Mohon tunggu...
Aksara Adeera
Aksara Adeera Mohon Tunggu... Administrasi - Admin

Bukan penulis, hanya orang yang hobi nulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Rindu yang Tak Berujung: Mbah, Aku Kangen!

15 Oktober 2024   19:52 Diperbarui: 15 Oktober 2024   20:01 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesakit itu rasanya merindukan seseorang yang tak mungkin bisa ditemui lagi. Ya, seseorang itu telah kembali pada Sang Khaliq. Beliau sudah berada di tempat terbaik di sisi-Nya.

Mengulik kilas balik beberapa tahun silam, tepatnya pada saat pagebluk virus Covid-19 singgah di Indonesia. Suasana sangat mencekam pada saat itu. Bahkan, kita dituntut selalu waspada pada orang sekitar. Tak lupa memakai masker saat bepergian ke mana pun.

Jumlah angka kematian yang meningkat pesat membuat orang-orang ketakutan. Yang semula tidak sakit, justru menjadi sakit lantaran parno sendiri menghadapi berita-berita mengerikan itu.

Saya ingat betul saat itu sempat santer gangguan pernapasan menyerang. Gas oksigen mulai langka sehingga banyak orang yang tiba-tiba sesak napas. Ya, salah satunya adalah Mbah Uti.

Tepat pada tanggal 23 Juli 2021, terdengar kabar bahwa Mbah Uti jatuh sakit setelah tiga hari belakangan tiba-tiba drop dan mengalami gangguan pernapasan parah.

Menurut informasi seorang bidan yang merawat Mbah Uti di rumah, awalnya asam lambung beliau naik. Hal itu menyebabkan kondisi beliau langsung drop. Bidan tersebut langsung memberikan obat dan rutin mengecek tekanan darah Mbah Uti.

Dua hari setelah dirawat, tiba-tiba Mbah Uti mengalami gangguan pernapasan. Ibu dan Bapak yang mendengar kabar tersebut langsung bergegas pulang ke Magetan. Selain itu, mereka juga membawa sebuah tabung oksigen kecil yang dipinjamkan oleh saudara Bapak.

Malam semakin gelap. Suasana jangkrik dan binatang malam lainnya mulai mendominasi. Tak ada penerangan selain lampu kendaraan yang melintasi kawasan tersebut. Dengan menenteng sebuah tabung oksigen, Bapak dan Ibu langsung menuju sebuah tempat yang menjual oksigen di daerah tersebut.

Karena tabung oksigennya kecil, setiap satu jam sekali Bapak dan Ibu harus rela kembali ke pelosok desa yang jaraknya kurang lebih 25 km dari rumah Mbah Uti demi mendapatkan isi ulang oksigen.

Semalaman penuh Mbah Uti menggunakan oksigen di hidungnya. Akan tetapi, hal itu tidak kunjung membuat keadaan beliau semakin membaik.

Pagi itu, keluarga membawa Mbah Uti ke RSUD kab. Magetan. Di sana, beliau masuk ke ruang IGD dan mendapatkan pasokan oksigen yang lebih stabil. Selang dua jam, Mbah Uti dinyatakan meninggal saat dokter mencabut alat oksigen yang terpasang di hidung beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun