Pagi yang cerahÂ
Tak pernah terbayang akan jadi hidup payahÂ
Tak bisa marah hanya bisa berserahÂ
Sesabar raut wajah sang ayahÂ
Menopang tubuh putrinya ke kursi roda
Dengan penuh rasa percaya
Hanya  ikhtiar sebisanyaÂ
Meski rasanya hanya tersisa nyawa
Bising ibu kota
Rumah sakit bagai rumah keduaÂ
Setelah si sakit kronis divonis lumpuh selamanya
Di usia yang amat beliaÂ
Tak pernah putus asa
Ataupun berpangku di bahu jalan raya
Takdir adalah bagian dari ciptaan yang maha esa
Yang semoga akan menggugurkan dosa-dosa
Berharap agar Tuhan tak kecewa pada hambanyaÂ
Pada saat putri kecilnya yang malang dipanggil berpulangÂ
Dan kembali ke ibu kota hanya tinggal sisa bayang-bayangÂ
Tak selamanya titipan berada di genggaman
Tenanglah disana, putri bungsuku sayangÂ
Ayah akan mengenangÂ
Kota kenangan, Juli 2014Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI