Mohon tunggu...
Adel Kalibar
Adel Kalibar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penyair

Menulis Membentuk Keabadian - Hidupmu adalah bait puisimu https://adelbertus88.wordpress.com/ https://www.kompasiana.com/adelbertus

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu Kekuatan dan Semangatku

31 Januari 2023   10:01 Diperbarui: 31 Januari 2023   10:09 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pak Agus sebagai Guru Bahasa Indonesia di SMP swasta terbaik Jakarta Utara hendak mengirimkan satu orang peserta didiknya untuk mengikuti lomba baca puisi tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh satu di antara Sekolah Menengah Atas (SMA)  terbaik yang ada di Yogyakarta. Lomba diadakan dalam rangka memperingati Bulan Bahasa dan hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2022. Waktu tersisa dua hari lagi di batas akhir pengiriman karya lomba, karena perlombaan masih diselenggarakan secara online. Pak Agus telah menunjuk satu diantara peserta didiknya yang sudah di anggap mampu bersaing untuk mengiliti lomba tersebut. Namun Gloria Stefani Siswa kelas 8A tersebut masih ragu, karena minatnya pada puisi tidak begitu besar. Minat tebesarnya adalah berpidato, nanum sudah di isi oleh siswi lainnya dari kelas 9.

"Gloria, bagaimana nak? Apakah kamu sudah memilih mau ikut lomba yang mana? Pidato atau baca puisi?" Pak Agus Kembali bertanya kepada Gloria, karena keesokan harinya harus sudah mulai Latihan.

 "Seperti yang Bapak jelaskan kemarin, jika berpidato kamu harus menulis teks pidatonya terlebih dahulu dengan tema Semangat Sumpah Pemuda Membangun Kreativitas Berbahsa dan Berbudaya, kemudian berpidato tanpa teks, namun jikan puisi kamu membacakan puisi dengan membaca teks."

Gloria teringat akan pesan Ibunya tadi malam, semua ada pada kamu nak, kamu anak hebat dan pintar.

 "Ibu juga pernah mengikuti perlombaan semasa SMP dulu nak, perasaan sama sepertimu, cemas juga ibu alami, merasa tidak bisa, takut, namun Bapak dan Ibu guru percaya sama Ibu jika Ibu bisa. Pada akhirnya benar, Ibu bisa dan membuahkan hasil yang baik dengan menjadi juara antar sekolah, waktu itu lomba menulis cerpen."

 Ibu sangat percaya kepadamu nak, tidak ada yang tidak bisa kuncinya kamu semangat, berusaha, dan nanti Bapak dan Ibu guru pasti mendukung kamu.

"Pak Agus, setelah saya pikirkan tadi malam pak, maka saya memutuskan untuk lomba baca puisi saja pak." Gloria dengan rasa mantap menyampaikan keputusan kepada Pak Agus untuk mengikuti lomba baca puisi.

"Baiklah nak, nanti Bapak akan print out kan naskah puisinya ya. Kamu ambil nanti pulang sekolah, latihan di rumah, dan besok kita akan mulain latihan bersama di ruang kelas ya." Pak Agus merasa puas dan penuh semangat akan keputusan yang di ambil oleh anak didiknya. Karena waktu tersisa hanya dua hari lagi dan Pak Agus juga belum ada kandidat lain.

"Tapi Pak Agus, saya tidak bisa berpuisi Pak. Saya tidak pernah ikut lomba baca puisi Pak. Dan saya sebenarnya lebih senang pidato Pak."

Begitulah Gloria Stefani, masih keras kepala akan pendiriannya, dan rasa ragu masih menyelimutinya. Namun Pak Agus sebagai guru Bahasa Indonesia sudah sangat paham karakter setiap anak didiknya, terutama Glori yang selalu mendapatkan nilai tertinggi dan keterampilannya dalam setiap materi pelajaran. Puisi yang dipilihkan untuk dibacakan juga sudah sesuia dengan karakternya yaitu satu diantara puisi terbaik karya Chairil Anwar Karawang Bekasi.

Keesokan harinya, pak Agus sudah siap dan bersemangat meminta peserta didiknya agar latihan perbasama di ruang kelas. Hari pertama mereka akan mulai latihan, pak Agus sudah menyiapkan contoh video pembacaan puisi juara 1 yang diambilnya dari youtube. Anak didiknya di minta latihan dan mengikuti sesuai yang ada dalam video tersebut, namun anak didiknya masih belum bisa dan tidak mengerti, sampai akhirnya guru tersebut mencari video lain yang sesuai dan masih belum berhasil juga.

"Aduh pak, saya tidak bisa pak Agus. Saya takut pak."

 Anak didiknya selalu mengatakan sulit Pak, saya tidak bisa. Waktu sudah menunjukan pukul 3 sore, sudah hampir dua jam mereka latihan. Sesekali pak Agus menbacakan secara langsung puisinya maksud memberikan contoh, namum Gloria Stefani masih belum berani bersuara apalagi berekspresi sesuai irama puisinya.

Hari ini setelah pengambilan rapor tengah semester, mereka akan memulai latihan kembali. Terlihat Glori sudah berpakai seragam lengkap, dan lebih semangat. Glori datang bersama Ibunya untuk pengambilan rapor dan akan mendampinginya dalam rekaman membacakan puisi.

