"Hah?"
Kau gelagapan tatkala melihat kepalaku yang menyembul dari balik pintu.
"Ah, kau. Kebiasaan buruk yang belum hilang dari dulu."
Aku hanya senyum sambil ngeloyor ke kursi tamu.
"Sebentar, kamu kabur ya? Itu bawa tas gede gaban begitu?Â
" Sudahlah, nanti aku ceritakan. Eh, sebentar lagi Yuni datang."
"Kau, parah banget sih. Masa ke rumah aku bawa pasukan. Kau harus paham aku sudah punya suami. Minggu ini dia pulang."
"Tenang, suamimu gak akan datang. Bilang saja. Mas, aku sedang datang bulan, jadi pulangnya jangan sekarang?"Kataku sambil cekikikan.
"Ah, kau. Mengajari yang gak bener, nih."
Lama-lama kau luluh juga, dan menuruti saran kami. Entah pertanyaan apa yang berkecamuk di hati suami Titi sahabatku itu. Biarkan saja tak perlu dipikirkan justeru inilah saatnya kami reuni kecil.
Yuni, Aku dan Titi seperti biasa menghabiskan malam dengan berbagi kisah masing-masing. Setelah aku mengisahkan apa yang terjadi, kini giliran Yuni yang bersuara.