Mohon tunggu...
Irman Triharyanto
Irman Triharyanto Mohon Tunggu... Arsitek - Arsitek

simpel2 aja, gak mau ribet, sedikit romantis dan melankolis. Mencoba menghadirkan nostalgia masa lalu melalui tulisan...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia yang Tak Mungkin Kumiliki

12 Juni 2018   14:36 Diperbarui: 12 Juni 2018   14:37 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dan, sepenggal kalimat itu benar -- benar menusuk tepat ke jantungku, membuatnya seperti berhenti berdetak. Jleb!!!

"Kamu tahu mas, aku sempat menunggu kamu dan berharap kamu datang untuk melamarku..."

Aku hanya bisa terdiam tanpa dapat memikirkan kata-kata apa yang harus aku ucapkan sebagai balasannya.

.....

Sepintas aku masih bisa mengenalinya.

Walau sudah lebih dari dua dasawarsa tidak pernah bertemu.

Walau di tengah riuh orang ramai.

Wajahnya  masih cantik. Ayu. Senyumnya.  Tatapannya, ya tatapannya. Itu salah satu yang membuatku tak bisa melupakannya. Teduh dan menenangkan. Begitu menghanyutkan.

Dan semua itu tidak berubah sama sekali. Hanya ada tanda kelelahan yang terlihat di wajahnya, namun tidak mengurangi sedikitpun kecantikannya.

....

Kuingat hari itu. Hari terakhir ulangan umum SMA. Aku tak sabar menunggunya. Di depan sekolah.

Hari ini aku ada janji makan siang dengannya. Sepulang sekolah. Kebetulan hari itu aku sudah tidak bersekolah lagi. Tinggal menunggu waktu pelaksanaan UMPTN.

Perasaanku campur aduk hari ini. Senang. Tentunya. Akhirnya bisa juga aku mengajak dia pergi denganku walau hanya sekedar makan siang. Dan itupun tidak berdua saja, dia harus mengajak sahabatnya. Itulah dia, masih berpegang teguh pada budaya jawa yang diajarkan orangtuanya. Yang menurut mereka tidak pantas anak gadis pergi berduaan saja dengan anak lelaki yang bukan saudaranya. Aku cukup manut saja, daripada tidak bisa pergi dengannya.

Tak lama dia keluar gerbang sekolah dan kami segera pergi menuju salah satu restoran cepat saji yang cukup populer di Jl. Solo.

Aku berboncengan dengannya, sementara sahabatnya mengikuti dari belakang. Ada perasaan berkecamuk luar biasa dalam dadaku. Yang terutama adalah rasa senang yang luarbiasa.  Waktu itu. 25 tahun lalu.

Aku ingat, tidak banyak hal kami bicarakan saat itu. Mungkin kami sama-sama merasa grogi atau entah mungkin sama-sama malu. Sesekali aku menanyakan hal-hal seputar dirinya hanya untuk memecah kebuntuan. Tetapi dia hanya menjawab seperlunya sambil tersenyum malu. Kemudian diam lagi. Tapi itu tidak masalah, buatku bisa duduk berdua dengannya saja sudah merupakan kebahagiaan besar. Aku bisa menatap wajah yang selama ini hanya bisa kulihat dari lantai 3 di sekolah, dengan puas. Cantik sekali dia, jika dipandang dari jarak yang sangat dekat, dan aku makin mencintainya.

Kuingat juga, saat itu aku sempat menyatakan perasaanku kepadanya. Perasaan yang telah lama kupendam, yang tak bisa aku simpan lagi. Karena waktuku di kota Jogjakarta ini semakin sempit.

Dia hanya tertunduk dan tersenyum ketika aku menyatakan itu. Entah apa arti senyuman itu. Kulihat dia seperti bingung hendak berkata apa. Hanya tertunduk. Tapi aku tahu, bahwa sebenarnya dia juga punya perasaan yang sama denganku, hanya karena statusnya yang sudah punya kekasih yang mungkin membuatnya bingung untuk membalas pernyataanku. Aku bisa tahu dari tatapan dan senyumnya setiap kami tak sengaja berpapasan. Dan juga tentunya aku mencari info dari sahabatnya.

Aku tidak memaksanya untuk menjawab saat itu. Aku hanya bilang, "yang penting aku sudah menyatakan perasaanku padamu, terserah bagaimana kamu menyikapinya. Karena aku tahu saat ini kamu sudah ada kekasih". Dia terlihat lega dengan kata-kataku, karena tidak mampu menjawabnya saat itu. Dia tersenyum malu-malu sambil menatapku, tatapan penuh arti seakan berkata "aku juga punya perasaan yang sama denganmu, mas". Itulah salah satu momen terindahku dengannya.

.......

Aku dan dia memang punya hubungan special yang menurutku cukup menarik. Semenjak lulus SMA, tepatnya di masa-masa kuliah, aku sempat beberapa kali main ke Jogjakarta. Dan sempat beberapa kali kuajak dia untuk bertemu denganku. Dia tak pernah menolak walaupun kutahu dia masih setia dengan kekasih masa SMA nya. Kubilang special, karena terkadang ketika berbicara dengannya melalui pesawat telepon, kita bisa berbincang mesra seperti layaknya pasangan kekasih. Tapi terkadang juga tiba-tiba ada emosi diantara kita. Saling cuek beberapa lama, tapi akhirnya rasa rindu jualah yang menang.

Itulah spesialnya, walaupun tidak terikat dalam hubungan resmi, tapi secara emosional kita benar-benar terhubung. Dan itu yang membuatku tak bisa melupakan bayangnya walaupun setelah kami sama-sama dikaruniai pasangan dan keturunan.

......

Kembali aku teringat peristiwa beberapa waktu lalu, ketika kita bertemu kembali setelah bertahun lamanya kita tidak pernah bertemu. Bahkan tidak juga saling bersapa melalui dunia maya. Pontianak tahun 2009. Setelah lama tidak bertemu. Akhirnya kini dirimu ada dihadapanku lagi. Dia masih tampak cantik, segar. Walaupun saat itu sedang mengandung anak ketiga. Tapi tidak terlihat seperti orang yang sedang hamil. Kamu terlihat begitu bersahaja, sederhana tapi tetap cantik dan segar. Sama seperti aku melihatmu saat SMA dulu.

Pertemuan itu sangat singkat tapi sangat membekas dalam hatiku. Semua kenanganku tentangnya seakan muncul kembali. Dan aku merasa saat itu sedang berada di masa SMA lagi. Kami berdua lebih banyak tertawa ketika bercerita tentang masa SMA dan masa-masa lucu saat aku dan dia bisa berdekatan secara emosional tapi tidak secara Fisik. Saat penuh rindu, amarah dan tawa. Walaupun jarak berjauhan.

.......

Sebenarnya dalam hati kecilku masih berharap dia bisa menjadi milikku. Apalagi setelah melihat foto-foto dirinya yang baru diunggah ke media sosial.

Sungguh, aku tidak bisa berkata banyak. 25 tahun berlalu, tidak banyak yang berubah dari dirinya. Bahkan terlihat lebih cantik dan dewasa. Kecantikan yang dipadu dengan kedewasaan sungguh suatu kombinasi luarbiasa dan itu terjadi pada dirinya.

Kadang ada penyesalan.

Tapi itu semua sudah menjadi suratan takdir yang digariskan Sang Pencipta. Itulah jalan terbaik bagi kami berdua untuk tidak bisa bersatu. Walaupun kutahu di dalam hati kami berdua - mungkin - ada sedikit rasa kerinduan, yang tak kan mungkin bisa dilepaskan karena status kami yang sudah tidak memungkinkan lagi.

Dan penyesalan pun tiada guna. Hanya dalam hati kecil kami yang mungkin berkata, "aku masih mencintaimu, menginginkanmu."

Terima kasih padamu, yang tak pernah bosan untuk menjadi penyemangatku, penerang hatiku, penyejuk jiwaku.

Pengharapan terbesarku adalah, kelak kita akan bersatu. Entah di dunia berikutnya. Entah di alam mana. Entah.

..........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun