Mohon tunggu...
Ade Ivan Al Haroma
Ade Ivan Al Haroma Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang lelaki yang belajar menggoreskan pena

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Al-Qur'an Saku untuk Laila

26 Februari 2017   19:30 Diperbarui: 27 Februari 2017   08:00 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari evaluasi itu apabila ada hal yang ganjil, kami mendiskusikannya, saling mengoreksi, dan segera mencari jalan keluar bagaimana langkah sebaiknya. Begitu sangat bermakna hari-hari kami lewati, membuat aku tidak ingin pisah darinya, bahkan tak pernah terlintas dalam pikir untuk melepasnya. Dia adalah seorang kekasih sekaligus guru bagiku. Kamipun selalu bersama dan mengerjakan tugas secara bersama-sama.

Tapi belakangan ini aku tak masuk kuliah, pagi itu aku pingsan dan masuk rumah sakit. Ia berusaha menghubungiku dan ia begitu khawatir kepadaku. Kemudian temanku menelponnya dan memberitahukan kalau aku masuk rumah sakit. Setelah pulang kampus ia bergegas menuju rumah sakit. Ia menghampiriku yang sedang terbaring lemas dan aku mengatakan kalau aku baik-baik saja, cuma saja hanya kelelahan karena aktifitas.

Dalam sebulan aku masuk rumah sakit sebanyak 6 kali, akupun tahu bahwa aku memiliki penyakit tumor dikepalaku yang kata dokter aku hanya memiliki waktu bertahan paling lama 3 bulan. Aku terkejut mendengar berita itu, tapi harus bagaimana lagi ? Mungkin ini jalan Tuhan untukku, aku harus kuat. Setiap harinya aku berdoa agar aku bisa diberikan kesempatan hidup lebih lama, ku ingin memberikan sedikit kebahagiaan untuk orang-orang yang ada disekitarku. Aku sengaja tak memberitahunya mengenai penyakitku ini, aku takut ia merasa kasihan kepadaku. Aku ingin tak ada seorangpun yang tau mengenai penyakitku ini, ku ingin cukup aku saja yang merasakan hal ini.

Pagi itu adalah hari ulang tahun Laila yang bertepatan dengan tanggal 26 September. Di hari spesial itu aku pun ingin membelikannya sebuah hadiah. Hadiah yang mendekatkannya dengan Allah, hadiah yang dimana dia selalu mengingatku dan hadiah yang melambangkan betapa aku sangat menyayanginya, hadiah yang tak akan lekang oleh waktu. Hingga kuputuskan hadiah yang kuberikan adalah "Sebuah Al-Qur'an Saku".

Ku telpon dia dan ku ajaknya untuk makan malam. Dalam pikirku ingin sekali memberinya sebuah kenangan di memori indahnya. Lewat sebuah kenangan itu setidaknya aku masih diberi kesempatan untuk melihat senyum manisnya sekali lagi.

Malam pun tiba dan kami berkencan mengumbar kemesraan membalas dendam rindu melebihi rindu dendam Adam dan Hawa. Tibalah waktu untukku memberikannya.

"Ini hadiah ulang tahunmu", seraya aku menyodorkan bingkisan

"Apa ini Rahmat ?", jawabnya dengan antusias

"Bukan apa-apa hanya sekedar bingkisan di hari ulang tahunmu", ucapku dengan manis

"Apa sih isinya ?", tanyanya sambil menggoda

"Kado itu tidaklah mewah, itu hadiah biasa. Hanya saja lewat hadiah itu kuharap engkau tak pernah melupakanku", jawabku sambil tersenyum dan menahan air mataku menetes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun