Mohon tunggu...
Ade Ivan Al Haroma
Ade Ivan Al Haroma Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang lelaki yang belajar menggoreskan pena

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Catatan Perjalanan Santri Suryalaya

15 Maret 2017   01:51 Diperbarui: 15 Maret 2017   02:17 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MARI BERDAKWAH BUKAN BERJIHAD

Ini adalah kisah yang lama saya tulis tetapi baru bisa saya publish. Hari Minggu, 11 Desember 2016 adalah agenda rutin bulanan TQN Ponpes Suryalaya Korwil Jatim dan Indonesia Timur yaitu Manaqib Sulthon Aulia’ Syech Abdul Qodir Al-Jaelani QS sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. Suatu keberuntungan dan kebahagian saya bisa hadir dalam acara tersebut. Setelah serangkaian acara manaqib selesai, maka seperti biasa adalah tausiyah dari sesepuh TQN Suryalaya KH. Ali Hanafi Akbar. Dalam tausiyahnya beliau kembali mengingatkan kepada ikhwan dan akhwat untuk tetap istiqomah menjalankan ajaran TQN Suryalaya, istiqomah dalam dzikir dhohir dan dzikir ismu dzat.

Dalam sesi Tanya jawab, saya memperoleh sebuah kesempatan yang sangat langka dan berharga. Kesempatan untuk menanyakan bagaimana sikap yang harus dilakukan oleh ikhwan dan akhwat TQN Suryalaya dalam menanggapi persoalan bangsa dan Negara akhir-akhir ini. Dengan nada lembut dan ikhlas beliau menjawab pertanyaan saya, seorang murid yang masih belum mengerti apa-apa.

Pertama sebagai ikhwan dan akhwat TQN Suryalaya, kita harus tetap istiqomah dalam berdzikir. Tujuan berdzikir adalah membersihkan hati agar hati ini tidak dihinggapi oleh sifat-sifat syetan. Melalui dzikir kita mendekatkan diri kepada Allah swt agar kita terus bersama Allah.

Kedua adalah berpegang teguh kepada Tanbih TQN Suryalaya. Tanbih adalah wasiat dari Abah Sepuh TQN Suryalaya, yang salah satu isinya adalah taat kepada agama dan Negara. (baca tanbih TQN Suryalaya). Maka poin penting dari tanbih adalah Negara mempunyai kewenangan untuk mengatur warganya, dan ikhwan wal akhwat TQN Suryalayapun harus taat dengan Negara. Negara punya kewenangan untuk mengatur semuanya, hanya satu yang tidak bisa diatur oleh Negara yaitu KEYAKINAN.

Ketiga, tak perlu takut dengan apapun jika kita sudah bersama Allah. Lalu bagaimana dengan ketakutan adanya kristenisasi dan penistaan agama islam ? Perlu flashback sebentar, dahulu rasulullah dihina dan dinistakan lebih kejam dari apapun, beliau dengan sabar dan santun menjalankan dakwahnya. Coba jika Rasulullah tidak sabar dan membunuh orang-orang kafir, apakah islam bisa sebesar sekarang ? Coba kita lihat Surat At Taubah Ayat 4-6 :

Ayat ke 4

Artinya:

Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (: 4)

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

Komitmen dan setia terhadap janji sangat ditekankan Islam, termasuk janji terhadap orang-orang Musyrik dan musuh-musuh sekalipun, selama pihak lain juga komitmen dan setia terhadap janji tersebut.

Setia dan komitmen pada janji menunjukkan ciri-ciri ketakwaan, sehingga ukuran orang bertakwa bukan saja rajin melaksanakan shalat dan puasa, namun juga sikap menjunjung tinggi berbagai perjanjian yang dijalinnya dengan orang lain.

Ayat ke 5

Artinya:

Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang. (9: 5)

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

Dalam bergaul dengan musuh-musuh yang sudah biasa melanggar janji, kita harus bisa bersikap keras dan tegas. Karena sikap kasih sayang dan rahmat hanya berlaku untuk orang-orang Mukminin dan bukan kepada musuh.

Islam tidak mengenal jalan buntu. Jalan untuk bertaubat dalam segala kondisi dan keadaan selalu terbuka, bahkan di tengah-tengah medan tempur sekalipun.