"Ini adalah hari terakhir Latihan dan besoknya hasil karya dalam bentuk rekaman video akan segera dikirimkan, Bapak yakin kamu pasti bisa Glori. Kamu sudah siap Latihan dulu, sementara Bapak akan mengabil alat remamannya."

Kali ini pak Agus tidak akan memutarkan video untuk anak didiknya itu. Mereka masuk keruang latihan dan nantinya akan langsung di ambil rekaman. Anak didiknya diminta latihan sendiri masih juga belum bisa, dan Pak Agus  pun hampir putus asa. Sesekali dia merilik dan kembali kepada Ibunya.

"Bu, Glori takut Bu, Glori tidak bisa." Gloria mengadu pada Ibunya, sementara Pak Agus dari jarak bebera meter menyaksikan itu dalam ruang lain dan hanya bisa terdiam sejenak.

"Ayo Glori, kamu pasti bisa. Coba lagi. Ingat apa yang Ibu katakan tadi malam. Tidak ada yang tidak bisa, berikan yang terbaik untuk dirimu sendiri, seperti kamu berpidato. Lihat pak Agus sudah begitu semangatnya mendampingi kamu."

"Baik Bu, Glori akan coba lagi." Glori bangkit Kembali kemudian berjalan pelan menuju Pak Agus yang se dari tadi dengan penuh sabar menunggu semangat anak didiknya benar-benar pecah di ruangan itu.

"Bagaimana Glori, apakah bisa kita lanjutkan kembali latihannya agar segera kita bisa mengabil video rekaman baca puisinya nak?"

 "Coba Bapak dulu Pak, Bapak membacakan puisi perlarik serentak dengan ekspresi gerak dan mimik nanti saya akan mengituki Bapak.'

 Pak Agus terdiam sejenak, kemudian berkata "baiklah nak, kamu ikuti Bapak ya."

dengan perlahan dan penuh sabar Pak Agus membacakan puisi disertai gerak dan mimik yang menunjukan ekspresi yang sesuai. Dibacanya larik demi larik dan berulang beberapa kali sampai larik terakhir sambil anak didiknya juga mengikuti gurunya. Setelah itu barulah anak didiknya berani bersuara dan membacakan puisi tersebut dengan baik, gurunyapun serenta terkejut tenyata anak didiknya menjadi sangat baik. Tidak perlu waktu lama akhirnya mereka berhasil mengambil rekaman video pembacaan puisi yang terakhir setelah di ulang hingga lima kali.

Serentak Pak Agus dan Ibunya Glori menghujaninya dengan tepuk tanggan dan seruan.

"Yaahhh....., bagus, kamu hebat sekali Glori, Bapak sungguh terpukau dengan penampilan kamu. Sunggung Bapak senang sekali, akhirnya kita bisa mendapatkan rekaman video pembacaan puisinya."

"Iya Pak, terima kasih Pak Agus."

"Gloria..., sini kemari nak! Kamu hebat sekali nak. Ibu yakin kamu pasti bisa dan memberikan yang terbaik, terbuktikan bahwa kamu bisa, kamu bisa mengalahkan rasa takut kamu dan menjadi lebih percaya diri."

Ibu Glori merasa bangga terhadap anaknya telah berhasil mengalahkan rasa takut dan menaklukannya dengan rasa percaya diri yang mantap. Ibunya yang daritadi dengan sabar dan penuh harapan menunggu dengan tenang. Sesungguhnya dari situlah kekuatan dan semangatnya tumbuh kemudian menjadi pecah. Karena puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar ini merupakan puisi yang mengisahkan perjuangan rakyat Indonesia pada masa pemerintahan Belanda. Jadi Ketika membcakan puisi ini, tentunya diperlukan luapan emosi dan penghayatan yang dalam. Tegesana, intonasi, tekanan, dan ekspresi harus selaras. Glori telah berhasil melumpuhkan semuanya itu dengan baik.

"Terima kasih Bu, Ibu selalu menjadi kekuatan dan semangat bagiku dalam hal apapun. Semoga Glori bisa terus seperti Ibu ya." Glori memeluk Ibunya, tak terasa air matanya mengalir melewati pipinya. Kemudian Ibunya juga memeluknya dengan erat dan penuh kasih.

Beberapa saat kemudian mereka pamit kepada Pak Agus yang terlihat masih mengutak-atik kamera rekaman.

Pada saat pengumuman ternyata Gloria berhasil mendapatkan juara harapan 2 lomba baca puisi tinggkat nasional. Ini merupakan prestasi yang yang luar biasa berkat sosok Ibu yang selalu emberikan semangat dan menjadi kekuatan baginya. Kemudian tidak terlepas juga dari peran guru inspiratif. Di balik siswa hebat terdapat guru yang hebat dan inspiratif. Jelas sekali di sini bahwa guru inspiratif adalah guru yang luar biasa, guru membawa perubahan bagi peserta didiknya, sekolah, bahkan ujung tombak keberhasilan Pendidikan. Terima kasih Ibu. Kaulah kekuatan dan semangat bagiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun