"Kau kasihku tak akan pernah terlupakan", jawabnya dengan nada tegas yang hanya kubalas dengan senyuman.
Malam semakin larut hingga kami berdua memutuskan untuk pulang. Dalam perjanan pulang perasaanku sangatlah lega. Setidaknya aku masih melihat senyum manisnya serta memberinya sebuah kenangan di sisa-sisa umurku. Dalan bingkisan itupun sudah kusisipkan sebuah surat. Tentang perasaanku yang paling dalam, tentang makna Al-Qur'an Saku dan tentang takdir yang harus kami lalui.
25 Februari 2017 ditulis sambil minum kopi ditemani rintik hujan oleh Ade Ivan Al Haroma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H