Ayat ke 6

Artinya:

Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (9: 6)

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:

Kita harus memberikan kesempatan kepada musuh agar bisa berfikir dan memilih. Dalam kondisi apapun, tidak dibenarkan menutup jalan dakwah dan seruan kepada agama Allah, yaitu agama Islam.

Berbagai penyimpangan dan penyelewengan dari masyarakat dapat menyebabkan kesesatan dan ketidaktahuan. Karena itu, tugas kaum Muslimin dan pemerintahan Islam adalah menyampaikan pesan dan seruan Islam secara benar kepada seluruh umat manusia dan membuka jalan bagi setiap orang untuk mengetahui kebenaran Islam.

Agama Islam menghormati hak memilih yang dimiliki manusia. Karena itu, tidak ada paksaan bagi manusia untuk memeluk Islam. Islam hanya menyeru ummat manusia agar berfikir dengan jernih lalu menentukan sendiri jalan mana yang akan ditempuhnya. Tentu saja, setiap jalan yang dipilih ada resikonya dan jalan Islam adalah satu-satunya jalan yang benar.

Dari Surat At Taubah ayat 4-6 hal penting yang harus diperhatikan adalah islam harus dibela melaui sebuah dakwah bukan syiar. Kemenangan Islam adalah lewat kesabaran dan kedamaian, bukan dengan sebuah emosi dan amarah serta banyaknya jumlah. Kita ambil contoh Negara arab, mereka lahir dengan mengguanakan bahasa arab, tentunya  mereka paham betul isi Al Quran. Namun yang terjadi adalah peperangan dan saling membunuh antar umat islam. Apakah disana kekerangan kyai, ulama, ahli tafsir ? Tidak !! Disana justru melimpah, tapi satu yang tidak mereka punya adalah kesucian hati. Ketika hati ini suci maka allah akan bersama kita, dan ketika allah bersama kita maka tak ada lagi iri dengki dan riak. Inipun menjawab bahwa Negara khilafah yang menjalankan syariat islam penuh bukanlah sebuah jaminan Negara tersebut akan barokah.

Fakta selanjutnya, Indonesia adalah Negara yang dijajah belanda selama 350 tahun. Apakah selama penjajahan itu belanda tidak membawa misi kristenisasi ? Jawabannya tentu adalah iya. Tapi apakah justru menenggelamkan islam ? yang terjadi islam semakin besar, menjadi mayoritas padahal dulu kyai masih sedikit, pesantren masih sedikit tapi islam masih kokok. Hal itu dikarenakan orang dulu hatinya suci, bersama Allah, dan membela Islam dengan berdakwah bukan dengan berjihad yang berteriak-terika tidak jelas seperti orang kesetanan.

Yang keempat adalah pandai-pandai menyikapi. Sekarang sudah banyak orang pinter yang memakai dalil untuk suatu kepentingan. Contohnya kasus Ahok, yang pro Ahok, pake dalil Al-Quran dan yang kontrapun pake dalil Al-Quran juga, dan dalil mereka sama-sama benar. Tapi yang belum ada di mereka adalah kesucian dan kebersihan hati. Ketika hati ini bersih dan suci, Allah akan bersama kita menempati hati kita. Disitulah sifat adil, arif dan bijak akan ditunjukkan oleh Allah. Selama mereka tidak adil dan berkepentingan maka hal tersebut tidak akan selesai masalahnya. Ilmu pengetahuan sangatlah penting, tetapi jika hati tidak bersih, hal itu adalah percuma. Ibarat “nila setitik rusak susu sebelangan”.

Intinya sampaikanlah dakwah dengan lemah lembut, tidak hanya dengan jihad, jika hanya jihad dan tidak disertai dengan dakwah hal itu menjadi tidak barokah. Tetap istiqomah dalam berzikir, karena hanya dengan dzikir kita bisa berpikir jernih dan adil. Dzkir, Fikir dan Amal Sholeh.  Sebuah keberuntungan bagi saya bisa mendapat pencerahan secara langsung dari KH Ali Hanafi Akbar. Semoga saya bisa istiqomah menjalankan dzikir dhohir dan ismu dzat. Karena hati ini masih sangat kotor

ILAAHHI ANTA MAQSHUUDI WA RIDLOOKA MATHLUUBII A’THINII MAHABBATAKA WA MA’RIFATAKA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun