Mohon tunggu...
Ade Irma Mulyati
Ade Irma Mulyati Mohon Tunggu... Guru - SDN Jaya Giri Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Mau berbagi itu indah karena menabur kebahagiaan, dengan ikhlas memberi semoga menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Singkong

14 September 2020   06:31 Diperbarui: 14 September 2020   06:43 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Singkong, singkong." terdengar teriakan seorang bapak dengan keranjang terbuat dari bambu yang dipikul. Bahunya terlihat melengkung, mungkin karena keseringan menahan rancatan (pikulan dari bambu).

Tanpa komando, saya beranjak menahan," Pak, 5.000 saja," kataku.

Dengan sigap dilayanilah sesuai pesanan.

"Ini singkong baru metik kemarin sore, pasti kalau digoreng akan mempur (pulen)."

Seketika ingatan saya langsung melayang teringat penjelasan bu guru ketika saya SMP,"Manihot esculenta adalah nama latin singkong."

Di kampung saya, di seputar daerah Tasikmalaya, singkong bisa diolah menjadi sajian beraneka nama, seperti: comro, comet, misro, antewor, gogolong, gemblong, awug, katimus, putri noong, gatot, oyek, peuyeum, gegetuk, kiripik, kicimpring, rangginang, dan opak.

Bagi generasi lampau, pasti kental dengan jenis makanan tersebut.  

Sedangkan mereka generasi sekarang, ada sedikit kegelisahan, apakah mereka masih mengenalnya?

Ah, jangan terlalu berburuk sangka. Saya yakin mereka sudah sering menikmatinya, hanya namanya saja yang berbeda. Sekarang ini muncul kreativitas baru dari anak muda yang mengulik bahan makanan yang tersedia dimodifikasi supaya sajiannya lebih kekinian.

Tetapi jika mereka belum mengenalnya, ini menjadi PR untuk orang tua, memulai mengenalkan makanan tradisional yang ada di daerah masing-masing supaya dikembangkan.

Atau ini salah satu kelengahan kita sebagai orang tua, yang lebih memberikan kebutuhan jasmani anak, tanpa memasukkan niai-nilai kearifan lokal yang dimiliki sebagai ciri khas suatu daerah untuk dilestarikan.

Saya pun sebenarnya sedikit malu. Tatkala di suatu hari bermaksud mengolah cemilan dari singkong. Terjadilah percakapan yang membahas cara menikmati sajian singkong dengan dikukus terlebih dahulu lalu di tumbuk sampai halus dan ketika menyajikannya ditaburi dengan kelapa parut.

Tanpa sengaja terjadi perbincangan berikut, "Nah, kalau kelapanya diparut pakai gangsor (parutan kasar) lalu di kukus kemudian di taburi kelapa parut namanya antewor," kata ibuku menjelaskan. 

"Apa Mih, antewor? Bukankah itu namanya urab singkong?"

"Bukan, walaupun bahan dasarnya sama tetapi cara mengolahnya dan cara penyajiannya beda, maka namanya pun beda."

Ternyata ada istilah berbeda dari hasil olahan singkong itu.

"Kalau singkong diparut kemudian dibentuk dibulat-bulat agak pipih, lalu digoreng, bisa menjadi beberapa nama cemilan. Dinamakan comro (oncom di jero= ada oncom di dalamnya). Kalau oncomnya tidak di dalam tetapi dengan di taburkan kemudian dibentuk pipih kecil menjadi comro mini, bernama comet (oncom saemet=oncom sedikit). 

Tetapi kalau yang disimpan di dalamnya gula merah, dikenal dengan nama misro (amis di jero=amis di dalam). Kalau digoreng kemudian ditiriskan, setelah itu dilumuri dengan gula merah yang dicairkan sampai sedikit mengental (menjadi kinca) akan bernama gemlong. Ada juga nama makanan yang cara pengolahan sama seperti gemblong tetapi bentuknya bulat seperti donat kecil itu dinamakan gogolong."

Jenis makanan yang mana yang penasaran untuk dicicipi?

Semuanya terasa nikmat jika disajikan dengan teh hangat atau secangkir kopi panas di sore hari ketika rehat dari aktivitas kerja.

Sudahkan kita mengenalkan jenis makanan tersebut ke anak cucu kita? Semoga saja sudah, walau bagaimanapun di era digital sekarang ini semua bisa dinikmati dengan modal sentuhan tangan dan  gadget. Mungkin dengan meluangkan waktu mengajak anak berkreasi membuat sajian cemilan sendiri akan memberikan pengalaman berharga dan bermakna.

Orang tua kita pasti hafal semua jenis makanan tersebut. Tetapi sekarang ini, ada beberapa jenis makanan khas yang akan sulit ditemukan. Atau bisa jadi bahan bakunya sama berasal dari singkong, cara mengolahnya sama, hanya namanya saja yang berbeda.

Semoga jenis cemilan dari setiap daerah akan dilestarikan dan diangkat kembali dengan sajian baru yang lebih kekinian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun