Dia tertawa,"Haha, kok begitu caranya?
"Memang bagaimana cara menganya hihid?, kataku balik bertanya.
Setelah selesai istirahat dia mencontohkan cara membuat hihid. Sambil menyimak saya tersenyum pantesan dari tadi tak kelat-kelar ternyata salah awalnya. Begitulah yang saya lakukan mencoba dulu karena keterampilan yang lama tidak digunakan akan lupa.
#6 Siap melatih siswa.
Singkat cerita, selesai sudah belajar membuat benda yang akan dianyam dalam semalam. Besoknya dengan percaya diri saya tularkan ke salah satu siswa yang akan mengikuti lomba. Ternyata tidak sia-sia perjuangan belajar. Siswa kami berhasil menjadi salah satu yang menjadi juara di tingkat kecamatan. Alhamdulillah, sing penting kecatet namanya dalam urutan juara.
Sejak saat itu saya selalu saja menjadi spesialis pembimbing siswa mengikuti lomba kriya anyam. Hampir setiap tahun selalu mengikutkan. Raihan prestasi  berputar juara pertama, kadang kedua, kadang ketiga. Semuanya tergantung ketekunan siswa.Â
Jika siswanya mau menyelesaikan waktu lomba selama 5 jam hasilnya pasti memuaskan. Tetapi kalau siswanya sudah menyerah di tengah jalan ya, hasil kriya anyamnya hanya separuhnya. Saya tidak bisa memaksakan.
Tidak apa-apa, yang penting sekolah saya berpartisipasi dan nama sekolah terpampang di susunan juara walau masih di tingkat kecamatan. Adapun hasil kriya yang dihasilkan membuat hihid, aseupan, keranjang/tempat gabah, dan tas dari tali rami/tali kur.
Bagi kami sebagai guru, jika menjadi juara itu bonus dari kerja keras, sedangkan hal yang membahagiakan adalah mengenalkan salah satu kearifan lokal dalam bentuk melestarikan seni kriya anyam agar dikenal siswa.
Bandung Barat, 08-11-020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H