Mohon tunggu...
ADE EKAARNIKA
ADE EKAARNIKA Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Buta Politik Masih Menghantui Masyarakat

20 Desember 2018   16:52 Diperbarui: 20 Desember 2018   17:07 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik pada masa sekarang mengalami masa keterbukaan yang benar benar transparan, selayaknya moment ini dijadikan peluang untuk mencurahkan segala aspirasi dari rakyat kepada pemerintah, tetapi kesempatan itu terbuang sia-sia karena para masyarakat sudah antipati terhadap politik di Indonesia.

Jika ditinjau pada masa kemerdekaan, pemuda sangatlah antusias mengeluarkan ide ide mereka untuk semangat juang indonesia. Saat itu mereka berpikir bahwa dengan ide-ide dari mereka mungkin dapat membantu pihak pemerintah. 

Berbeda dengan pemuda sekarang Sebagian dari mereka beranggapan bahwa pemerintahlah yang seharusnya lebih mendalami hal-hal politik itu demi menjayakan pemerintahan negeri, pemuda tidak perlu terlalu ikut Serta akan hal itu bahkan masyarakat yang kondisi ekonomi nya minim pun sudah gerah mendengar tentang hal-hal politik dimana yang terngiang ditelinga mereka politik itu hanyalah semata tentang strategi untuk merebut kekuasaan. 

Setelah mereka mendapatkan apa yg mereka mau mereka akan lupa tentang janji-janji atau ucapan yg mereka lontarkan saat kampanye. Itulah yg tertanam dalam benak masyarakat yang pemikirannya minim akan politik.

Sebenarnya mereka disini tidak sepenuhnya buta akan hal politik, mereka hanya buta akan segi positif dari politik. 

Mereka susah untuk memandang hal positif dari politik, dikarenakan realita yang mereka lihat sudah diberikan stigma negatif dimana politik itu semata hanya berujung pada tindakan korupsi, tipu daya, sandiwara belaka, bahkan hanyalah omong kosong. 

Tanpa mereka sadari hal negatif dari politik itu ditimbulkan oleh ulah politikus yang tidak mengerti etika dalam berpolitik. Nah disini lah peran kita sebagai masyarakat yang wawasannya luas yang tidak hanya memandang politik dari satu segi saja harus meyakinkan atau membuka dan mencairkan pikiran mereka yang beku akan politik menjadi terpolarisasi secara benar. 

Banyak hal yang bisa diraih dari politik, jika dijalankan oleh orang orang yang jujur dan amanah, yang mengetahui tata cara yang benar dalam berpolitik, Sesungguhnya politik sangat menjunjung tinggi nilai norma dan moral yang berlaku. 

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa sikap saling percaya antar warga negara menjadi pondasi mikro yang akan mendorong masyarakat ikut serta dalam berpolitik, kita harus suka rela dalam berpartisipasi politik yang pada ujung tombaknya akan menajamkan sistem demokrasi indonesia.

Abramowitz menyimpulkan bahwa mereka yang yang berpartisipasi ialah mereka yang terpolarisasi. 

Fakta penting mengenai hal ini, banyak orang menjadi lebih terbuka matanya dalam hal berpolitik ingin tahu tentang kandidat dan kebijakan-kebijakan yang mereka tawarkan, dan juga ikut berpartisipasi dalam menyukseskan kampanye yang diadakan oleh kandidat yang mereka dukung.

Singkatnya polarisasi ini telah menjadi suatu solusi untuk mengaktifkan masyarakat yang sebelumnya uring-uringan berpolitik menjadi lebih aktif lagi, dan tidak selamanya polarisasi politik itu buruk. 

Dan juga seorang Geoffrey C. Layman Dkk menegaskan bahwa adanya perbedaan kebijakan yang jelas antar kandidat akan lebih memungkinkan masyarakat untuk melihat perbedaan posisi kandidat atas suatu kebijakan, sehingga mendorong mereka memberi suara berdasarkan kebijakan yang diterapkan kandidat. 

Intinya polarisasi ini ada efek positifnya juga seperti menjadi solusi mencegah kebutaan ringan terhadap politik dimata masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun