Mohon tunggu...
Ade Ira Cahyanti
Ade Ira Cahyanti Mohon Tunggu... Perawat - A nurse

life is about how useful you are

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Terhalang Restu karena Primbon Jawa

4 Juli 2020   00:05 Diperbarui: 4 Juli 2020   18:57 3267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan (sumber: pixabay.com)

Ada yang membagi jumlahnya dengan angka 5, ada juga yang membaginya dengan angka 9, tetapi kali ini keluarga Mas N justru menghitungnya dengan pembagian 3. Aku belum berusaha memahami apa yang menyebabkan perbedaan ini terjadi.

Konon, masing-masing perhitungan mempunyai kategori dan penjelasan tertentu. Dari jumlah 27 tersebut, kalau dibagi 9 maka ketemu dengan istilah "jodoh", kalau dibagi 5 maka ketemu "sandang" tapi kalau dibagi 3 jadi "pati". 

Kata "jodoh" atau "sandang" diartikan sebagai hal yang baik. Namun, kata "pati" diartikan sebagai sesuatu yang buruk dalam adat Jawa.

Belum lagi jumlah wetonku yang lebih besar dibanding Mas N, katanya berdampak juga pada besarnya dominasi dalam sebuah hubungan, yang berarti apabila aku menjadi dominasi dibanding Mas N. Konon hal ini juga bukanlah hal yang baik, tetapi memangnya bisa begitu? 

Kisah ini juga sempat menimbulkan adu argumen yang luar biasa di dalam keluarga. Memunculkan keraguan dan keresahan tak terbendung. Sampai-sampai timbul pertanyaan di dalam hati, "Sebenarnya ini cobaan untuk kita yang saat ini berusaha melangkah ke jenjang lebih serius atau memang sebuah jalan yang mengatakan bahwa kita tidak berjodoh?". 

Dan lagi, cinta tak boleh seegois itu kan? Merelakan bukan hal yang salah, memperjuangkan pun adalah hal yang lumrah. Tetapi sebuah restu tetap saja menjadi syarat mutlak bagi seorang anak laki-laki dihadapan ibunya.

Aku masih ingat kata Ayah ketika menasehatiku, "Saat seorang perempuan memutuskan untuk menikah surganya terletak pada suaminya, tetapi surga suaminya tetap terletak pada ibunya". 

Jadi mau bagaimana lagi kalau tak mendapatkan restu? Haruskah gagal menikah? Atau hanya menunda menikah dan berjuang untuk mendapatkan restu?

Sekali lagi, Tuhanlah yang akan menyatukan hambanya yang memang berjodoh. Lantunan doa-doamu hari ini akan menjawabnya suatu hari nanti. InsyaAllah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun