Apem  berasal dari bahasa Arab berarti afwan yang memiliki makna memaafkan. Kue ini terbuat dari santan, daun pandan, singkong, tepung beras, tepung terigu dan ragi. Memiliki rasa yang nikmat, kenyal membuat citra rasa khas tradisional masyarakat Jawa.
Sehingga makna kue Apem di hidangkan dalam tradisi megengan merupakan akulturasi nilai-nilai Islam yang sudah dibentuk dalam masyarakat Kejawen. Adanya nilai filosofis dalam tradisi megengan akan menjadikan umat Islam sadar bahwa ketika memasuki bulan Ramadhan, hati umat Islam harus suci bersih agar tenang dalam menjalankan ibadah puasa.
Makna dari tradisi megengan
Banyak hal positif yang bisa diambil dari tradisi megengan yakni mengajarkan kita tentang indahnya berbagi sesama Selain itu, masyarakat Jawa melestarikan tradisi megengan ini diharapkan dapat mempererat tali persaudaraan antar masyarakat desa dan agar selalu guyub rukun.
Hingga saat ini tradisi dalam masyarakat Jawa ini agaknya sulit dihilangkan, secara umum tujuan dari tatacara tersebut adalah inti dari sebuah ritus. Untuk  mayoritas Islam di Jawa belum bisa meninggalkan adat dan tradisi. Karena sudah dari jaman dahulu akulturasi budaya Islam dan Jawa berkaitan erat.
Mengapa perlu dilestarikan tradisi megengan?
Menurut Aris Marfai, kearifan lokal perlu di lestarikan dalam suatu masyarakat guna menjaga keseimbangangan dengan lingkungannya dan sekaligus upaya meminimalisir dampak bencana. Apalagi kearifan lokal sifatnya diwariskan kepada generasi selanjutnya. Untuk itu tradisi megengan ini merupakan peninggalan masa silam. Yang dapat menjadikan kita jembatan pengetahuan akan nilai-nilai luhur yang dipercayai nenek moyang kita. Dengan mengetahui sejarah pada masa silam, akan membuat kita lebih baik  menyongsong masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H