Setelah melewati perjalanan singkat, Linda memasuki toko buku dan melihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan perawakan hampir sempurna bagi kaum wanita. Mereka berjalan-jalan mengelilingi sudut toko buku hingga akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat di Foodcourt dekat toko buku tersebut.
Saat beristirahat disana, tiba-tiba Rino mengeluarkan kotak brownis coklat dari dalam tasnya. Rino tahu jika Linda sangat menyukai brownis coklat, maka ia pun sudah mempersiapkan hal itu. Di ambillah sepotong brownis oleh Linda dan di makan nya. Akan tetapi, tiba-tiba ada yang mengganjal, dalam gigitan tersebut ada benda keras. Benda itu ternyata adalah sebuah cincin.
"Apa Ini Rino ?", tanya Linda penasaran
"Itu cincin untukmu Linda", jawab Rino dengan lembut
"Untuk apa ?", Linda semakin bingung
"Linda, kamu mau kan jadi pacar aku ?", Rino mengutarakan maksudnya
"Hah, kamu bercanda ? Kamu tahu kan aku enggak pacaran, ayah pun pasti melarang. Malam ini bisa berjalan denganmu pun atas izin ayahku", ungkap Linda untuk menjawab maksud Rino
Perbincangan mereka semakin serius. Linda tak bisa menerima maksud yang diutarakan Rino. Dalam pikirannya ia belum siap untuk menjalin hubungan yang serius. Terlebih lagi izin sang ayah pasti tak didapatnya. Hingga malam mulai larut, mereka memutuskan untuk pulang.
Sampainya dirumah, Linda masih terngiang-ngiang oleh perkataan Rino. Ada semacam hal yang mengganjal dipikirannya. Ia memikirkan tentang Ridho, jika seandainya suatu hari ia menikah dengan Rino. Apakah Ridho baik-baik saja ? Ataukah Ridho justru merestui mereka ? Bagi Linda bisa dekat dengan Ridho adalah suatu kenyamanan yang tak terhingga. Disisi Ridho, Linda mereka aman, nyaman dan damai. Surga terasa begitu dekat jika dia dibimbing disisi Ridho. Dalam pikirannya yang campur aduk, ia tidur terlelap oleh dinginnya malam
****
5 tahun kemudian