Oleh : Ade Imam Julipar
13-02-2020
"Mau kemana Vroh?"
" Bagaimana kabarnya Vroh?"
"Ok Vroh,"
Ungkapan seperti ini mungkin sering dijumpai, baik dalam percakapan sehari-hari maupun di beranda media sosial kita.Â
Vroh, sebuah sebutan yang muncul seiring maraknya penggunaan media sosial sebagai alat komunikasi. Entah itu: Whatsapp, Facebook, Messenger, Instagram, atapun Twitter. Dan penggunaannya dilanjutkan dalam percakapan di dunia nyata.
Lantas darimana asal kata Vroh itu?
Kata Vroh berasal dari kata Bro, yaitu singkatan dari : Brother, yang artinya: Saudara. Semangat Revolusi Perancis rupanya diwarisi oleh para milenial. Semangat: Kebebasan, keadilan, dan persaudaraan. Atau dalam Perancis: Liberte, egalite, fraternite. Mereka merasa bersaudara satu dengan yang lainnya.Â
Asumsi saya yang paling masuk akal, penggunaan kata Vroh itu akibat Typo. Ya, akibat salah ketik.
Tombol penginput komputer, laptop, smart phone, ataupun gadget lainnya menggunakan susunan huruf qwerty. Qwerty adalah susunan huruf yang dipakai pada semua jenis perangkat penginput huruf yang biasa kita pakai sehari-hari.Â
Kehebatan sistem Qwerty terletak pada  penempatan kombinasi dua huruf dalam bahasa Inggris---digraph -- (ch, ph, ea, ai, dan lain-lain), yang sengaja dijauhkan. Ini supaya ketika proses pengetikan tidak terjadi benturan.Â
Karena susunan huruf-huruf yang ada di perangkat penginput (komputer, laptop, smart phone, ataupun gadget lainnya) berasal dari : Mesin Tik.Â
Dulu, sebelum susunan qwerty ditemukan, ketika mengetik, mesin tik sering macet, karena huruf disusun secara alfabetik. Nah, dengan susunan qwerty, tidak ada lagi kemacetan dalam mengetik. Untuk ini kita patut berterima kasih  pada Christopher Sholes . Penemu sistem huruf qwerty yang dilahirkan di sebuah kota kecil di Negara Bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, sehingga susunan huruf yang ada di smart phone kita seperti sekarang ini.
Nah, dari sinilah muncul kata Vroh.
Coba perhatikan, huruf V persis di kiri huruf B.Â
Jadi, pada mulanya, si Milenial akan mengirim pesan lewat Whatsapp pada salah seorang kawannya, dia menanyakan kawannya sedang dimana, makan diketiklah dalam smart phone-nya:Â
|Sedang dimana, Vro?|
Maksud si milenial akan mengetik:
|Sedang dimana, Bro?|
Tetapi karena huruf B bertetangga dekat dengan huruf V, yang terketik malah huruf V-nya.
Dan pesan pun telah terkirim.
Apa yang terjadi? Sang kawan menjawab:Â
|Sedang ada di Starbucks Balekota  Vroh,|
Coba perhatikan, ada deviasi disini. Kata Vro yang dikirim pertama langsung dimengerti oleh kawannya, kemudian dibalas dengan menambahkan huruf 'H' pada akhir kata Vro, sehingga menjadi: Vroh.
Secara fonetik, penambahan huruf 'H' pada kata Vro menjadikannya tidak kaku. Tidak terhenti di akhir kata. Vroh, meletup pada langit-langit mulut belakang. Secara filosofis ini juga memiliki makna keakraban, karena tidak kaku. Coba ucapkan dan rasakan bedanya antara kata: Vro dengan kata Vroh. Beda kan?
Ya, dari sinilah kata Vroh bermula. Dan menjadi kelaziman pada obrolan atau chatingan para Milenial menggunakan kata ini sebagai ekspresi rasa persaudaraan yang tinggi antar sesama.
Dalam Psikologi sosial ada istilah yang cukup tepat untuk menggambarkan kata Vroh, yaitu: Serendipity. Serendipity bisa didefinisikan sebagai ketidaksengajaan yang menjadi kebiasaan.
Dalam salah satu bukunya, Jaya Suprana pernah mengumpulkan contoh-contoh serendipity yang ada di dunia ini. Saya lupa lagi judulnya.Â
Intinya, dari kesalahan atau ketidaksengajaan tercipta hal baru. Baik itu: Makanan , minuman, Â model baju, alat-alat elektronik, ataupun hanya sebuah kata. Seperti kata : Vroh.Â
Vroh, bukan hanya sebuah kata hasil dari typo, lebih dari itu. Ada semangat kemanusiaan di dalamnya. Ketika seseorang menggunakan kata Vroh untuk menyapa temannnya, dia sudah memutuskan untuk menebar rasa persaudaraan antar sesama.
Ok Vroh?
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H