Mohon tunggu...
Ade Ivan Al Haroma
Ade Ivan Al Haroma Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang lelaki yang belajar menggoreskan pena

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Bawah Langit Biru : Aqila (1)

15 Maret 2019   22:35 Diperbarui: 15 Maret 2019   22:45 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kurang ajar benget si Bobby" ucapku marah

"Udah Qil, lu tenangin diri. Gak usah mikirin cowok brengsek kayak dia. Kita minum aja biar lu tenang" ucap Sheila yang berusaha menenangkanku

"Oke, kita minum sampe pagi" jawabku

Malam itu demi untuk memuaskan hasrat amarahku, entah berapa botol minuman beralkohol yang ku pesan. Hingga kami berempat dalam keadaan mabuk berat. Waktu yang sudah semakin pagi membuat kami harus pulang dalam keadaan yang tak sehat. Aku yang sedang sakit hati oleh perkataan Bobby serta ditambah beratnya pengaruh alkohol malam itu, memacu mobilku dengan kecepatan yang sangat tinggi. Hingga aku hilang kendali dan naas terjadilah kecelakaan hebat yang mana aku menabrak sebuat truk. Entah apa yang terjadi pada kami berempat saat itu, aku pun sudah tak sadarkan diri.

Dan suatu pagi saat aku membuka mata, ternyata aku sudah berada di salah satu rumah sakit umum daerah kota Samarinda. Ibuku yang ada disampingku menangis haru melihat aku siuman dari koma. Ya, akibat kecelakaan itu aku 2 bulan mengalami koma. Sungguh tak bisa membayangkan kembali apa yang sudah ku alami. Hari-hari berlalu di rumah sakit, keadanku sudah mulai membaik dan akupun di ijinkan pulang oleh dokter.

Satu minggu kemudian, tiba-tiba pamanku dari Kediri datang kerumah. Dia bilang, jika ingin menjenguk sekaligus menjemputku. Aku kaget mendengar perkataan paman hingga aku menanyakan kepada Ayah dan Ibu alasan paman ingin menjemputku.

"Keputusan Ayah dan Ibu sudah bulat nak, Ayah dan Ibu tidak bisa mengawasi kamu. Maka kami memutuskan agar kamu tinggal bersama kakek dan nenek di Kediri, karena itu pamanmu kesini untuk menjemputmu." ucap Ayahku

"Tapi kenapa Ayah dan Ibu gak bicarakan ini dulu sama Aqila", jawabku tak terima

"Selama ini Ayah dan Ibu sudah membebaskanmu dalam segala hal, apa masih kurang ? Dengan kamu tinggal dengan kakek dan nenek itu juga sebagai pelajaran atas tindakanmu selama ini.", kata Ayah

Sambil meneteskan air mata, aku tak bisa lagi menolak keputusan Ayah dan Ibu. Kutinggalkan kota Samarinda dengan segala kenangan pahit dan ku jalani selama ini menuju kota kecil di provinsi Jawa Timur, kota Kediri. Di kota itulah ku mulai lembaran baru, cerita baru, dan di kota Kediri lah, kisahku dengan Akmal dimulai.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun