Mohon tunggu...
Ade Ira Cahyanti
Ade Ira Cahyanti Mohon Tunggu... Perawat - A nurse

life is about how useful you are

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa Suruh Jadi Sempurna!

17 Juli 2020   15:30 Diperbarui: 17 Juli 2020   15:23 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua pernah lupa bahwa sebenarnya dunia hanya perlu dimaklumi

Lalu, apa yang salah ? 

Sebenarnya tidak ada, kita hanya belum berusaha mencoba melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Padahal dunia ini terlalu unik untuk kehidupan yang monoton, kita tak bisa selalu memaksakan kehendak diri.

Bukan cuma kita yang punya kepala, bukan cuma kita yang punya hati. Tiap orang akan menjalani kehidupan ini dengan versi yang berbeda-beda. Kita memang punya tujuan masing-masing yang ingin digapai, itulah mengapa kita punya proses yang berliku dan beragam. 

Oh ya, naluri hati memang tak bisa dibohongi. Keinginan untuk menjadi ini dan itu pasti menghantui. Dan diperlukan kerja keras untuk mencapainya. Hanya saja jangan sampai mununtut diri untuk jadi "sempurna".

Manusia tak hidup untuk jadi sempurna di mata sesama manusia, tetapi manusia hidup untuk saling menyempurnakan. Meski begitu, pada hakikatnya manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk lain yang diciptakan oleh Allah. 

Mau sampai kapan mengejar sempurna ? 

Benarkah hidup sempurna itu lurus dan mulus ? 

Hidup sempurna itu justru hidup yang menggambarkan aktivitas kelistrikan jantung. Yang mempunyai gambaran gelombang pqrs dan t. Dimulai dari gelombang p yang sedikit naik.

Dilanjutkan dengan gelompang q yang sedikit turun, kemudian gelombang r yang tiba-tiba meningkat tajam lalu gelombang s yang menukik jauh kebawah lalu soal gelombang t yang akan sejajar dengan gelombang p tadi. 

(Sumber: pixabay.com)
(Sumber: pixabay.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun