Mohon tunggu...
Adelard khairu
Adelard khairu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya

masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Culture Jamming Siap Mengkritik Pencemaran Lingkungan!

29 Maret 2021   17:10 Diperbarui: 29 Maret 2021   17:48 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: http://cms.horus.be/

Siapa sih orang yang tidak membutuhkan minyak? Apakah kalian tau perushaan minyak Shell? Dibalik suksesnya perusahaan minyak tersebut, kita dapat melihat hal yang menarik yang erat kaitannya dengan postmodernsme atau yang lebih tepatnya pada culture jamming, yuk kita simak!

Sebelum langsung membahas kaitannya antara shell dan culture jamming, Pertama-tama postmodernisme disini berbeda dengan postmodern. Postmodernisme hadir sebagai sebuah kritikan pada modernism. Dan sebuah kritikan tersebut tidak akan lepas dengan pembahasan kali ini yaitu culture jamming pada Shell.

Apa kalian tau tentang culture jamming?

"Culture jamming" hadir pada tahun 1980-1990an sebagai suatu bentuk dari bentuk baru politik representasi. Praktiknya culture jamming ini yaitu menumbangkan pesan media massa, terutama iklan melalui sindiran artistik. Orang-orang yang melakukan kegiatan culture jamming ini kerap dikenal sebagai "jammers". 

Hal yang biasa dilakukan pada culture jamming ini bisa dapat berupa merubah suatu pesan pada logo, gambar produk, pernyataan yang mempunyai pesan atau tujuan yang berbeda pada awalnya. 

Hal ini dapat kita simpulkan bahwa kegiatan culture jamming yang dilakukan oleh Jammers yaitu untuk mengubah semiotika media dengan mengubah pesan dengan memodifikasi sebuah gambar untuk dapat menyampaikan sebuah makna baru dan berbeda pada sebelumnya. Biasanya culture jamming erat kaitannya dengan isu konsumsi, sosial, atau lingkungan. Salah satu contohnya kita dapat melihat culture jamming pada Shell sebagai perusahaan minyak

Sebelum membahas lebih lanjut kaitannya dengan culture jamming, mari kita bahas sedikit mengenai perusahaan minyak satu ini. Perusahaan Royal Dutch Shell atau Shell adalah perusahaan minyak dan gas alam. Kegiatan yang dilakukan perusahaan ini berupa eksploraso, produksi, permunian dan pemasaran minyak mentah dan gas alam yang tersebar di 90 negara lebih di seluruh dunia. 

Pada zaman sakrang, Shell merupakan perusahaan energi yang besar di dunia yang sudah beroprasi pada 70 negara lebih, tidak lupa bahwa perusahaan ini bahkan menjadi salah satu perusahaan raksasa nomor 3 di dunia. Dibalik suksesnya perusahaan minyak ini ternyata ada dampak negatif berupa pencemaran lingkungan yang terjadi.

Melihat pencemaran lingkungan yang dilakuan Shell, para "Jammers" mengkritik atau melakukan sindirkan kepada perusahaan tersebut dengan merubah logo pada perusahaan minyak tersebut menjadi seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 1

webneel.com
webneel.com

Gambar 2

sumber: http://cms.horus.be/
sumber: http://cms.horus.be/

Pada gambar yang pertama terlihat bahwa logo tersebut menjadi kata "Hell" atau neraka. Arti dari gambar culture jamming tersebut yaitu adalah bentuk dari sebuah sindiran yang dilakukan pada jammers untuk polusi atau pencemaran yang sudah banyak dilakukan oleh Shell. Kata Hell merujuk pada situasi yang terjadi karena lingkungan yang rusak dan situasi yang dirasakan oleh korban dari pencemaran tersebut. 

Dilansir dari Antara News, salah satu contoh yang dilakukan perusahaan minyak ini yaitu pencemaran tanah dan saluran air di daerah Delta Ninger yang merupakan lokasi produsen utama energi di Afrika. Pencemaran ini digugat oleh warga Delta ninger dan aktivis lingkungan untuk segera diatasi. Contoh tersebut adalah salah satu bukti nyata pada sindiran Jammers pada perusahaan minyak tersebut yang menyebabkan kerusakan lingkungan.

Pada gambar kedua, kita dapat melihat sebuah siluet dari sebuah pinguin yang seperti ditutupi oleh minyak. Pada gambar ini juga erat dengan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh Shell. Pada dasarnya gambar tersebut adalah bentuk dari sindiran dan kritikan pada perusahaan minyak tersebut yang pada tahun 2015 lalu akhirnya menghentikan pengeboran minyak di Kutub Utara. Kelompok aktivis lingkungan menilai kegiatan perusahaan tersebut dalam merusak lingkungan sekitarnya dan berbahaya bagi hewan seperti pinguin, beruang kutub, atau walrus. Oleh karena itu logo tersebut ditambahkan sebuah siluer pinguin yang menandakan bahwa dia sedang "tidak baik-baik saja" dengan ditutupi oleh minyak.

Akibat dari Jammers dalam culture jamming pada perusahaan Shell ini banyak membuat aktivis lingkungan di dunia untuk berkerja sama dalam mengkritik kegiatan yang dapat mencemarkan lingkungan. Di sisi lain perusahaan minyak ini dinilai sebagai perusahaan pencemar lingkungan terbesar, hal tersebut bertentangan dengan Shell yang menilai dirinya sebagai salah satu perusahaan solusi iklim dunia.

Sekian dari informasi yang saya berikan, semoga bermanfaat dalam mendalami konsep culture jamming di postmoderinisme. Masih banyak bentuk dari culture jamming yang dapat kita temui, salah satunya di media sosial. Yuk kita lihat lagi lingkungan sekitar kita dan analisis kembali dengan konsep culture jamming yang sudah dijelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Baker, C., & Jane, E. (2016). Cultural studies: Theory and practice. (5th ed.). Los Angeles: SAGE Publications

AntaraSumbar. (2012, Oktober 12). Warga Desa Nigeria Tuntut Shell Dalam Kasus Besar Pencemaran. Sumbar.AntaraNews. Dilansir dari sini

BBCnews. (2015, September 28). Shell Menghentikan Kegiatan di Kutub Utara.  Bbc.com. Dilansir dari sini

Majalahcsr. (2020, Februari 3). Giliran Shell Kena Geruduk Aktivis Lingkungan. Majalahcsr.id. Dilansir dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun