Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Penawaran Hidup

13 Desember 2019   09:32 Diperbarui: 13 Desember 2019   18:36 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah begitu adanya, Borjois?"

"Kau lebih mengenalku, Pak!" Kemudian memakai kembali baju-baju yang berserakan dilantai.

"Jabatan kalian dipertaruhkan hari ini! Borjois siapakah yang memberikan uang ini kepadamu?" 

"Hanya orang gila yang sedang mencoba kesabaranku, Pak! Lupakan saja. Tutup kasus dan lepaskanlah aku. Ibuku dan seluruh keluarga pasti sudah sangat kelaparan hari ini."

Bapak kepala kepolisian yang dulu sering mampir ke bengkel melepaskan aku dan memberikan sejumlah uang yang cukup untuk membeli sejumlah bahan makanan untuk seluruh keluarga. 

Dalam hati kecilku masih bersyukur kepada Allah Yang Maha Esa. Kehormatanku sebagai wanita masih dijaganya sampai detik ini.

Terkadang aku membenci wajah cantik dan tubuh yang kumiliki. Sebab walau sudah kututup dengan kain panjang, masih saja para pria terpesona. Aku sangat membencinya, maka dari itu aku jarang mandi dan hanya menggosok gigi walaupun hanya dengan menggunakan abu gosok hasil pembakaran kayu di kebun Pak Mardjuki.

"Lihat! Kakak Borjois membawa banyak makanan."

Dari jendela kamar dosen bahasa Perancis, yang rumahnya di seberang jalan rumahku, nampak sebuah wajah yang sangat kukenal betul. Sambil menatapnya penuh api dendam aku memunculkan jari telunjuk tanda peperangan. 

"Borjois, kenapa dengan bajumu? Sobek semuanya."

"Mungkin dia sudah menjual keperawanan demi perut kita, Bu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun