Mohon tunggu...
Adela Virza
Adela Virza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Saya adalah mahasiswi yang hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Stop! Strict Parents di Kalangan Mahasiswa Dapat Berdampak pada Mental!

28 Mei 2023   17:14 Diperbarui: 28 Mei 2023   17:23 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang sudah diketahui bahwa banyak orang tuas yang strict kepada anak-anaknya. Strict parents sendiri adalah orang tua yang memiliki harapan tinggi terhadap anak mereka dan menerapkan aturan yang ketat serta mengawasi kehidupan sehari-hari remaja dengan cermat. 

Mereka cenderung membatasi kebebasan remaja atau mahasiswa, memberlakukan aturan yang kaku, serta sering kali menerapkan hukuman yang keras ketika aturan tersebut dilanggar. Hal ini mereka lakukan kebanyakan karena mereka khawatir anak mereka akan terjerumus pada pergaulan yang salah. 

Tujuan mereka adalah untuk melindungi anak dan mengarahkannya ke jalan yang benar. Peran orang tua dalam membimbing dan mendidik remaja sangat penting dalam perkembangan mereka. 

Namun, ketika pendekatan pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua terlalu ketat atau otoriter, hal ini dapat memiliki dampak negatif pada kesejahteraan mental remaja.

Padahal pada usia mahasiswa yang bisa disebut usia remaja menuju dewasa dimana dia akan belajar mandiri, membuat keputusan, dan menghadapi tantangan dengan kepercayaan diri. 

Komunikasi adalah aspek penting ketika anak sudah beranjak dewasa, orang tua yang mau mendengarkan seta mempertimbangkan keputusan sang anak bisa membuat kesejahteraan mental. Banyak orang tua yang masih tidak memperdulikan keputusan sang anak dan meyakini bahwa keputusan mereka adalah keputusan yang terbaik, padahal mindset seperti itu lah yang bisa berdampak terhadap kondisi mental sang anak

Saya percaya bahwa pola pengasuhan yang terlalu ketat atau otoriter dapat berdampak negatif pada kesehatan mental remaja. Meskipun niat dari strict parents adalah melindungi dan membimbing anak mereka, namun pendekatan yang terlalu membatasi kebebasan remaja dapat menyebabkan tekanan dan stres yang berlebihan. 

Remaja perlu memiliki ruang untuk bereksplorasi, belajar dari kesalahan, dan mengembangkan identitas mereka sendiri. Karena pada usia mahasiswa itu bukan lagi usia kanak-kanak yang harus dikhawatirkan terlalu mendalam dan dikekang.

Dalam lingkungan yang terlalu ketat, remaja mungkin merasa sulit untuk mengungkapkan diri, mengembangkan kepercayaan diri, dan mengeksplorasi minat dan bakat mereka. 

Hal ini dapat menghambat perkembangan emosional dan sosial mereka, serta mengurangi rasa harga diri dan percaya diri. Selain itu, tekanan yang konstan dari orang tua yang otoriter juga dapat menyebabkan kecemasan yang berkepanjangan. Selain itu dampak dari Strict parents pada mahasiswa sebagai berikut:

1. Stres dan Kecemasan: Pola pengasuhan Strict parents dapat menciptakan tingkat stres yang tinggi pada remaja. Mereka merasa terjebak dalam batasan dan aturan yang ketat, sehingga mengalami tekanan emosional yang berkepanjangan. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan yang signifikan pada remaja.

2. Rendahnya Diri dan Percaya Diri: Pola pengasuhan yang otoriter dapat membuat remaja merasa tidak mampu mengambil keputusan sendiri atau menghadapi tantangan dengan keyakinan diri. Mereka seringkali mengalami rendahnya rasa harga diri dan kurang percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain.

3. Gangguan Makan dan Body Image: Remaja yang diperlakukan secara ketat oleh orang tua mereka seringkali mengalami masalah dengan pola makan dan body image. Tekanan untuk mematuhi aturan dan standar yang tidak realistis sering kali membuat remaja mengalami gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia, serta merasa tidak puas dengan penampilan mereka.

4. Penindasan Emosional: Remaja yang tumbuh dalam lingkungan dengan pola pengasuhan yang ketat seringkali mengalami penindasan emosional. Mereka mungkin merasa sulit untuk menyatakan pendapat atau emosi mereka secara bebas karena takut akan reaksi negatif atau hukuman dari orang tua mereka. Hal ini dapat menghambat perkembangan emosional remaja.

5. Hubungan yang Tegang: Pola pengasuhan Strict parents seringkali menciptakan hubungan yang tegang antara orang tua dan remaja. Kurangnya komunikasi yang terbuka dan kepercayaan yang rendah dapat menyebabkan konflik yang berkelanjutan antara keduanya, mengganggu perkembangan hubungan yang sehat.

Meskipun penting bagi orang tua untuk memberikan batasan dan aturan yang jelas, penting juga untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan remaja untuk mandiri, membuat keputusan yang baik menurut dirinya, dan menghadapi tantangan dengan kepercayaan diri. 

Komunikasi yang terbuka, dukungan emosional, dan kesempatan untuk mengambil tanggung jawab adalah elemen penting dalam pembentukan kesehatan mental yang baik pada remaja.

Saya meyakini bahwa pendekatan pengasuhan yang lebih fleksibel, mendukung, dan memperhatikan kebutuhan individual remaja dapat membantu mereka tumbuh dan berkembang dengan lebih sehat secara mental. Penting bagi orang tua untuk memahami dan menghormati kebutuhan dan keinginan remaja, sambil tetap memberikan panduan dan bimbingan yang tepat.

Namun, perlu diingat bahwa setiap individu dan keluarga memiliki dinamika yang berbeda, dan tidak ada pendekatan pengasuhan yang sempurna. Penting untuk menjaga keseimbangan antara memberikan arahan dan kebebasan kepada remaja, serta memperhatikan kesehatan mental mereka secara holistik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun