Mohon tunggu...
Ade Ira Cahyanti
Ade Ira Cahyanti Mohon Tunggu... Perawat - A nurse

life is about how useful you are

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apakah IPK Mencerminkan Kepintaran?

25 Juli 2020   19:55 Diperbarui: 26 Juli 2020   03:50 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi wisuda (sumber:pixabay.com)

Mengingat pengalaman pribadi, aku merupakan tipe orang yang suka belajar. Saat duduk dibangku kuliah, sebagian waktu kuhabiskan untuk belajar dan berorganisasi. Mempelajari bagaimana caranya untuk tak pernah berada di zona nyaman. Duhh kejam sekali ya

Setiap kali menghadapi ujian semester aku belajar mati-matian, semua materi berusaha ku kuasai dengan belajar berulang-ulang, bahan bacaan selalu kuhafal. Bukan hanya itu, semua praktik lapangan kuusahakan untuk mendapat nilai sempurna. 

Melatih diri untuk berkomunikasi dan melakukan presentasi serta edukasi dengan baik. Selama kuliah aku hanya mengalami satu kali remedial karena satu kelas memang benar-benar tak ada yang lulus.

Skripsi ku kejar hingga berhasil sidang akhir lebih awal dari teman-teman yang lain. Hingga pada akhirnya semua mata kuliah selama empat tahun tak pernah tertulis "C (cukup)" di transkip nilai dan predikat "Cumlaude" berhasil kuraih. Kalian bisa lihat, aku tidak cerdas tapi aku terlalu rajin dan sibuk belajar sehingga orang-orang menilaiku pintar saat itu.

Lain halnya dengan temanku, setiap kali menghadapi ujian semester dirinya asyik bermain mobil legend . Tak pernah sekalipun terlihat sibuk belajar atau membicarakan dan mendiskusikan soal materi kuliah. 

Kalau kutanya apa alasannya bermain game setiap kali ujian semester akan dimulai, dirinya hanya menjawab "sebagai media merelaksasikan diri". Menurutku bagaimana bisa begitu, bagaimana caranya bisa menjawab soal-soal hanya dengan sekali membaca bahan materi lalu menyibukkan diri dengan bermain game online. Apalagi siklus ini terus menerus dilakukan selama empat tahun lamanya. 

Tetapi meski begitu, semua ujiannya pun jarang sekali mendapat nilai buruk. Kami seangkatan memang geleng-geleng kepala dengan pencapaiannya meski tanpa belajar dan hanya bermain game online.  

Ternyata dirinya adalah tipe orang yang sangat mudah untuk memahami hanya dengan sekali mendengarkan. Dapat berfikir kritis hanya dengan sekali menghadapi. Dirinya juga berhasil lulus dengan hasil yang bisa dibilang sangat memuaskan. Dan kalian bisa lihat, inilah yang kukira cerdas. Yang jelas, tidak serepot aku yah hehehe... 

Tapi yang lebih menarik hati, dan tentu saja tak bisa dilakukan oleh semua orang. Ada temanku yang lain memang tidak unggul secara akademik dan menyelesiakan kuliah dengan IPK pas-pasan, akan tetapi luar biasa piawai memainkan alat musik dan bernyanyi sehingga siapa saja yang menyaksikan akan memberinya tepuk tangan. 

Ada juga yang berbakat bisnis dan jualan sehingga penghasilannya cukup besar untuk orang seusianya. Ada juga yang mudah mencairkan suasana sehingga orang-orang banyak yang merasa bahagia dengan kehadirannya. Oh ya, bukankah semua ini juga dapat dikatakan sebagai kepintaran bahkan keunggulan ? 

Sejatinya, kita semua diciptakan sebagai orang yang pintar di dalam potensi kita masing-masing. Sehingganya besarnya IPK tidak cukup membuktikan bahwa seseorang itu pintar atau tidak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun