Pada teknologi ini, sel dari dalam virus dibiakkan dengan proses yang rumit untuk menghasilkan virus baru (yang akan dimasukkan ke dalam tubuh). Untuk memperbanyak atau membiakkan sel, peneliti tidak membutuhkan banyak virus sehingga dari sisi penelitian pembiakkan virus tidak memerlukan waktu dan biaya yang tinggi. Namun untuk mengembangkan pembiakkan sel dibutuhkan biaya yang sangat tinggi dan proses yang sangat kompleks/rumit. Contoh vaksin yang menggunakan teknologi ini adalah vaksin Hepatitis-B.
Peptides
Peptides atau peptida merupakan bagian dari virus (selain protein dan sel). Oleh peneliti, zat peptida ini dihasilkan secara buatan (sintesis) dan kemudian dimasukkan ke dalam tubuh manusia untuk memancing zat kekebalan tubuh (antiboodi). Karena teknologi ini relatif baru, kemungkinan keberhasilan tubuh menghasilkan antibodi bisa lebih rendah bahkan gagal. Pengembangan plafotm teknologi juga membutuhkan biaya yang tinggi. Namun kelebihannya adalah pengembangannya bisa berlangsung cepat. Salah satu merk vaksin COVID-19 sedang dikembangkan dengan platform ini.
Viral Vector
Pada teknologi ini peneliti menggunakan virus yang tidak berbahaya bagi tubuh (disebut sebagai vektor atau virus pembawa, misalnya adenovirus) dan di dalamnya terdapat gen virus penyakit. Sehingga virus vektor ini bekerja mirip sebagai 'penyelundup' virus yang sebenarnya. Â Karena membawa informasi gen, maka platform ini bekerja pada tingkat yang lebih dalam yaitu genetik. Vektor virus yang digunakan ada yang mampu memperbanyak sendiri (replikasi) dan ada yang tidak mampu ber-replikasi. Kelebihan dari teknologi ini adalah pengembangannya membutuhkan waktu yang tidak lama. Namun tingkat kekebalan pada individu yang sebelumnya pernah diberikan vaksinasi dengan jenis virus vektor yang sama kemungkinan akan lemah. Contoh vaksin yang sudah menggunakan teknologi ini adalah vaksin Ebola. Produsen vaksin COVID-19 yang menerapkan teknologi viral vector antara lain: Oxford/Astra Zeneca, CanSino, Gamaleya dan Jannsen Pharmaceutical.
Nucleic Acid
Nucleic Acid atau Asam Nukleat adalah bagian dari sel yang mengandung informasi genetik dan ditemukan pada hampir semua virus. Umumnya asam nukleat diperoleh dalam dua bentuk yaitu Asam Ribonukleat (RNA) dan Asam Deoksiribonukleat (DNA). Zat ini dapat dipakai untuk memancing kekebalan tubuh dengan mekanisme 'menerjemahkan' kode genetik dari RNA dan/atau DNA. Vaksin RNA dan DNA dimasukkan ke dalam benda mikro semacam 'kapsul' yang berukuran sangat kecil dan disuntikkan ke dalam tubuh. Teknologi ini dipercaya menghasilkan zat kekebalan tubuh yang paling kuat karena bekerja pada level genetik dan pengembangan vaksinnya cepat. Namun, respon tubuh untuk menghasilkan zat kebal agak lambat dibanding platform lain. Beberapa produsen vaksin COVID-19 saat ini sedang mengembangkan teknologi ini. Vaksin COVID-19 dikembangkan menggunakan platform RNA yaitu Moderna dan BioNTech/Prizer
Dari uraian di atas pada dasarnya teknologi vaksin terbagi dua yaitu konvensional dan modern. Platform konvensional umumnya membutuhkan jumlah virus yang banyak dengan pengembangan yang lama, namun relatif lebih aman karena penggunaannya telah dibuktikan dengan vaksin-vaksin yang ada saat ini. Sementara platform modern membutuhkan waktu pengembangan yang cepat karena tidak memerlukan pembiakkan virus namun biaya yang dibutuhkan tinggi dan risiko terhadap manusia yang masih harus diuji. Â Â Â
Untuk mendapatkan materi lengkap tentang teknologi vaksin silakan klik laman https://www.who.int/
Semoga bermanfaat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H