saya tidak membencimu,
saya tidak marah padamu,
dan
saya tidaklah pula menjadikanmu lawan untuk urusan nalar.
ini semua adalah " puisi " politik yang mau tak mau harus kita dengarkan dan selalu akan di pertontonkan beberapa hari kedepan iyaa kann ... ayolahhh jujur kita bakal terus " berpuisi" ria kan.. heeeeehee.
---------------------------------------------------------------------------
Iyaa ini sebuah drama politik negeri kita indonesia, sepengal balasan notes untuk sahabat yang membenci hanya karena fanatisme berlebihan.
ya yaa..yang hampir semua teman sekalian yang aktif di forum ini juga pasti mengalaminya dimasa-masa iklim politik yang luar biasa. Debat Capres dan Cawapres menjadikan sahabat dekat menjadi lawan, sahabat karib ingin memaki, teman ingin bermusuh, bahkan saudara kandung ingin bungkam diam dalam emosi untuk pembelaan sang idola yang di ingini.
Saya pun mengalaminya, dalam beberapa update status PM membuat beberapa sahabat karib saya mengirimkan kata cacian, kata makian bahkan kata hinaan, yang jujur membuat saya sedikit ketawa geli. ( ketawa geli lohh bukan emosi :D )
Naluri fanatisme, telah membuang rasa demokrasi kebebasan berkekspresi di negeri ini. lucu - lucu sungguhlah lucu saat mencoba berdialog kekalahan nalar logis menjadikan sahabat karib malah lupa bahwa kami adalah sahabat pena yang dulu bercita-cita menjadi pemikir yang kritis berdasarkan data dan fakta. bukan pemikir yang harus kontra dalam setiap perang kata-kata.
Saya katakan A lebih baik Dari B, dengan sedikit pembelaan scientifiknya, lalu pendukung B mengatakan B telah menunjukkan yang tebaik untuk negeri ini dan A tidak jelas dan kelam dalam masa lalunya.