Kenalin, namaku Aqila Hadi Sosrohardjo, biasa dipanggil Aqila. Gadis suku Jawa yang lahir di Samarinda, 19 April 1995. Anak tunggal dari pasangan suami istri Cahyo Hadi Sosrohardjo dan Ruma Setyowati. Ayahku seorang pengusaha Batubara di Kalimantan Timur dan ibuku adalah desainer terkenal. Karena aku anak tunggal dari keluarga ternama, orang tuaku selalu memanjakanku. Semua fasilitas dipenuhi oleh orang tuaku dan apa yang ku inginkan pasti dikabulkan oleh mereka. Ayah dan ibu selalu pulang malam ketika aku sudah terlelap tidur. Mereka selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya itu, gak pernah ada waktu buat aku. Hidup yang serba berkecukupan sejak kecil, membuatku menjadi gadis yang tumbuh dengan segala hedonisme. Shoping dan dugem seakan jadi rutinitasku tiap hari, bersama dengan temen-temen gengku, Sheila, Nania, dan Keyra. Sama yang terakhir Anjing (red.cowok) kesayanganku si Bobby.
Suatu malam aku dan teman-temanku pergi ke club langganan kami dugem dan kali ini si Bobby gak ikut, katanya dia lagi ada urusan sama teman-temannya.
"Qil, tumben gak dianterin sama Bobby, kemana dia?" tanya Sheila
"Dia lagi sibuk sama temen-temennya, udah biarin bodo amat juga sama si Bobby. Udah kita jalan aja !"
"Okee Aqila", jawab mereka serempak
Kami berempat segera masuk mobil dan bergegas. Aku mulai memacu mobil di jalanan ibukota yang sudah mulai lengang itu dengan kecepatan yang tinggi. Waktu yang sudah menunjukkan pukul 12 malam lewat 20 menit, yang seakan menambah rasa syahdu malam itu. Dan tibalah kami di sebuah club malam paling terkenal di Samarinda. Saat akan masuk, kami menunjukkan "identity card" kami dan dengan senang hati para penjaga di pintu masuk club langsung mempersilahkan kami.
Suasana hedon langsung terhirup saat kami mulai melangkah masuk ke dalam club malam itu. Sinar lampu disco yang menyinari seluruh ruangan ditambah musik yang up beat. Bar minuman yang berderat di kanan dan kiri. Akupun segera melangkah ke salah satu bar dan memesan sebotol minuman beralkohol. Setelah mendapatkan satu botol dan satu gelas, aku segera melangkah ke sofa yang sudah diduduki oleh Sheila, Nania dan Keyra. Aku duduk sambil memperhatikan keerotisan penari malam yang asyik meliuk-liukkan badannya ditengah lantai dansa.
"Eh Qil, lu gak curiga gitu sama Bobby ? Tumben banget dia gak nganterin elu." celoteh Nania
"Curiga apaan ?" sahutku aneh, ngapain Nania tiba-tiba ngomong gitu
"Ya masak lu gak curiga sih Qil !" ketus Keyra
"Dia kan udah bilang main ama temen-temenya.", jawabku santai. Ya meskipun aku sedikit memikirkannnya juga
"Bukannya gitu Qil, kita itu gak mau aja kalo elu disakitin ama dia. Lu inget kan berapa kali Bobby bikin lu sakit hati ?", kata Keyra
"Qil, bukannya kita mau ngejelekin Bobby, tapi kemarin gue lihat Bobby jalan bareng sama cewek lain", kata Sheila
"Serius lu ?" jawabku kaget. Dalam hati meskipun Bobby bukan tipe cowok idamanku, rasanya sakit banget kalau dia sampai bermain dibelakangku
Dan tak berselang lama tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah sudut bar. Seorang cowok yang tak asing bagiku. Dia duduk sambil memeluk mesra seorang cewek. Ternyata dia Bobby, dan dia sama cewek lain, berani-beraninya ya dia. Akupun tanpa pikir panjang segera menghampirinya.
"Plakk" tanganku seakan bergerak sendiri untuk menampar Bobby
"Elu berani ya bohongin gue", ucapku meluapkan amarah
"A..Aqila, ka..kamu disini ? Aku bisa jelasin Qil" ucap Bobby sambil tergagap
"Sorry ya, gue udah gak butuh penjelasan dari elu, mulai sekarang elu bukan siapa-siapa gue. Kita putus !" teriakku kepada Bobby
"Ohh, oke Qil, kalo itu mau lu, gue juga udah bosen sama cewek "Anjing" kayak lu. Selama ini gue deketin lu karna cuma duit lu aja. Lu itu cewek bodoh yang gampang banget buat diporotin." ucap Bobby dengan kasar
"Anjing, bangsat pergi lu dari sini, gue udah eneg liat muka lu" teriakku. Rasanya ingin sekali ku bunuh si Bobby saat itu tapi Keyra dan Nania memegang tanganku dengan erat.
Bobby langsung pergi meninggalkan club bersama cewek yang digandengnya tadi. Itu adalah kejadian yang membuatku sakit hati, bukan karena aku kehilangan pacar, tapi karena aku sudah dihina habis-habisan oleh Bobby.
"Kurang ajar benget si Bobby" ucapku marah
"Udah Qil, lu tenangin diri. Gak usah mikirin cowok brengsek kayak dia. Kita minum aja biar lu tenang" ucap Sheila yang berusaha menenangkanku
"Oke, kita minum sampe pagi" jawabku
Malam itu demi untuk memuaskan hasrat amarahku, entah berapa botol minuman beralkohol yang ku pesan. Hingga kami berempat dalam keadaan mabuk berat. Waktu yang sudah semakin pagi membuat kami harus pulang dalam keadaan yang tak sehat. Aku yang sedang sakit hati oleh perkataan Bobby serta ditambah beratnya pengaruh alkohol malam itu, memacu mobilku dengan kecepatan yang sangat tinggi. Hingga aku hilang kendali dan naas terjadilah kecelakaan hebat yang mana aku menabrak sebuat truk. Entah apa yang terjadi pada kami berempat saat itu, aku pun sudah tak sadarkan diri.
Dan suatu pagi saat aku membuka mata, ternyata aku sudah berada di salah satu rumah sakit umum daerah kota Samarinda. Ibuku yang ada disampingku menangis haru melihat aku siuman dari koma. Ya, akibat kecelakaan itu aku 2 bulan mengalami koma. Sungguh tak bisa membayangkan kembali apa yang sudah ku alami. Hari-hari berlalu di rumah sakit, keadanku sudah mulai membaik dan akupun di ijinkan pulang oleh dokter.
Satu minggu kemudian, tiba-tiba pamanku dari Kediri datang kerumah. Dia bilang, jika ingin menjenguk sekaligus menjemputku. Aku kaget mendengar perkataan paman hingga aku menanyakan kepada Ayah dan Ibu alasan paman ingin menjemputku.
"Keputusan Ayah dan Ibu sudah bulat nak, Ayah dan Ibu tidak bisa mengawasi kamu. Maka kami memutuskan agar kamu tinggal bersama kakek dan nenek di Kediri, karena itu pamanmu kesini untuk menjemputmu." ucap Ayahku
"Tapi kenapa Ayah dan Ibu gak bicarakan ini dulu sama Aqila", jawabku tak terima
"Selama ini Ayah dan Ibu sudah membebaskanmu dalam segala hal, apa masih kurang ? Dengan kamu tinggal dengan kakek dan nenek itu juga sebagai pelajaran atas tindakanmu selama ini.", kata Ayah
Sambil meneteskan air mata, aku tak bisa lagi menolak keputusan Ayah dan Ibu. Kutinggalkan kota Samarinda dengan segala kenangan pahit dan ku jalani selama ini menuju kota kecil di provinsi Jawa Timur, kota Kediri. Di kota itulah ku mulai lembaran baru, cerita baru, dan di kota Kediri lah, kisahku dengan Akmal dimulai.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H