Kearifan lokal perlu dipupuk dan dilestarikan. Salah satu cara yang dilakukan dengan mengadakan lomba kriya anyam. Lomba tersebut biasanya berjenjang. Hal ini merupakan acara rutin tahunan, sebelum Pandemi Covid-19 melanda. Tahun sekarang seperti belum ada tanda-tanda akan dilaksanakan, kemungkinan ditunda dulu menanti sampai suasana aman terkendali.
Pada saat akan diadakan lomba, sekolah kami menjadi salah satu pesertanya. Kami pun mempersiapkan menyambut perhelatan tahunan tersebut dengan memilih siswa yang akan diikutkan lomba. Sedangkan guru pembimbingnya, ya siapa lagi pasti saya. Teman-teman akan menyerahkan urusan kriya anyam ke saya. Katanya,"Oh, urusan anyam menganyam serahkan ke orang Tasikmalaya".
"Waduh, sebagai turunan orang Tasikmalaya yang sudah dikenal dengan kerajian anyamnya saya berusaha tidak mengecewakan daerah kelahiran. Walaupun saya sudah lama meninggalkan kampung halaman tetap saja sebagian hati masih terpaut pada kenangan masa kecil di desa. Oleh karena itu saya menyanggupinya". Urusan bisa juara atau tidak itu belakangan.Â
Strategi yang biasa saya lakukan:
#1 Membeli benda model
Sebelum pulang ke rumah saya mampir di toko kelontong, lalu membeli dua buah benda yang akan dijadikan model. Kalau mau membuat hihid ya saya beli hihid, begitu pula jika saya berencana akan membuat benda lainnya. Saya pasti mencoba dulu menganyam benda sasaran. Satu benda akan dikorbankan untuk latihan. Hal ini penting dilakukan karena saya sudah lama tidak anyam menganyam, kadang lupa lagi. Siswa pun sama harus melihat model langsung sebelum menganyam, agar mengenal benda yang akan dibuat nanti.
#2 Menyiapkan bahan dan alat menganyam.
Bahan yang digunakan hanya bambu (awi tali) dan tali untuk pengikat. Bambu yang dipakai untuk menganyam, berbeda dengan bambu yang biasa digunakan. Biasanya kalau untuk lomba, saya memesan bambu yang sudah dipotong tipis (dihua). Hal ini untuk memudahkan siswa. Sedangkan tali pengikatnya saya gunakan tali plastik. Bagusnya menggunakan rotan.
Alat yang disiapkan berupa: pisau rautan, gunting, kain untuk alas, serta jarum besar (layar).
#3 Merendam bahan anyam.
Bambu yang sudah dihua tersebut di rendam sebentar di air. Tujuannya agar bambu yang sudah dihua (diraut tipis) tidak mudah patah (regas).Â
#4 Meniriskan (mengangin-anginkan) bahan anyam.
Tujuan meniriskan agar bambu cukup lembab sehingga mudah dibentuk/dianyam jadi tidak kaku.
#5 Mencoba sendiri menganyam.
Setelah bahan siap, selanjutnya saya amati hihid satunya lagi yang dijadikan model. Dengan seksama saya ikuti tata cara menganyam hihid berdasarkan model itu. Entah berapa jam berlalu tanpa akhir memuaskan.Â
Tiba-tiba suami pulang kerja, dia melihat dan bertanya, " Sedang apa bu?"Â
Saya menjawab,"Membuat hihid".Â