Mohon tunggu...
Adelia Silviana Putri
Adelia Silviana Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Salah satu mahasiswi prodi Sejarah yang sedang berkuliah di kampus yang baru saja menjadi UIN

Penulis asli kota Onde-onde yang sedang menimba ilmu di kota Gayatri. Menyukai hal-hal yang bertajuk sejarah, budaya, jurnalistik, kecantikan. Sering nongkrong dipinggir jalan bersama tuan raja dan suka berkunjung ke tempat hidden gem.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Unik, Tradisi Megengan yang Dilestarikan hingga Saat Ini

18 Maret 2023   18:27 Diperbarui: 10 Juni 2024   08:40 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Budaya, Masyarat Jawa, dan Adat Istiadat


Menurut Koentjaraningrat, masyarakat merupakan kesatuan hidup makluk-makluk yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat. Yang terbentuk perilaku, budaya serta kebiasaan dari suatu masyarakat. Budaya yang kini menjadi gaya hidup masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Gaya hidup yang menjadi model dari masyarakat yakni berupa pengetahuan, kepercayaan, kesenian, serta adat istiadat. Kebudayaan yang kental tradisi masih terlihat hingga peradaban saat ini. Masyarakat Jawa salah satunya. Di pulau Jawa merupakan pemeluk agama Islam yang paling menonjol. Terkenal dengan adat dan tradisi yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga masyarakat  pun masih menjaganya.


Istilah tradisi Megengan


Tradisi megengan misalnya, megengan merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi ini merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dan Islam yang tetap disesuaikan dengan syariat Islam.
Megengan memiliki arti menahan atau ngempet, maksudnya agar umat Islam menahan hawa dan nafsu untuk sebuah ibadah yakni puasa. Tak hanya menahan hawa nafsu, amarah, dan egoisme bahkan menjadikan simbol untuk memohon ampun kepada Sang Maha Pencipta. Menurut Nur Syam, megeng berarti suatu tanda bagi umat Islam mempersiapkan hal-hal khusus untuk menghadapi bulan yang Suci.


Asal Usul Tradisi Megengan


Sudahkah tau, jika megengan di populerkan oleh Sunan Kalijaga saat berdakwah di Jawa. Diperkenalkan saat melakukan penyebaran di Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian selatan. Sunan Kalijaga menggunakan metode akulturasi budaya, pendekatan psikologi kepada masyarakat pedalaman Jawa. Sehingga dalam proses dakwahnya beliau sangat humble dengan masyarakat, beliau menghapus pembatas dengan masyarakat, tak memperhatikan kasta maupun golongan. Tujuannya agar tak mengganggu syiar Islam. Dalam metode dakwah ini memuat nilai-nilai keislaman, agar di mudahkan dalam pelaksanaannya. Meskipun megengan sudah ada dari zaman penyebaran walisanga, masyarakat Jawa masih melestarikan tradisi tersebut hingga sekarang.


Berbeda lagi di Sunda, Jawa Barat, disebutnya tradisi Munggahan. Tradisi ini juga dilakukan masyarakat untuk menyambut bulan suci Ramadhan. "Munggah"berasal dari bahasa Sunda yang berarti naik, secara harfiahnya bermakna naik ke bulan suci Ramadhan. Munggahan kerap kali dilakukan di rumah bersama keluarga dan sesama rekan kerja bertujuan untuk bersilahturahmi agar ibadah puasa lancar da diterima Allah.


Prosesi pelaksanaan tradisi Megengan


Biasanya tradisi megengan dilaksanakan di desa-desa setempat. Dimulai saat setelah salat Magrib atau Isya', dengan melantunkan istighosah dan tahlil, yang bertujuan agar  bisa menjalankan ibadah dengan lapang dada. Nah, didalam tradisi megengan tak asing lagi dengan kudapan atau makanan yang dibawa dan dibagikan masyarakat Islam Jawa untuk disantap bersama-sama. Dilengkapi kudapan yang special yakni Kue Apem.


Filosofi kue Apem


Jikalau di India kudapan Apem di sebut "Appam", mirip dengan khas Indonesia. Biasanya di konsumsi untuk sarapan dan disajikan dengan bumbu khas India. Namun, menurut sejarah pertama kali apem ini dibawakan oleh Ki Ageng Gribig yang sesuai melaksanakan ibadah haji. Merupakan hadiah untuk anak, cucu, dan pengikutnya yang hingga saat ini masih dilestarikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun