Yogyakarta.

Ketika Anda mengunjungi warung ini, Anda tidak hanya sekadar menikmati makanan. Anda juga merasakan sentuhan sejarah yang dibawa oleh setiap suapan mangut lele, seperti merasakan sejenak menjadi bagian dari tradisi panjang yang terus diwariskan oleh generasi ke generasi.

“Semoga Mangut Lele Mbah Marto ini bisa terus bertahan, dan semua orang bisa merasakan cita rasa yang sama, seperti yang dulu disukai oleh Sultan Hamengkubuwono VII,” ujar Wiwit, dengan penuh harapan.

Warung ini telah membuktikan bahwa warisan kuliner, yang dimulai dari sebuah usaha kecil, bisa berkembang dan menjadi bagian dari sejarah kota Yogyakarta. Tidak hanya makanan, tetapi juga cerita dan kenangan yang akan selalu dikenang oleh siapa saja yang pernah mencicipinya.n

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun