Film The Guys menceritakan tentang seorang karyawan bernama Alfi yang bercita-cita menjadi bos. Di samping itu Alfi juga ingin mendapatkan cinta dari tambatan hatinya yang juga teman sekantornya, Amira. Namun, masalah muncul ketika Via, gebetan abadinya yang sebelumnya mengabaikannya, mulai menunjukkan rasa cinta. Dibantu dengan teman-temannya yang aneh, termasuk Sukun, karyawan ekspat dari Thailand, Alfi mencoba mewujudkan mimpinya menjadi seorang bos sekaligus menggaet cinta sejatinya.
***
Usai filmnya selesai kami memutuskan untuk segera pulang karena masing-masing dari kami punya agenda lagi. Mungkin itu pula yang menyebabkan kami keluar lewat pintu yang berbeda dan akhirnya kami sama-sama tak mengucap kata penutup.
Inspirasi datang usai menonton film itu. Awalnya hanya tertarik pada soundtrack lagunya, yaitu bila bersamamu yang dibawakan oleh Nidji. Hingga aku menulis sebuah cerpen yang kusisipkan lagu Nidji itu.
“Hahaha, ada manfaatnya ya dari film itu”, pesannya kepadaku
“Cukup menginspirasi, terutama tekad membangun bisnisnya”, jawabku
“Kenapa gak nulis novel aja daripada cerpen?”, pertanyaan itu tiba-tiba ia lontarkan
“Novel lebih panjang, dan harus pintar buat alur”, jawabku
“Tinggal disambungkan saja kan, jadi panjang, jadi alur pula”, ucapnya lagi
Kata-katanya menjadi terngiang di kepalaku. Bisa saja kan aku coba dulu, masalah alur ikuti saja suasana hatimu ketika menulis. Kalo lagi sedih buat aja sedih, atau kalo lagi seneng dibuat seneng juga. Jika hanya berkutat pada ini saja kapan berkembangnya.
Sahabat selalu member arti. Benar apa kata Dalai Lama, “Sahabat lama pergi, Sahabat baru berdatangan. Sama seperti hari-hari biasanya. Hari yang lama pergi, hari yang bari datang. Yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana membuatnya berarti: seorang sahabat yang berarti – atau sebuah hari yang berarti”. Dia membuka duniaku, persis dengan jalan cerita film yang kami tonton bahwa kita harus menjadi seorang Boss.